Happy reading
Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Kini kurang satu bulan lagi siswa-siswi kelas XII SMA Trisakti akan melaksanakan Ujian kelulusan. Bukan hanya SMA Trisakti saja tetapi seluruh SMA di Indonesia.
"Gak nyangka gue bentar lagi lulus, padahal kaya baru kemarin kita saling lirik sinis, dan kayanya baru kemarin juga kita deket." Ucap Senja menerawang kejadian saat dulu pertama menjadi siswa di SMA Trisakti. Kini keduanya sedang berada di kantin.
Dulu saat awal bersekolah dia dan Vanya memang tidak sedekat sekarang, dan entah hal apa yang membuat mereka menjadi sedekat sekarang ini.
"Iya ya, padahal dulu boro-boro nyapa liatin aja males gue hahah"
"Hahah ya itulah takdir, suka banget mainin kita. Dulu yang deket sekarang jadi jauh, dan yang dulu jauh sekarang jadi deket." Sepertinya Senja sedang dalam mode bijak kawan-kawan.
"Lo inget? Pas Osis pendamping mos nyuruh kita nyanyi satu-satukan?... Pas lo maju gue gedek gila, senyum-senyum sok malu-malu tai kucing hahah." Inilah Vanya saat bersama Senja bisa diajak bercanda.
"Iya gue inget. Gue mending senyum lah lo nyanyi kaga ada ekspresinya dihh datar banget jadi orang hahah" Cibir Senja, saat mengingat ekspresi Vanya saat itu.
"Ck! Sialan lo, itu gue dulu males banget suruh maju. Kalo bukan dipaksa ogah gue."
"Ehh iya Van lo mau lanjut kemana?" Tanya Senja.
"Gue lanjut di Jakarta, Abang gue nyuruh kesana aja sama Ibu." Jawab Vanya.
Senja menunduk lesu saat mendengar kawaban Vanya. "Yahh padahal gue mau ajak ke UGM malah lo mah ke Jakarta. Terus nanti gue disini sama siapa dong" Ucap Senja dengan bibir dilipat ke bawah.
"Ck! Muka lo ga usah gitu, nanti juga lo dapet temen. Yang harusnya bilang gitu tu gue, diluar sana belum tentu ada temen sebaik lo. Ya walapun kadang nyebelin, dan lo tau sendiri gue susah bersosialisasi." Ucap Vanya.
"Lagian muka lo judes gitu, kaya tembok jarang senyum." Cibir Senja.
"Gue tu ga judes kalo udah kenal."
"Iya deh iya, ohh iya terus lo mau ambil jurusan apa Van?" Tanya Senja.
"Kalo ga hukum ya management bisnis, lo sendiri?"
"Ga tau nih, Pinginnya Perawat tapi takut darah, kalo Ayah nyuruhnya matematika sedangkan gue paling ga demen sama yang namanya matematika. Jadi kalo ngga Farmasi ya management bisnis." Vanya hanya mengangguk mendengar jawaban Senja.
"Ehh iya Van, kalo lo ke Jakarta terus yang ngurus rumah sama kebun sayur lo siapa?" Tanya Senja.
"Lo aja gimana?" Vanya melontarkan candaan pada Senja.
"Boleh, gapapa asalkan di bayar 10jt seminggu gimana? " Jawab senja menaik turunkan alisnya.
"Ck! Itu sih pemerasan namanya." Balas Vanya, membuat Senja tertawa lepas.
****
Brum
Brum
Brum
Suara bising kenalpot motor terdengar di halaman SMA Danuarta. Membuat semua murid memekik keras, saat grombolan most wanted SMA Danuarta.
"Rendi ya ampun makin ganteng aja"
"Kak Gavin ganteng banget si"
"Kaki gue lemes liatnya astaga"
"Gantengnya calon suami gue"
"Lebay deh, kaya ga pernah liat orang ganteng aja" Cibir Rendi sinis.
"Udah biarin aja, kantin aja yok" Ucap Gavin, langsung berjalan menuju kantin. Disusul ketiga temannya.
Di sepanjang koridor banyak yang memperhatikan mereka, menatap mereka penuh damba. Tapi mereka hanya cuek tidak peduli, berbeda dengan Gibran yang malah melambaikan tangan bak model dan sesekali mengedipkan sebelah mata.
Awas Gib nanti matanya bintitan, baru tau rasa deh hahah.
"Ini udah hampir satu tahun setelah kejadian gue diculik itu ya?" Tanya Gavin, saat mereka sudah tiba dikantin dan duduk mains.
"Iya kenapa emang?" Tanya Gibran balik.
"Engga." Jawab Gavin singkat, sambil menyeruput es teh nya.
"Kalian mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Vano.
"Gue di Bandung." Jawab Gibran.
"Gue di sini aja, sama ngurus perusahaan bokap." Jawab Gavin.
"Masa iya gue suruh ke Belanda anjirr emang, kalo lo Ren?"
"Gue bareng Gavin." Jawab Rendi, yang sedari tadi diam menyimak. "Kelas yuk, dah mau masuk." Lanjutnya.
"Ck! Bolos aja yuk, males gue sekarang kan pelajarannya si botak Djarot." Ucap Gibran menghasut ketiga temannya.
Udah kek setan aja si Gibran tukang hasut.
"Ini udah mau ujian Gib, lo mau ga lulus hah?" Tanya Rendi ngegas.
"Y-ya mau lah." Jawab Gibran.
Kini mereka telah berada dikelas, berjalan menuju bangku masing-masing. Selang dua menit setelah mereka di kelas bel masuk berbunyi.
****
Skip aja deh aku lagi bingung mau nulis apa.
Sepulang sekolah Gavin beserta ketiga temannya mampir ke tempat tongkrongan mereka wartok. Tadi mereka dipulangkan lebih awal, karena para guru akan mengadakan rapat membahas ujian kelulusan kelas XII.
"Nape lo Vin senyum-senyum, udah gila lo?" Tanya Gibran, yang heran melihat Gavin senyum-senyum sambil bermain handphone.
"Bacot! Gue tu lagi stalk bidadari gue." Jawab Gavin.
Mendengar itu Gibran lantas mendekati Gavin. "Mana mana cantik gak?" Tanya Gibran.
"Buaya" Cibir Rendi.
"Si Rendi diem-diem sekalinya ngomong nyelekit, tapi emang bener sih, lo emang buaya Gib." Ucap Vano meledek.
"Ngaca lo jamal!!. Nohh mending urusin pacar jablay lo." Jawab Gibran mendelik tajam.
"Kaya pacar situ ngga jablay aja." Balas Vano mencibir.
Sedangan Gavin sedari tadi masih senyum-senyum tidak jelas, bahkan dia juga mengirim pesan kepada Vanya.
Tanpa berniat membalas pesan Vanya, Gavin beranjak dari duduknya berniat untuk pulang.
"Dah lah bacot mulu, mau pulang gue." Ucap Gavin langsung berjalan keluar dari warung.
Bersambung...
Udahlah bingung mau nulis apa lagi :)
See you next part
Jangan lupa vote 🌟 dan komen 💬
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVAN || (HAITUS)
TeenfikceBIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! [REVISI SETELAH END] "Tunggu gue satu tahun lagi..." Setelah mengatakan itu, sosok laki-laki tadi menghilang bersama dengan bus yang ditumpangi. SILAHKAN MAMPIR KALO PENASARAN:) Cerita ini murni dari karangan sa...