"AAAAAAAAA", Irene berteriak sambil menutup matanya. Berharap ada pertolongan yang datang.
Langkah kaki yang begitu rusuh terdengar masuk kedalam rumah itu. Irene meraba raba disekitarnya, merasa tidak ada orang yang membuatnya takut. Dirinya langsung membuka matanya.
"Tante, tante gapapa?", tanya Heeseung dengan napas terengah engah.
Irene menatap anak sambungnya dengan tatapan marah. Tangannya melayang, menampar keras pipi kanan Heeseung.
"Dasar laki laki brengshake", umpat wanita itu
"Mamah apa apaan sih!", Taehyung yang melihat sekilas perlakuan istrinya kepada si sulung langsung saja ikut andil dalam perdebatan itu.
"Anak mu ini pah, berani beraninya dia nyentuh aku!", jelasnya sambil menunjuk Heeseung.
"Najis, ga sudi kali gue nyentuh nyentuh cewe modelan kaya lu", batin Heeseung
"Ga mungkin lah Heeseung kaya gitu Mah, kan dia baru aja dateng kamu jangan aneh aneh ya", ujar Taehyung
"Ga mungkin apanya pah? Aku jelas jelas inget gimana dia nyentuh aku disini dan disini", Kedua tangannya menjelaskan apa yang terjadi tadi
"Mamah! Kak Hee baru dateng tadi bareng sama aku, yang sama mamah tadi ga mungkin kak Hee", bela Jake sambil mengusap bekas tamparan ibunya di pipi kakanya.
Irene yang tak dibela semakin tersulut emosi, "Kalian kok ga ada yang ngebela aku sih? Padahal jelas jelas aku korban loh"
Heeseung melakukan kontak mata dengan sang ayah. Seakan akan Heeseung berkata dari tatapan itu.
"Pahh, itu bukan aku"
.
.
.Beres beres itu selesai saat matahari sudah tenggelam. Heeseung dan Jake memutuskan untuk menginap semalam disana. Lagi pula, disana ada dua kamar tidak seperti dirumah Heeseung.
"Kaka, Jake habis keramas", Jake dengan handuk dikepalanya menghampiri Heeseung yang sedang diam termenung.
"Eh, sini duduk biar kaka keringin kepalanya", Heeseung membuyarkan lamunannya. Menepuk tempat disebelahnya agar di duduki adiknya.
Kepala Jake bergerak tak jelas karna di keringkan dengan handuk oleh Heeseung, "Kaka lagi mikirin apa? Yang tadi siang?"
"Hm? Engga kok, cuma lagi ngosongin otak aja", alibinya
"Kak, Jake mau cerita boleh?"
"Boleh dong, ada apa?", detak jantung pria itu berdetak lebih kencang daripada biasanya. Jarang jarang adiknya bercerita, apakah ada sesuatu yang penting?
"Eum.. Waktu itu subuh subuh Jake lihat kaka siap siap kerja, trus berangkat sendirian, Jake kira kaka berangkat awal eh ternyata pas Jake balik badan, kaka masih tidur"
Badan Heeseung melemas. Tapi dirinya masih mencoba berperilaku seakan akan semuanya baik baik saja, "Waktu itu adek kira itu apa?"
"Jake kira itu kak Ethan, waktu itu Jake udah seneng banget kak Ethan balik"
Seketika Heeseung memeluk tubuh adiknya dari samping. Mengusap tubuhnya untuk menenangkan yang lebih kecil, "Itu cuma mimpi kok, kak Ethan ga bakal balik"
"Jake, itu bukan Ethan, Ethan ga bakal ngebiarin kamu terluka, fisiknya memang Ethan tapi jiwanya bukan", batinnya
"Udah yuk mending tidur aja sekarang, besok kita berangkat subuh karna harus ambil seragam dulu dirumah", ajak Heeseung
Mereka berdua tidur di kamar yang sama, seperti setiap malamnya. Jake akan menjadikan Heeseung gulingnya sedangkan Heeseung akan menjadikan lengannya sebagai bantal adiknya.
Entah ada keajaiban apa, malam itu Heeseung tidur lebih dulu daripada Jake. Padahal biasanya Heeseung akan beroverthinking ria sebelum tidur. Jake bolak balik mencoba terlelap. Namun, tak bisa.
"Minta mamah buatin susu aja ya?", monolognya.
Jake berjalan ke kamar orang tuanya. Mengetuk beberapa kali kamar mereka. Biasanya, orang tuanya akan langsung bangun jika pintunya di ketuk.
"Mamah, Jake mau susu", panggilnya sambil berbisik
"Jake mau susu?", tanya Heeseung yang berada dibelakangnya tiba tiba.
"Iyaa kak Hee, Jake ga bisa bobo jadi pengen minum susu, siapa tau nanti jadi ngantuk"
"Yaudah kaka aja yang buatin, yang rasa coklat kan biar ga eneg?"
"Huum!"
Sebenarnya jika ingin, bisa saja Jake membuat susu coklatnya itu sendiri. Tapi katanya, susu buatan orang itu jauh lebih enak. sama kaya Indomei.
Tak lama kemudian, Heeseung kembali dengan secangkir kopi hitam dan susu coklat di tangannya, "Nih punya lo"
Jake mengerjapkan matanya. Tumben sekali Heeseung menggunakan kata kata "lo-gue" kepadanya. Biasanya kalau ga nyebut nama ya manggil adek.
"Emm okay, makasi kak"
"Eh lo sadar ga sih, orang tua gue cerai gara gara lo", ucap Heeseung tiba tiba membuat Jake sedikit tersedak
"Kaka ngomong apa sih"
"Ya kan gue ngomongin fakta, lo anak sialan"
Bagaikan petir. Jake sudah mencoba membuang kata kata itu dari fikirannya. Tapi kenapa tiba tiba kakanya mengatakan hal ini? padahal kakanya juga yang mengatakan bahwa dirinya bukanlah orang seperti itu.
"Kaka bisa diem ga?"
"Apaan sih lo anak hasil selingkuh aja bangga"
"AAA JAKE BUKAN ANAK SIALAN", teriaknya saat itu juga
"Jake, kamu baik baik aja kan? Jake ayo sadar jangan tidur dulu"
Jake mencium aroma kayu putih. Matanya seketika terbuka. Hal pertama yang di lihatnya adalah Heeseung yang menangkup wajahnya dengan wajah Heeseung sendiri yang menucurkan keringat karna tegang.
"Minum air dulu ya", Heeseung menyodorkan segelas air putih kepada adiknya. Langsung saja diminumnya habis air itu.
"Sudah tenang kan? Okay, now look at my eyes, tenang ya semuanya bakal baik baik aja, ga bakal ada hal buruk yang terjadi", ucap Heeseung mencoba menenangkan adiknya.
Jake kembali menangis. Sejujurnya, tangisan Jake adalah hal yamg paling ditakuti Heeseung karna dirinya akan ikut merasakan sakitnya.
"Kak, bukan salah Jake kan kalau Papah sama Bunda cerai?", tanya Jake sambil sesegukan
"Bukan sayang bukan, masalah itu sudah selesai ya, ga ada yang salah lagi"
"Aku bukan anak sialan kan?"
"Hey siapa yang bilang gitu, bilangin ke kaka biar kaka marahin orangnya"
"Tadi kaka bilang kaya gitu di mimpi"
Heeseung langsung mengalihkan pandangannya. Sepertinya bayangannya itu berulah di mimpi sang adik.
"Nggak, ngga ada yang bilang kaya gitu ya, Jake anak baik kok"
"Beneran ya?"
"Iyaa beneran"
"Benar benar anak (s)ethan, nyesel gue masih ngebenci Jake di hari Ethan kembali ke kaca"
...
Haloo, apa kabar? Saya harap baik baik saja. Oh ya, sekarang sudah akhir bulan ya?Terimakasih ya kamu sudah melakukan yang terbaik di bulan ini. Gapapa kok kalau bulan ini ga sebaik bulan di tahun lalu. Mungkin ini hanya rencana Tuhan yang membuat kita merasakan hal hal seperti ini. Bukan tanpa alasan melainkan agar kita bisa mensyukuri segala momen indah yang terdapat di kehidupan yang hanya bisa kita rasakan sebanyak satu kali. Gapapa, bulan depan kita coba lagi okay?
Terimakasih sudah mampir. Tetap semangat dan jaga kesehatan
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can't?
Non-Fiction[Sequel of Maze In Mirror] Jake yang sadar bahwa semua orang dari garis keturunan ayahnya memiliki kemampuan yang sama untuk berbicara dengan bayangannya, membuatnya penasaran. mengapa hanya dirinya saja yang tidak bisa?