"Nah kan demam jadinya, udah tau hujan deras malah di terobos", Jake memeras kencang kain yang basah karna air hangat. Kemudian menempelkannya pada dahi kakanya.
Hidung Heeseung memerah karna flu, "HACHOO, ekhem suka suka lah"
"Nayolo, kok bersin? Covid ya?"
"Idie, mana ada paling covidnya udah takut duluan sama kaka", Heeseung berdiri dari tidurnya dengan kain yang menempel di dahinya. Matanya sedikit terpejam karna pusing.
"Kaka mau kemana? Ga boleh kemana mana ya, balik bobo!", Jake menunjuk kasur yang tadi ditiduri Heeseung. Tapi Heeseung tak menggubrisnya, malah pergi ke ruang kerjanya.
"Mamah mu sama Papah mau datang kesini kan? Nah maka dari itu ayo beresin ruang kerja kaka biar bisa di kasi kasur, kan dirumah ini cuma ada satu kamar"
Jake mengekori Heeseung dari belakang, "Kenapa ga di ruang bawah aja kak? Kenapa harus diruang kerja kaka?"
"Heh! Sopan nyuruh orang tua tidur dibawah kaki kita?", Heeseung memukul pelan kepala Jake, ya ga heran sih kan-
Love language Jake = elusan, kata kata sayang, pelukan
Love language Heeseung = ledekan+tabokan+umpatanHeeseung Mengeluarkan meja kerjanya. Sedangkan Jake menyapu lantai disana. Mereka hanya menambahkan kasur disana. Dan yang menempati kamar itu nanti adalah mereka berdua. Bukan orang tuanya.
"Pusing banget setan", gumam Heeseung sambil memindah kasur ke ruangan itu.
Jake tak sengaja mendengar gumaman yang lebih tua, "Kaka ngomong apa?"
"Pusing banget"
"Yaudah, kaka bobo lagi aja, ini biar aku yang lanjutin", Jake mendorong punggung Heeseung hingga terjatuh ke kasur yang ia dorong. Matanya sudah merah karna demam. Dan Jake tiba tiba malah ikut melompat ke kasur itu.
"Lho, kok ikut tidur?"
"Engga apa apa, beresinnya nanti aja"
Dan berakhir mereka berdua tidur diruangan yang masih berantakan itu.
.
.
.Three days later
"Mamahh, kangenn", Jake memeluk erat ibunya. Ia rindu bermanja manja sambil menggunakan paha ibunya sebagai bantal.
"Pah", sapa Heeseung singkat. Dirinya mencium punggung tangan Taehyung sekilas. Mempersilahkan pasutri itu memasuki rumahnya.
"Nak Heeseung udah gede ya, gimana pekerjaannya?", tanya wanita itu.
"Jelas udah gede dong, waktu ditinggal papah aja pas umur 11 kan? Nah udah sembilan tahun ga ketemu makanya terasa udah gede aja, oh ya tante kan katanya dari keluarga good attitude ya? Bukannya nanyain pekerjaan ke orang yang baru dikenal itu termasuk pertanyaan ga sopan?", sindir Heeseung secara halus.
"Aduh maaf ya tadi mamah keceplosan, kabar kamu gimana?", wanita itu menjawab dengan wajah tak enak.
"Pasti baik tan, tante juga kelihatannya tambah baik nih setelah bareng papah, beda sama bunda saya ya setelah ditinggal papah langsung nyelem ke tanah"
"Kaka...", Jake kesal mendengar kata kata Heeseung. Dirinya menatap tajam kakanya itu.
"Apa sayang apa?", Heeseung menarik Jake kedalam pelukannya. Terkekeh karna senang bisa menyindir habis habisan istri muda ayahnya.
"Kalo Jake mah gue it's okay aja, tapi kalo emaknya ga dulu, gue masih inget wajah tengilnya waktu ngasi undangan pernikahan ke bunda", batin Heeseung
"Kalian apa apaan sih, mending kamu bantuin papah bawa barang barang ke kamar", perintah si kepala keluarga
"Maaf ya aku bukan babu pah"
"Baba babu tai ayam, di minta tolongin orang tua malah nolak, mau jadi Malin Kundang kamu?"
"Mau pah, tapi kutuk jadi emas ya jangan jadi batu, ga asik asal dibuang ke sungai"
"Kaka ga boleh jadi batu ya! Nanti yang ngejagain Jake siapa hum?!😾"
"Supir angkot", jawab Heeseung asal
"Kakaaa!!"
...
Seneng² dulu, bentar lagi konflik.
Terimakasih sudah membaca. Semoga suka, tetap semangat dan jaga kesehatan
-yvan

KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can't?
Kurgu Olmayan[Sequel of Maze In Mirror] Jake yang sadar bahwa semua orang dari garis keturunan ayahnya memiliki kemampuan yang sama untuk berbicara dengan bayangannya, membuatnya penasaran. mengapa hanya dirinya saja yang tidak bisa?