"Jake lihat mata kaka Jake, jangan tidur dulu okay? Kamu harus tetap sadar sampai kita kerumah sakit"
"Tapi kak, ini sakit banget"
"Kaka bilang jangan ya jangan Jake, kamu anak yang penurut kan?"
"Kak Hee..."
"Apa sayang apa? Sebentar ya sabar sebentar lagi kita sampai"
"Makasi ya sudah jadi kakanya Jake walaupun sebentar, Jake ngantuk banget"
"HAAHH", Heeseung baru terbangun dari tidurnya. Tadi saat mengemasi barang tiba2 ia mengantuk dan tertidur. Sialnya ia malah mimpi buruk.
"Mimpi sialan", umpatnya
"Sumpah, tadi mimpinya real banget"
Heeseung menetralkan napasnya. Memukul mukul kepalanya agar bisa melupakan kejadian tadi. Dia menangis dalam tidurnya. Bagaimana ia tidak menangis? Ia melihat adik kesayangannya itu disakiti.
"Gabisa gabisa, harus jemput Jake", pria itu Berdiri. Tanpa mencuci muka atau mengganti baju, ia langsung mengambil kunci motornya. Bahkan ia tak menggunakan helm.
Panik serta khawatir menguasai fikirannya. Membuat kuda besi itu hanya membutuhkan waktu sekitaran 1/12 jam untuk menuju ke tempat Jake berada.
"Permisi, boleh bertemu dengan Jake?", tanya Heeseung langsung kepada salah satu guru disana.
"Pas sekali bisa dijemput Jake nya, sepertinya pak Jake sedang mengalami masalah pribadi pak", jawab guru itu sambil mengantar Heeseung ke tempat Jake.
Heeseung melihat dengan mata kepalanya sendiri. Jake yang duduk termenung, terlihat jelas dirinya sedang memikirkan hal berat.
"Jake, i'm here, your favorite", panggil Heeseung
Jake menatapnya takut. Tapi mencoba memberanikan diri mendekati Heeseung. Menyentuh pipinya, memastikan kalau itu benar benar Kakanya.
"Ini.. Ini beneran Kak Heeseung kan?", tanya Jake
"Iyaa sayang ini Kak Hee, Kakanya Jake"
"HUAA KAK HEE JAKE TAKUTTT", Jake segera memeluk Heeseung erat. Heesung pun langsung menangkap tubuh Jake seakan akan menggendongnya.
"Kan, tadi tadi ada yang mir-
"Sttt, cerita dirumah aja ya"
Mereka berdua meninggalkan lokasi itu. Sepanjang perjalanan Jake memeluk erat Heeseung. Dirinya masih teringat dengan surat yang ia temukan tadi.
"Sisa tunggu giliran ku. Omong omong hati hati, aku selalu ada dimanapun dan kapan pun kamu berada", begitu isi pesannya.
Sesampainya mereka dirumah, mereka langsung disambut oleh Joshua yang sedang bersantai di halaman rumah. "Lho Jake kok sudah pulang? Ada apa?"
"Tadi Jake ketemu Ethan", jawab Heeseung singkat sambil membawa tas Jake.
Joshua hanya ber oh ria. Kemudian mereka semua masuk ke rumah itu dengan perasaan buruk. Saat menutup pintu, Joshua menatap halaman rumah dengan benar benar tajam sebelum menutupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can't?
No Ficción[Sequel of Maze In Mirror] Jake yang sadar bahwa semua orang dari garis keturunan ayahnya memiliki kemampuan yang sama untuk berbicara dengan bayangannya, membuatnya penasaran. mengapa hanya dirinya saja yang tidak bisa?