Tujuh tahun berlalu. Tak ada yang berubah dari Heeseung. Hanya perubahan fisik yang terjadi. Kini, ia hidup sendiri tak bersama Joshua. Namun tak apa, kenangan dari Jake selalu menemaninya.
Sore ini ia membawa Layla pergi ke taman.
"Diem disini sebentar ya, Kak Hee mau beli minum, kamu ga boleh ikut masuk", pamit Heeseung kepada Layla tanpa mengikatnya pada sebuah tiang atau pohon. Heeseung ingat, Jake tak suka jika Layla di ikat.
Layla bukan tipe anjing yang akan kabur jika tidak bersama tuannya. Yaiyalah, tuannya ganteng kaya gitu yakali di tinggal.
Tapi berbeda dengan kali ini. Ketika Heeseung kembali kepada Layla. Ia tak menemukan anjing itu. Hal tersebut membuatnya panik. Karna Layla adalah salah satu hal yang di titipkan Jake kepadanya.
"Layla? Layla kamu dimana?"
Heeseung mengelilingi taman itu sambil memanggil nama anjingnya. Daripada takut Layla kabur, Heeseung lebih takut jika Layla di culik. Lalu di jual, lalu di-
Oke tidak usah dilanjutkan.
"Haloo Om, om yang punya Layla?", tanya seorang bocah dari belakangnya.
Heeseung berbalik. Ia terkejut melihat siapa yang menggenggam tali leher Layla.
"E-eh, iya ini saya yang punya Layla, kamu siapa namanya?", jawab Heeseung sambil berjongkok. Menyesuaikan tingginya dengan anak itu.
"Jaeyun, kata bibi nama aku Jaeyun, umur aku lima tahun!", anak itu menjawab sambil menunjukan kelima jarinya.
"Jaeyun sendirian disini? Orang tua Jaeyun dimana?"
"Engga tau, Jaeyun tinggal disana bersama bibi dan paman", ucapnya sambil menunjuk sebuah bangunan panti asuhan.
"Hmm, mau Om antar pulang ke sana?"
"Mau!"
Mereka berdua pergi ke panti itu dengan berjalan kaki. Lokasinya dari taman tak begitu jauh. Sesampainya disana mereka langsung di hampiri oleh penjaga di Panti itu.
"Astaga Jaeyun, kamu dari mana aja?", panik wanita itu sambil mengangkat Jaeyun ke gendongannya.
"Ehehe, Jaeyun hanya pergi ke taman bibi, jangan takut Jaeyun kan anak kuat dan pemberani", balasnya dengan senyuman andalannya.
Wanita itu tak sengaja melihat Heeseung, "Makasi ya pak udah nganterin Jaeyun kesini"
"Saya yang terimakasih, Jaeyun udah ngejagain anjing saya selama saya pergi tadi"
"Bibi, Jaeyun mau ke kamar mandi dulu", Jaeyun bergerak turun dari gendongan itu. Menyisakan sang Bibi dan Heeseung.
"Ekhem. Saya mau ngobrol sedikit, boleh saya masuk sebelummya?"
"Ah maaf lupa, silahkan masuk Pak"
"Jadi syarat adopsinya yaitu memiliki pasangan dan setidaknya hubungannya sudah lewat dari lima tahun, begitu?", tanya Heeseung memastikan.
"Iyaa Pak, apa Bapak ada niatan mengadopsi anak?"
"Jujur saja iya, tapi saya tidak memiliki pasangan, menjalin kasih saja belum pernah haha"
"Kalau boleh tau.. Apa alasan Bapak untuk mengadopsi anak disini?"
"Saya anak pertama dari dua bersaudara. Saya punya adik laki laki namanya Jake. Dia meninggal kurang lebih tujuh tahun yang lalu demi menyelamatkan hidup saya. Dan... Ketika saya melihat Jaeyun saya melihat sosok Jake di dalamnya", Heeseung membuka ponselnya. Mencari salah satu foto Jake kemudian menunjukan kepada si Bibi.
"Ganteng banget, kalo masih hidup udah aku jadiin pacar kali", batin Bibi
"Kalau begitu bisa sih pak.. Tapi harus main kotor, Bapak yakin?"
"Yakin"
.
.
."Papah, papah jangan pergii", Jaeyun menggandoli kaki Heeseung. Pagi itu Heeseung akan berangkat berkerja seperti biasa. Dan seperti biasa pula Jaeyun akan menahannya.
"Papah cuma kerja sayang, nanti pulangnya Jaeyun mau di bawain apa?"
"Bawain Mamah boleh?", pintanya dengan wajah polos.
"Ga boleh! Ganti ganti ganti"
"Minta guguk baru, yayaya? Please"
"Memang Layla ga cukup?"
"Ga cukup! Mau tiga"
"Ah ribet banget, udah mending Jae ikut ke tempat kerjanya Papah aja"
"YEAYY, SAYANG PAPAH MUAHH", Soraknya sambil mencium pipi Heeseung.
"Jake, aku sudah memenuhi permintaan terakhirmu yaitu hidup dengan cinta. Tuhan mempertemukan ku dengan pangeran kecil ini. Apa kau yang memintanya kepada Tuhan? Sepertinya iya. Doa anak baik akan selalu di kabulkan bukan?"
"Jake, aku sudah menemukan mu di dalam diri Jaeyun. Kali ini aku tak akan mengulang kesalahan yang sama. Maaf, ketika aku bersama mu aku tak bisa memberikan semua cinta ku kepada mu. Tuhan, biarkan kali ini aku memberikan semua cintaku kepada putra ku Jaeyun. Setidaknya bisa sekali saja dalam hidupku aku menjalani peran dengan baik. Aku sudah gagal menjadi anak dan kaka yang baik"
"Jake, tenang lah disana. Kita generasi terakhir dari The Shadow dan The Chosen. Tak akan ada lagi korban seperti kita. Yang terpisah karna rasa benci"
"Bersenang senanglah disana. Setelah selesai aku menjalani tugas sebagai seorang ayah. Aku pasti akan menyusul mu"
"Dari Heeseung. Kaka terbahagia karna pernah menjadi Kaka dari seorang Jake"
...
Alhamdulllah. Akhirnya tulisan dari bocah 14 tahun ini selesai. Ayo doakan saya agar nilai diatas KKM tanpa belajar.
Terimakasih untuk dukuangannya.
Tetap jaga kesehatan dan semangat selalu
KAMU SEDANG MEMBACA
Why I Can't?
No Ficción[Sequel of Maze In Mirror] Jake yang sadar bahwa semua orang dari garis keturunan ayahnya memiliki kemampuan yang sama untuk berbicara dengan bayangannya, membuatnya penasaran. mengapa hanya dirinya saja yang tidak bisa?