Bagian 11

1.6K 133 1
                                    

Pembaca, aku izin promosi dulu, ya....

Novel After Divorce sudah tersedia di Shopee dan Tokopedia. Jika kalian mau memeluk kehidupan Nadine kalian bisa mendapatkanya dengan harga 65 ribu, bebas ongkir dan dapatkan cashback (cashback khusus di Tokped, gratis ongkir di keduanya). Ada special part saat Nadine dan Malik beserta anak-anak liburan ke Inggris. Juga bagian yang menjelaskan mengenai rayuan Malik hingga Aurel mau minta maaf sama mamanya (ini enggak tersedia di Wattpad dan Karyakarsa, khusus di buku saja). Kalian bisa langsung cari "novel After Divorce". Pengiriman dari Jakarta Barat, ya.

 Pengiriman dari Jakarta Barat, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dua tahun kemudian....

"Papa...."

Aku mengernyit sambil memegang telingaku. Di hadapanku, Aurel menatapku dengan mata berbinar. Tatapan mata yang sama seperti ia melihat anggota boyband idolanya. Tapi, aku menggeleng. Tidak mau disamakan dengan idolanya. Aku papanya. Orang yang akan membalas dengan tatapan yang sama. Bukan cinta bertepuk sebelah tangan seperti perasaan Aurel pada laki-laki Korea itu.

"Jangan teriak-teriak, Teteh," suara Nadine menginterupsi. Ia sedang berada di depan meja makan sambil tangannya menuangkan air putih ke gelasnya.

Aurel hanya membalas dengan cengiran. Ia langsung melangkah mendekatiku. Seakan tidak sabar menungguku berjalan ke arahnya.

Rasanya masih sama. Rutinitas ini yang telah kujalani selama hampir dua tahun. Menjadi mantan suami istri tapi harus tetap kompak sebagai orangtua bagi ketiga anakku. Komitmen yang kubangun dengan Nadine. Bahwa, anak-anak tidak boleh merasakan kehilangan salah satu dari kami. Mereka harus tetap menyadari jika kami akan tetap ada untuknya.

"Papa telat," kata Aurel. Ia mengganden tanganku menuju meja makan. "Ini, Papa makan dulu." Ia membiarkanku duduk dan menikmati sarapan. Aku melirik Nadine yang tengah jengah menatap tingkah laku putri sulungnya. Ya, mau bagaimana lagi? Ini Aurel, lho. Anak perempuan yang selalu menempeliku.

"Adik Hanum mana, Pa?" suara Ibra terdengar.

"Di rumah Oma, Ibra" balasku. Tidak memiliki pilihan selain merepotkan Mami untuk mengasuh sementara putri bungsuku. Hari ini spesial untuk kedua anakku, Aurel dan Ibra. Mereka akan memasuki jenjang baru di dunia pendidikan. Ibra meninggalkan dunia TK dan memasuki SD. Sementara kakaknya akan memasuki fase SMA.

Aku tidak tahu apakah ayah lain merasakan hal yang sama sepertiku. Perasaan takut ditinggalkan oleh putri kandungnya sendiri. Apalagi bila mengingat sejarahku di masa SMA. Di tingkat untuk pertama kali aku jatuh cinta-dengan mama mereka. Aurel mungkin akan mengenal perasaan cinta di sini. Apakah ia akan tetap memintaku menemaninya menonton konser, menonton film di bioskop, atau jalan ke mall?

Pikiran itu aku tenggelamkan seraya mulutku mengunyah sarapanku. Selesai, aku bersiap-siap dengan menyetir mobil Nadine. Karena pagi ini, kami-aku dan Nadine-akan mengantar secara spesial Ibra dan Aurel ke sekolah. Karena menurutku, ini adalah fase pertama mereka mengenal suasana baru. Mungkin ada rasa takut dan cemas memasuki babak baru kehidupan pendidikan mereka. Aku dan Nadine ingin memastikan jika semuanya berjalan dengan baik.

After Divorce-Cerita MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang