7

87 84 57
                                    

The Na

cklk

Mengalihkan pandangan, ketiga anak itu dengan cepat melihat atensi tuan Na yang membuka pintu.

"ibu bilang ada yang datang, jadi ayah ingin menemuinya" ucap tuan Na diambang pintu.

Dengan senyum yang mengembang, Thena berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri tuan Na seraya memeluknya, "aku disini ayah"

Tuan Na masih setia memeluknya untuk melepas rindunya pada Thena, dengan sesekali ia beri kecupan di kepala Thena.

Jevan dan Jean hanya memperhatikan mereka dengan memutar kedua matanya malas.

"apa kau tahu? bahkan seorang kepala mafia akan bertekuk lutut pada kedua perempuan berdarah dingin di rumah ini" ucap Jean pada Jovan dengan suara menyindir untuk mereka.

"kau pun sama takutnya" jawab Jevan seraya mempermalukan Jean.

Jean hanya berdecak saat ketiga orang yang ada dikamarnya menertawakan dirinya.

"ibu bilang ayah akan kembali sore?"

"rencana awalnya memang seperti itu, tetapi saat ibu mengatakan bahwa kau kembali, ayah menyerahkan itu semua pada Felix" ucap tuan Na menanggapi pertanyaan Thena.

"turun lah, kita makan siang bersama" sambung tuan Na.

Thena mengangguk senang seraya memeluk tangan kiri tuan Na dan pergi kebawah untuk makan siang, tanpa mempedulikan kedua anak kembar itu.

Melihat kepergian Thena dan tuan Na, Jean menggelengkan kepala seraya tersenyum, "lihat, jika ada Thena di rumah ini, kita tidak akan dipedulikan oleh ayah dan ibu"

Jevan tertawa mendekati Jean yang masih setia pada tempatnya, dengan memegang tangan Jean untuk mengajaknya turun makan siang.

Dengan kecupan jauh dan kedipan mata, Jevan berkata dengan tangan yang masih memegang tangan Jean "jika Thena mendengarnya, ia akan merobek mulut mu. Jangan terlalu banyak berkeluh kesah, aku tetap mempedulikan mu walaupun mereka tidak"

Melihat itu Jean dengan cepat menepis tanga Jevan darinya dan berkata, "diam! itu menjijikkan!"

Jevan hanya tertawa saat melihat Jean meninggalkannya, padalah ia yang mengajak Jean untuk turun bersama, sekarang Jevan yang ditinggalkan.

Jevan melihat bahwa lengkap sudah semua orang di meja makan sana, lalu berjalan dan menduduki dirinya disamping Jean.

"ibu, untuk apa memasak sebanyak ini? apakah akan ada tamu?" Tanya Jovan yang baru saja menduduki dirinya pada kursi.

"apa kau tidak lihat? putri kesayangannya ada disini" jawab Jean dengan mengarahkan dagunya pada Thena.

Thena yang melihat itu mengatakan, "kau iri bukan?"

Dengan badan yang ditegakkan dan sedikit menganggat kepala, Jean menjawab, "tidak, untuk apa aku iri pada gadis gila seperti mu"

Thena dengan mata yang ia belakkan dan hanya mengarahkan pisau makan pada Jean sebagai ancaman.

Melihat itu nyonya dan tuan Na hanya tertawa, sudah menjadi sebuah kebiasaan mereka akan berkelahi jika bertemu.

---

Mereka menyelesaikan makan dengan tenang, karena sudah menjadi etika dasar untuk tidak berisik saat makan.

Mendengar suara langkah, mereka mengamati Felix dengan tenang memasuki ruang makan.

"tuan, semuanya sudah ku bereskan. Hanya menunggu waktu untuk menghabisinya nanti malam" dengan membungkuk Felix memberikan informasi pada tuan Na.

"baiklah, pastikan ia mati malam ini"

ATHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang