9

104 84 176
                                    

The Na

Jean dan Jevan mengamati Thena melalui cctv yang berada di sudut ruangan tempat Thena menghabisi korbannya, cctv itu sudah lebih dulu Jean retas sehingga hanya Jean yang dapat melihatnya.

"kau melihatnya?" tanya Jevan yang memperhatikan Thena dalam layar laptop.

Jean mengangguk dan sedikit meringis saat melihat Thena menuliskan inisial namanya pada orang tersebut, terlebih lagi orang tersebut terus berteriak.

Jean dan Jevan memanglah dilahirkan dikeluarga mafia yang kejam, tetapi saat melihat cara Thena menghabisi seseorang, kekejaman itu berlipat ganda.

Jean dan Jevan biasanya akan langsung membunuh dengan menembak bagian jantung atau kepala korban agar tidak terlalu lama menyelesaikan misi. Berbeda dengan Thena, Thena akan menyiksa terlebih dahulu dengan alasan bersenang senang hingga membuat orang tersebut mati kesakitan secara perlahan. Tetapi setiap misi yang menyertakan Thena, tetap ia akan menyelesaikannya dengan cepat.

Setelah menghubungi Thena, Jean dan Jevan pun dengan cepat kembali pada kediaman dragon black sebelum Thena melihat mereka yang masih berada di kawasan apartemen ini.

---

Thena memutuskan untuk keluar dari apartemen ini setelah merasa cukup membersihkan dirinya. Sebenarnya Thena tidak tahu kemana ia akan membawa dirinya setelah ini, karena biasanya jika Thena keluar pada tengah malam, Thena akan menjalankan misi pribadinya. Tetapi karena ia tidak memiliki misi khusus, Thena hanya mengikuti kemana dirinya membawanya.

Dengan menyeret tongkat baseball, Thena menyusuri jalanan kota tengah malam. Hanya beberapa kendaraan yang masih berlalu lalang di tengah malam, dengan minimnya lampu jalan sebagai pencahayaan dan angin malam yang berhembus menembus kulit kakinya, Thena merasa sedikit nyaman pada situasi seperti ini.

Thena masih merasa nyaman menyusuri jalanan di kota malam ini, melihat beberapa orang yang tidak sadar akibat mabuk, Thena hanya memutar kedua matanya malas.

Setelah beberapa saat berjalan seraya menyeret tongkat baseballnya, Thena tersadar bahwa ia sudah berada disebuah jembatan dengan pemandangan sungai dibawahnya. Thena pun mendekatkan dirinya pada pembatas jembatan setinggi dadanya untuk lebih merasakan angin yang menerpa wajah dan rambutnya.

"Thena?"

Saat sedang memejamkan matanya, Thena terkejut mendengar ada yang memanggilnya dari arah samping. Setelah menoleh pada sumber suara, Thena mengerutkan dahi saat mendapati Guan dengan mawar hitam ditangannya.

Guan sebetulnya sedikit ragu saat melihat Thena dengan tampilannya dan tongkat baseball ditangannya. Namun Guan memberanikan diri memanggil Thena. Guan juga tidak tahu apa yang dilakukan Thena tengah malam seorang diri berada di jembatan ini, Thena lebih terlihat seperti ingin mengakhiri hidupnya dengan loncat pada sungai yang ada dibawahnya.

"apa yang kau lakukan tengah malam seperti ini Thena" tanya Guan mendekati Thena yang kembali memejamkan mata setelah melihat kearahnya.

Thena yang mendengar itu hanya mengedikkan bahu, "bukan urusan mu"

Mendengar itu yang Guan lakukan hanya tersenyum seraya menundukkan kepala, Guan harusnya tahu Thena tidak terlalu suka untuk diganggu.

"apa kau lelah? duduk sebentar pada kursi itu tidak masalah Thena jika kau ingin sedikit beristirahat" ucap Guan seraya mengajak Thena untuk duduk disebuah kursi yang tidak jauh dari mereka.

Thena membuka matanya perlahan mendengar apa yang Guan katakan, sebetulnya ia juga sedikit lelah karena haru berjalan tadi. Dengan memalingkan pandangannya pada Guan, Thena mengangguk setuju.

Guan membelakkan mata, hampir tidak percaya dengan Thena yang menyetujuinya. Pasalnya, Thena akan selalu menolak apa yang Guan katakan walaupun hanya sebatas hal hal kecil.

Dengan cepat Guan tersenyum mengangguk lalu berjalan dibelakang Thena yang sudah mendahuluinya.

Setelah mereka duduk, Thena sedikit menyandarkan punggungnya pada kursi panjang dipinggir jalan ini. Lalu Thena mengambil rokok yang ia bawa didalam saku jaketnya.

Guan memperhatikan Thena dengan pandangan berarti, senyum Guan pun tak lepas saat memandangi Thena. Melihat Thena menyalakan rokonya, mungkin Thena sedikit kesulitan karena api dari korek yang ia nyalakan berkali kali mati akibat angin yang sedikit kencang.

Thena masih setia dengan rokok yang berada pada sela jari telunjuk dan tengahnya. Hembusan asap yang dikeluarkan menerpa wajah Thena hingga memberikan kesan perih pada matanya.

Melihat Thena dengan tampilan seperti ini membuat Guan sempat berpikiran buruk terhadap Thena, pasalnya masih terdapat bercak darah pada lengan jaket yang ia kenakan. Tetapi dengan cepat pula Guan menepis pikiran buruknya terhadap Thena.

"Thena apa yang kau inginkan? buatlah suatu permintaan"

Mendengar itu Thena tertawa dan mengalihkan pandangannya pada Guan, "apa kau Tuhan? meminta ku untuk membuat suatu permintaan?"

Guan tersenyum saat mendengar Thena tertawa, baginya tawa Thena merupakan tawa yang selalu ia inginkan untuk didengar.

"bukan, tetapi aku akan berusaha untuk memenuhinya"

Thena tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, "apa kau akan mengatakan jika kau ingin berteman dengan ku?"

"dengar Guan, aku tidak membutuhkan teman" sambung Thena yang masih melihat Guan disampingnya.

Mendengar itu Guan dengan berani menatap Thena dan senyum yang tak lepas dari wajahnya, "tidak, aku tidak mengatakan aku ingin berteman dengan mu"

Setelah hening beberapa saat, Guan kembali melanjutkan apa yang belum sempat ia sampaikan.

"yang akan ku ucapkan, aku mencintai mu"

Setelah mengatakan apa yang ingin Guan katakan, Guan dengan cepat memberikan mawar hitam yang ia bawa untuk Thena. Guan memang membeli mawar hitam itu untuk Thena, namun tujuan awalnya Guan akan memberikan mawar itu saat ia bertemu Thena di rooftop sekolah. Tidak disangka, malam ini Guan bertemu dengan Thena saat hendak mencari sedikit ketenangan.

"selamat ulang tahun Thena"

Thena hanya terdiam saat apa yang dikatakan Guan masuk kedalam pikirannya. Bahkan Thena tidak mengingat hari kelahirannya, yang Thena lakukan hanya melihat Guan dan bunga itu secara bergantian.

Dengan cepat ia memalingkan wajahnya kearah sungai yang ada didepannya seraya tertawa renyah, lalu beberapa saat kemudian Thena menjatuhkan rokok yang hampir habis untuk Thena matikan dengan menginjaknya.

Thena kembali memerhatikan Guan dengan senyumnya, setelah itu ia menerima mawar hitam dintangan Guan. Thena memperhatikan mawar hitam yang ia pegang, selanjutnya ia tertawa.

"aku.. tidak pernah menyukai bunga.." Thena menggelengkan kepalanya.

Saat itu juga Thena mengambil korek api lalu membakar mawar hitam itu, setelah terbakar Thena melemparkan mawar itu hingga terjatuh pada sungai yang berada dibawahnya.

A

ATHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang