The Na
"Ayah apa kau bisa membelikan ini sebagai hadiah ulang tahun ku,"
"Berhentilah berbicara! aku benar benar muak dengan mu!"
"Tapi ayah.. sebentar lagi ulang tahun ku.."
"Aku tidak peduli! pergi kekamarmu!"
Thena kecil yang mendengar bentakkan itu hanya dapat tertunduk, lalu pergi memasuki kamarnya.
"Moi, apa kau tahu, ayah dan ibu tidak pernah memberikan ku hadiah saat ulang tahun. Aku ingin menangis rasanya moi." ucap Thena kecil pada boneka kesayangannya.
Boneka itu Thena kecil dapatkan saat ia tidak sengaja menemukannya disamping tempat sampah sebuah rumah, lalu Thena kecil mengambilnya. Thena kecil tidak pernah memiliki hal hal yang ia inginkan, jangankan yang ia inginkan, bahkan yang ia butuhkan pun Thena kecil tidak pernah memilikinya.
Ini semua sebab kedua orang tua Thena kecil yang terbelit hutang karena kalah bermain judi, kedua orang tua Thena kecil kerap bertengkar bahkan didepannya. Thena kecil dituntut untuk mengerti mereka yang bahkan tidak sedikit pun mengerti tentangnya.
"Aku tidak tahu lagi harus bagaimana membayar hutang hutang itu!"
prang
"Kau tidak ada gunanya sama sekali menjadi seorang istri!"
brak
"Ahk! kau selalu menuntut ku! apa kau tidak berpikir ini semua karena ulah mu!"
"Diam! atau aku akan membunuh mu!"
Thena kecil yang mendengar itu hanya menangis didalam kamarnya, dengan memeluk moi, Thena kecil berkata.
"Moi apakah mereka akan membunuh ku juga?" ucap Thena kecil dengan deruan air mata ketakutan.
"Tidak! jangan! AAAAA."
brak
Thena kecil sangat ketakutan saat mendengar hantaman demi hantaman akibat perkelahian kedua orang tuanya. Thena kecil benar benar takut jika Ibunya dibunuh oleh ayahnya.
Dengan tangisan dan moi yang masih berada didekapannya, Thena kecil memberanikan diri untuk keluar kamar untuk menyelamatkan ibunya. Walaupun ibunya kerap memukuli dan menyakitinya tanpa sebab, Thena kecil tetaplah menyayangi ibunya.
Betapa terkejutnya Thena kecil saat melihat ibunya yang sudah terpojok dengan ayahnya yang memegang pisau dapur ditangannya. Thena kecil ketakutan, tetapi ia tidak ingin jika ibunya mati.
"Ayah... jangan membuat ibu mati,"
Hian yang mendengar itu lalu berbalik mendapati Thena kecil menangis kencang dengan boneka ditangannya. Hian mendekatkan diri pada Thena kecil yang terlalu berisik karena tangisannya. Semakin dekat semakin keras tangisan yang Thena kecil keluarkan, Hian benar benar tidak tahan.
Dengan amarah yang masih memuncak, Hian mendaratkan pisau itu pada Thena kecil.
Thena kecil benar benar merasakan saat ujung pisau lancip itu menusuk pundaknya, Thena kecil dengan cepat berhenti menangis saat merasakan sakit yang luar biasa akibat tarikan pisau yang ayahnya lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHENA
Teen Fiction🚫blood, sweet, and tears. "berhenti berkata bahwa aku akan menjadi temanmu" "aku tidak mengatakan aku ingin menjadi temanmu. yang aku katakan, aku mencintaimu" "hentikan omong kosong itu atau kau mati di tanganku" Tentang seorang anak laki-kali mem...