Surat ini ku buat sambil membayangkan kita duduk di pelataran teras
Ditemani dua cangkir teh hangat di atas meja yang beralaskan kain kelabuAku memandang mu, mata mu sayu
Hari itu petang
Angin menari padamu
Diusapnya wajah mu
Dimainkannya rambut mu
Beruntung sekaliPerlahan surya memasuki waktu istirahatnya
Aku masih memandang mu, senyum mu teduh
Saat itu cahaya setengah malu
Kini aku bermain di kepala mu
Kau memandangku, aku tersipu malu
Keberuntungan padakuAku terbawa lamunanku
Lamunan yang mengukir senyuman di wajah ku
Ku jeda tulisankuKau membawa lamunanku
Diukirnya senyuman di wajah ku
Kau jeda tulisankuSebatang pohon depan rumah bergoyang kesana kemari
Akarnya hendak tercabut dipusar-pusarkan angin
Kulihat lagi wajah mu, samar
Seperti terhalang pembatasAwan membawa rintik pada pohon itu
Kulihat akarnya semakin menelusupkan dirinya
Kulihat lagi wajah mu, kau menangis
Seperti ada yang ingin kau katakanSuaramu senyap
Kau tak berbunyiBagian 2 #Warnadindingwaktu