#07 Pelanggan

2.9K 311 139
                                    

"Ya? Baik, sebentar." jawab Lyn, "Esther, aku akan melanjutkan pekerjaan ku untuk menyusun bunga-bunga di dalam, kita belum menyusunnya, jadi kau layani saja para pelanggan. Aku masuk dulu."

Setelah mengatakan itu, Lyn pergi meninggalkan ruangan, dalam sekejap ruangan itu menjadi hening, Esther masih terduduk di atas meja dengan mata yang tersorot ke depan tanpa berkedip sedikitpun.

"Ya? Baik, sebentar." jawab Lyn, "Esther, aku akan melanjutkan pekerjaan ku untuk menyusun bunga-bunga di dalam, kita belum menyusunnya, jadi kau layani saja para pelanggan. Aku masuk dulu."

Setelah mengatakan itu, Lyn pergi meninggalkan ruangan, dalam sekejap ruangan itu menjadi hening, Esther masih terduduk di atas meja dengan mata yang tersorot ke depan tanpa berkedip sedikitpun.

Orang di depannya itu--tidak, pelanggan yang baru saja datang itu adalah seseorang yang Esther kenal. Seorang pria berambut perak dengan mata ungu yang hampir sama seperti milik Beryl, pria yang selalu menatap dengan sorot mata menakutkan yang mengintimidasi, dan aura yang ada di sekitarnya begitu pekat, itu sangat mengganggu seolah dapat mencemari udara di sekitarnya.

"Apa ada yang salah dengan wajahku...?"

Suara dingin, suara bernada rendah yang mengalun dengan penuh ketenangan, namun di sisi lain dapat membawa ketakutan dari seseorang yang berhadapan dengannya. Mendengar suara itu membuat Esther merasa dejavu, ini sudah sangat lama sejak ia mendengar suara berat yang menakutkan itu.

"Untuk apa dia ke sini...?" - tanya Esther dalam hati.

***

Rexav Evan Ignatius, putra bungsu dari Duke Ignatius. Dia adalah putra ke-dua, dan dia tidak memiliki hak untuk menempati posisi kepala keluarga, karena dia bukanlah putra sulung.

Untuk beberapa alasan, Rexav lebih pendiam dari anggota keluarga Duke yang lainnya, dia tak banyak bicara, dan sorot matanya selalu terlihat menakutkan tanpa adanya emosi yang terasa.

Tepat lima tahun lalu, Beryl merekomendasikan Esther untuk menjadi tutor Rexav, semua itu Beryl lakukan atas dasar membantu, karena situasi keuangan Esther sedang tidak baik-baik saja setelah diusir dari kediaman, dan dia sulit menerima pekerjaan karena rumor yang tersebar.

Namun, sejak lima tahun lalu, Esther memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan itu dan memilih untuk membuka toko bunga, ia tak pernah lagi muncul atau menginjakkan kakinya di kediaman Ignatius ataupun bertemu dengan Tuan Muda Rexav. Akan tetapi, pria yang paling tidak ingin ia temui itu justru datang ke tokonya?

"Untuk apa dia ke sini...?" - tanya Esther dalam hati.

Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Esther, dan situasi tidak mengharuskannya untuk berpikir, karena pria itu masih menunggunya di depan sana.

Menyadari dirinya masih duduk diatas meja, Esther pun tersentak, ia segera melompat turun ke bawah, akan tetapi rasa sakit kembali menghantam pinggangnya tanpa ampun.

"Urrgh--!!" ringis Esther menahan suaranya yang hendak keluar, hal itu tak luput dari perhatian Rex.

Rex tak bereaksi apapun, pria itu tak bergeming di tempatnya, sementara Esther mulai berjalan menjauhi meja dengan perlahan, ia pun berjalan mendekati bunga-bunga yang tersusun dengan rapi di dekat jendela kaca.

"Mohon tunggu sebentar," ucap Esther pelan.

"Tak masalah, gunakan waktumu." balas Rex.

Tanpa Esther sadari, Rex terus menatapnya dengan lekat, sudut bibir pria itu terangkat membentuk senyum tipis yang penuh akan kepuasan nyata, bahkan ia mati-matian menahan suara tawanya agar tak di dengar oleh Esther.

Blind Spot || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang