#12 Ingatan (19+)

4.2K 286 102
                                    

"Siapa yang peduli apakah kau yang meracuninya atau bukan?"

Esther tertegun tak percaya, "Apa...?"

Rex tersenyum tipis, "Itu bahkan tidak penting."

Mendengar itu, Esther segera dibuat tersentak dengan mata yang membulat sempurna.

"Apa maksudnya...? Lalu mengapa dia menyekap ku? Apa dia ingin mengambinghitamkan aku?" - batin Esther.

Rex merangkak mendekati Esther yang terbaring, Rex lalu berhenti tepat diatas tubuh Esther, dimana sekarang tubuh Esther telah terkunci dibawah tindihan-Nya.

"Esther Ellenia Limburg, aku akan langsung saja."

"..."

"Akulah yang menyelamatkan mu dari kebrutalan Beryl..." ucap Rex.

DEG!

Esther lagi-lagi dibuat tersentak.

"Dan untuk itu, aku ingin kau membalas ku..." lanjutnya dengan senyum tipis yang penuh akan kelicikan.

Esther menatap sinis pada Rex, "Ha, kau menyelamatkan ku hanya untuk mendapatkan imbalan...?"

"..."

"Jangan salah paham..." ucap Esther, "Kau lihat wajahku?" tanya-Nya.

Rex tak menjawab, ia kembali mengamati wajah cantik Esther. Wajah Esther dipenuhi luka, sudut bibirnya sobek, dahinya sedikit tergores dan mengeluarkan darah, bahkan tulang pipi serta dagunya terlihat memar. Siapapun yang melihat itu mungkin akan sadar bahwa keadaan Esther tak bisa dikatakan baik-baik saja.

"Jika memukul dan menyiksa ku bisa membuat ku berbicara, sejak tadi aku akan mengakuinya walaupun bukan aku pelakunya."

Rex tak menjawab.

"Dari awal, aku tak punya niat untuk melindungi diriku sendiri..." lanjutnya yang penuh akan tekanan.

"Ahaa... Jadi kau lebih memilih mati daripada menerima semua tuduhan, begitu?"

Esther tak menjawab, tidak--lebih tepatnya ia tak ingin menjawab. Esther pikir Rex sudah tahu jawabannya, namun ia masih sengaja bertanya, sangat jelas bahwa pria itu hanya bermain-main.

Tak mendapat jawaban dari Esther tidak membuat Rex berkecil hati, pria itu justru menunjukkan seringai kejamnya kemudian bangkit dan bersimpuh tepat diantara kedua kaki Esther yang terbuka.

"Tetapi, sepertinya kau salah paham lagi. Bukan itu yang ku inginkan, haha..."

Esther mengernyit.

"...?"

Rex menempatkan jari-jarinya pada atasan yang ia pakai, pria itu mulai membuka satu demi satu kaitan dari pakaiannya. Perlahan tapi pasti, pakaian itu mulai terasa longgar di tubuh yang dipenuhi otot nyata, dan hal itu tak luput dari perhatian Esther, Esther mulai dibuat gugup dengan berbagai macam kekhawatiran dan mimpi buruk yang mungkin akan terjadi.

Sudut bibir Rex terangkat membentuk sebuah seringai, "Aku ingin melakukan sesuatu..." ucap Rex.

Setelah bagian atasnya telah telanjang sepenuhnya hingga memperlihatkan otot dada yang terlihat padat, bahkan ia hanya menyisakan celana yang masih terpasang, pria itu kembali menunduk seolah bersujud diatas tubuh Esther yang terbaring dengan kondisi terikat.

"Yang kita lakukan malam itu..." lanjutnya tepat di depan wajah Esther.

Esther terdiam.

***

"Apa ... yang kau bicarakan..."

"Dari sikapmu waspada mu itu, sepertinya kau memiliki ingatan yang bagus."

Blind Spot || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang