#02 Pertama Kalinya

7.6K 411 91
                                    

"Nnghh..."

Esther mulai menggeliat tak nyaman, matanya terbuka secara perlahan, di menit selanjutnya tatapan mereka bertemu, namun Esther tak bereaksi lebih, wanita itu justru terdiam dengan wajah sayu.

"Tuan..."

Rex mengangkat satu alisnya, "...?"

Perlahan Esther mengangkat satu tangannya menyentuh pipi Rex, air mata mulai menggumpal di ujung matanya, dan itu tak luput dari perhatian Rex, wanita itu jelas telah salah mengira jika Rex sebagai orang lain.

"Hiks--Tuan Julius... Saya selalu menghormati dan mengagumi Tuan..." lirih Esther sambil menatap dalam mata Rex, "Bagaimana bisa Anda tidak melihat perasaan saya?"

Rex tak bergeming, "..."

Esther mulai mengangkat wajahnya mendekatkan bibirnya ke bibir Rex, segera setelah itu benda kenyal yang basah itu akhirnya menyatu dengan sempurna lewat sebuah kecupan. Lama Esther menempelkan bibir mereka, wanita itu seperti tak berniat untuk melepaskannya dalam waktu dekat.

"Aku menginginkanmu, Tuan..."

Rex dibuat terdiam dengan mata yang terbuka dengan cukup lebar, pria itu sungguh tak menyangka wanita yang ada di hadapannya ini justru memiliki sisi seperti ini, padahal setahunya dia hanyalah wanita tak menarik yang dipenuhi dengan kewaspadaan dan kecurigaan yang sangat mengganggu.

Mata Rex mulai menyipit bersamaan dengan sudut bibirnya yang terangkat membentuk sebuah senyuman penuh kegembiraan liat. Rex lalu menempatkan satu tangannya pada rahang Esther seolah menahannya, bersamaan dengan itu Rex ikut memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka.

Lidah yang awalnya tersembunyi dibalik bibir kini mulai bergerak secara agresif, Rex menjulurkan lidahnya menjilati bibir Esther sebelum kemudian lidah itu menelusup masuk ke dalam mulut.

"Nnghh..."

Sentuhan dari dua benda kenyal yang basah serta rasa yang berbeda mengalirkan perasaan asing yang terasa nikmat dan memabukkan, tanpa sadar Esther mengalungkan tangannya pada leher Rex sambil memutar kepalanya seolah memperdalam ciuman saat ini.

"Haa..."

Waktu berlalu, suara decapan dari lidah yang saling membelit serta bibir yang saling menyedot membuat suasana ruangan menjadi panas dengan suara-suara erotis yang terkesan cabul.

"Aaah... Nnghh--"

Gairah yang seolah-olah dipenuhi kabut nafsu mendominasi suasana yang sebelumnya tenang, kini ruangan itu menjadi saksi akan pergulatan panas antara dua tubuh bergairah di malam yang tidak suci.

Beberapa saat berlalu, begitu nafas mereka mulai habis, Rex akhirnya melepaskan ciuman mereka. Ketika bibir itu terlepas, benang tipis yang terbentuk dari air liur yang saling terhubung dari bibir Rex dan bibir Esther terbentuk.

"Haa... Haa..."

Rex menatap Esther lama, pipi wanita itu semakin memerah, matanya semakin sayu, dan tubuhnya ikut memanas oleh nafsu. Pemandangan di depannya ini benar-benar menggairahkan hingga membuat Rex kehilangan kontrol akan pikirannya untuk beberapa saat.

Mata Rex membulat sempurna dengan rasa takjub sekaligus sekaligus bersemangat. Wanita yang sedang ia tindih dengan kondisi tak berdaya ini jelas tampak tak begitu menarik di beberapa waktu lalu, namun bagaimana semua kesan itu bisa terhapuskan begitu saja?

"Haa...?"

Tanpa membuang waktu, Rex kembali menunduk mendekatkan wajahnya ke wajah Esther, mencium wanita itu dengan lebih brutal dan menuntut, ia bahkan sampai menggunakan kedua tangannya untuk menahan masing-masing sisi kiri dan kanan rahang esther hanya untuk memperdalam ciuman panas mereka.

Blind Spot || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang