Prioritas

1.3K 178 15
                                    



Lagi-lagi Jeno mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan. Ia berdecak kesal ketika jarinya tak kunjung punya nyali untuk menekan tombol kirim. "Ngetik apa ye, masa ngucapin selamat pagi! Orang udah jam sepuluh gini"

Udah makan, Na?

Tangannya kembali menekan tombol delete pada text yang baru saja ia ketik. Ia belum mempunyai nyali untuk mengirim text yang baru saja ia ketik

"Duh anjir kayak kesannya caper ga sih, ngechat duluan" gerutunya yang sekarang mengusap kepalanya kasar. Ia menggulir roomchatnya, baru ia sadari selama ini yang memulai percakapan itu kebanyakan Nakula.

Lo balik jam berapa?

Ia membaca text yang ia ketik, tak lama kemudian Jeno kembali menekan tombol delete sambil mendengus kasar. "Apa ya, kayak kesannya minta jemput aja" Jeno bergumam sendiri.

"Mas, udah ini motornya. 15.000 ya mas"

Jeno yang merasa terpanggil pun bangkit dari duduknya, ia mengangguk dan segera merogoh uang yang ia simpan di saku celananya, "Ini pak, makasih ya" ujarnya menyodorkan selembar uang sepuluh ribuan dan selembar uang lima ribuan.

"Nggih, sama-sama mas. Mending itu ban belakangnya diganti yang baru mas, soalnya udah lama, udah sering bocor juga kan ya?" Bapak-bapak yang barusan menambal ban motor milik Jeno itu menyarankan.

"Belum ada uangnya pak, nanti deh mau ngumpulin juga buat ganti ban" jawab Jeno seraya menyunggingkan senyumnya.

"Oh iya mas, saya pamit kedalam ya? Matur suwun, mas" Jeno mengangguk. Ia kembali membuka ponselnya, mengetik beberapa pesan singkat untuk dikirim. Tanpa ragu ia meng-klik tombol send, Jeno menghela nafas lega.

"Bodo amat deh, mau dibales gimana"

"Bodo amat deh, mau dibales gimana"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



•••

"Wihh, sarapan orang kaya nih"

"Diem, nanti gue ga nafsu makan" jawab Nakula ketus seraya menggigit sandwich tuna yang ada di genggamannya. Moodnya sedang buruk pagi ini, ditambah tugas bangunan perspektif tiga dimensinya yang masih belum ia selesaikan.

"Sepet banget muka lo kaya cucian belum kering" Ryujin berujar sambil duduk didepan Nakula yang sekarang hanya menatapnya datar sambil terus mengunyah sandwich.

Seperti biasa, Nakula selalu mangkir di meja kantin kedua dari belakang. Namun kali ini sedikit berbeda, dikarenakan Renjun yang belum berangkat kuliah karena jam matkul mereka berbeda, dan Haechan—Nakula bahkan masih enggan untuk mengajaknya bicara hari ini.

"Pasti lo ada maunya kan, tiba-tiba datengin gue" tebak Nakula. Ryujin mencengir lebar, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sial! Ia tertangkap basah!

"Gaada sih, tapi kalo lo nebaknya gitu—gue mau minta bantuan" kata Ryujin yang membuat Nakula menarik sudut bibirnya, "Kan, bener kata gue" ia menyombongkan diri.

Scars Under Stars (Jaemjen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang