Main kerumah (calon) pacar

1.4K 208 54
                                    



"Dia, spesial ya?"

•••

Nakula menciut.

"Takut ya lo?" ledek Jeno yang sekarang menyelipkan tangannya kedalam hoodie, ia mati-matian menahan tawanya ketika Nakula berdiri kaku dan tak kunjung membuka pintu rumahnya sendiri.

Pria dengan sejuta bualan itu berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkannya sekarang. Memikirkan tentang, dengan apa ia menyebut Jeno saat memperkenalkannya kepada Ayahnya? Atau minimal Ibunya?

Mah, Pah. Kenalin, calon pacar.

Bisa-bisa ia langsung disuruh mengambil pulpen dan mencoret namanya sendiri di Kartu Keluarga. Atau bisa juga ia disuruh mengemasi pakaian dan tak dibolehkan untuk pulang? Memikirkannya saja sudah membuat Nakula pusing.

Agendanya hari ini, tepatnya hari Minggu pagi setelah ia pulang dari gereja. Nakula membawa Jeno kerumah, seperti yang dijanjikan; membuat seblak krupuk kemplang ( translate : mengabulkan permintaan baginda raja ) 

Keduanya sepakat untuk melakukan hari Minggu, selain karena jadwal Nakula yang semakin padat, dan Jeno yang semakin disibukkan oleh tugas dan beberapa kegiatan penting di kampus. 

"Tinggal bilang aja temen lo, emang kita temenan kan?"

Duh, sakit bener. Pusing-pusing cari alesan, dianya santai doang?

Tapi bener juga sih, kan cuma temen?!

Ceklek,

"Ayo masuk,"

Nakula mendorong pintu, setelah lama mengumpulkan keberanian.

"Papa gue biasanya nonton TV di ruang tengah, nanti sapa aja ya," Nakula mewanti-wanti. Jeno hanya mengikuti Nakula dari belakang. Diam-diam ia juga takut? Maklum kan ia belum bertemu dnegan keluarga Nakula, err— kecuali Kio.

Seperti yang Nakula katakan, Jeno menangkap sosok Ayah Nakula yang duduk bersantai diruang tengah, menatap kedepan TV dengan serius.

"Selamat pagi om," Jeno bergerak mendekati Ayah Nakula, mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan seraya mencium punggung Ayah Nakula, sebagai bentuk rasa menghormati ke yang lebih tua.

"Oh, Pagi nak, temennya Nakula ya?" tanya beliau membuat keduanya berpandangan sejenak. "Iya om, saya temennya Nakula" jawab Jeno.

"Siapa namanya? Kayanya om belum pernah lihat kamu sebelumnya ya? Kalo Haechan sama Renjun, mereka sering kesini"

"Iya baru pertama kali kerumahnya Nakula, Om,
. Nama saya Jaksa" ucap Jeno yang dibalas dengan anggukan dari ayah Nakula.

"Temen kuliahnya Nakula ya?" tanya ayah Nakula sekali lagi. Jeno menggeleng, "Engga satu kampus sama Nakula om, saya di Tarumanegara"

"Oooh, kirain satu kampus,"

"Pah, udah dong. Jangan ditanyain mulu Jaksanya, mau keatas nih" ujar Nakula berusaha mencegah ayahnya itu bertanya lebih detail kepada Jeno.

Ayahnya hanya tertawa saja, "Ya kan wajar dong, sebagai ayah harus kenal sama temen-temen anaknya? Biar papah tau, mereka bawa pengaruh buruk ke kamu atau engga,"

"Iya yaudah, Nakula naik keatas ya Pah?"

"Yaudah sana, nanti jangan lupa ajak temenmu makan. Mamamu tadi masak banyak" sang Ayah mengingatkan.

"Siap, bos" jawab Nakula berlalu sambil menarik pergelangan Jeno, mengajaknya untuk menuju ke kamarnya. Beruntung saja Papanya tidak memperdulikan gerak-gerik Nakula, yang tentu saja jelas berbeda antara memperlakukan Jeno dan Haechan.

Scars Under Stars (Jaemjen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang