Mama belum pulang?" Bulan bertanya pada Nila, salah satu pembantu rumah tangga baru yang Papanya perkerjakan beberapa minggu lalu setelah memecat dua asisten sekaligus karena tidak bisa melayani dengan benar.Nila, wanita yang masih berusia 25 tahun itu tersenyum, menggeleng setelahnya. "Belum, Non."
"Terus Papa?"
"Tuan baru aja berangkat ke Bandung, Non." Bulan mengernyit, mengeratkan pegangan pada tali tasnya.
"Papa nggak bilang mau ngapain kesana?"
"Katanya mau ketemuan sama.. sama kliennya." Bulan mengangguk dengan bibir membentuk huruf 'O'. Gadis itu kemudian masuk kedalam rumah megahnya.
Mendudukkan bokongnya diatas kasur empuk berukuran besar miliknya, Bulan merebahkan tubuhnya setelah melepas sepatu juga tas ranselnya.
"Capek." Eluhnya. Memejamkan mata sejenak, sebelum kembali mengangkat kelopak matanya dengan degup jantung yang tak beraturan.
Gemes
Tapi sayang.. galak
"Ck! Cowok sinting emang." Bulan mendesis, entah mengapa tiba-tiba pikirannya terlintas si cowok freak yang akhir-akhir ini selalu mengganggu pikirannya.
"Oh iya! Gue lupa kerumah sakit!" Bulan mendudukkan dirinya, menepuk jidatnya yang tertutupi poni. "Ahhh! Bodoh banget sih, Ralisa!!"
Cepat-cepat, gadis cantik itu langsung masuk kedalam kamar mandi untuk bersiap-siap. Ia harus segera kembali lagi sebelum Mamanya datang. Bisa-bisa menimbulkan kecurigaan apalagi sepupunya, Cahaya belum pulang karena harus mengikuti ekstrakurikuler disekolahnya.
"Taksi!" Bulan memekik. Kini ia telah berada didepan gerbang rumahnya, ia bahkan belum sempat memakan makanan siangnya yang disiapkan oleh Ima.
"Nak Ralis!" Suara yang berasal dari arah belakang Bulan membuat gadis itu segera berbalik.
"Bi Ima, kenapa?"
"Nak Ralis mau kemana?"
"M-mau keluar bentar, Bi. Mau nyari buku buat besok."
"Tapi Nak Ralis belum makan." Bulan menggigit bibir bawahnya sejenak.
"Ral udah makan kok disekolah." Mengusap perut ratanya sejenak, sebelum melanjutkan perkataannya. "Belum laper." Kekehnya.
Ima menghela napas. "Nanti kalo Nak Ralis pingsan gimana?"
"Nggak bakal, Ral kuat."
"Tapi, Nak--"
"Bi Ima percayakan sama Ral? Bi Ima nggak usah khawatir, Ral bisa jaga diri kok." Mendengarnya, membuat hati Ima tercubit.
"Yasudah, pulangnya jangan kemalaman. Nanti Papa Nak Ralis keburu dateng." Bulan tersenyum, meletakkan telapak tangannya disamping dahinya.
"Siap, Bibi Ima yang cantik." Kemudian, masuk kedalam taksi yang sudah berada disana sejak beberapa menit yang lalu.
~•●•~
![](https://img.wattpad.com/cover/283380722-288-k546487.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITTLE
Teen FictionHanya tentang sepasang manusia yang saling menutupi kerapuhannya dengan cara yang berbeda.