______🌷______
Langit menatap wajah tenang Bulan yang tengah terbaring diatas ranjang UKS. Untuk kedua kalinya, Bulan melemas dihari yang sama dan berakhir diruangan ini lagi.
"Kamu kenapa sih sebenernya, Lan? Kenapa kamu sering pingsan?" Langit melirih cemas, ia menyatukan kedua tangannya dengan siku bertumpu pada pahanya. Ia berharap Bulan cepat sadar dan ia akan bertanya pada gadis itu.
"Hhh~" pemuda itu menoleh, ia melihat Bulan telah membuka kedua matanya.
"Bulan!" Gadis itu menoleh, wajahnya terlihat pucat dan tatapannya sendu. "Kamu nggak apa-apa'kan?" Bulan hanya menggeleng pelan, ia memejamkan matanya sebelum memegang dadanya yang terasa sesak.
"Kenapa?" Langit berujar panik, ia mendekat kearah Bulan dan memegang bahu gadis itu. "Mana yang sakit?"
"Arkh!" Bulan menjengit, ia meremas seragamnya sendiri dibagian dada. "S-sakit."
"Bulan.." Langit menggendong tubuh gadis itu, membawanya keluar dari ruangan UKS dan membawanya berlari melewati gerbang sekolah.
Satpam yang berjaga digerbang sekolah terkejut saat merasakan sesuatu yang melewati belakang tubuhnya. Ia bergidik ngeri setelah tidak menemukan apapun dibelakangnya.
"Masa ada setan siang-siang gini." Gumamnya sambil mengusap tengkuknya. "Ih! Serem."
______🌷______
Langit yang masih menggendong tubuh Bulan kini tengah berada disisi jalan untuk menghentikan kendaraan umum dan membawa Bulan kerumah sakit.
"Pak! Berhenti, Pak!" Sebuah taxi segera menghampiri Langit. Lalu, seorang pria matang keluar dari dalam mobil dengan wajah terlihat ikut panik.
"Yaampun, temennya kenapa?!" Ujarnya sedikit berteriak.
Langit tidak menjawab, ia menyuruh sopir taxi itu untuk membukakan pintu penumpang dan menyuruh untuk mengantar mereka kerumah sakit terdekat.
"Cepet, Pak!" Bulan terlihat semakin lemas, ia tak berkomentar apapun saat Langit menyentuh kepalanya dan meletakkannya dibahu pemuda itu. Napasnya tersengal-sengal dengan keringat dingin mulai keluar diarea dahi.
Ketika taxi sudah sampai diarea parkir Rumah Sakit Medika, Langit dengan bantuan sopir taxi langsung keluar dari mobil dan membopong tubuh Bulan masuk kedalam sana.
Langit semakin panik saat Bulan lagi-lagi tidak sadarkan diri sampai-sampai ia berteriak meminta bantuan.
"SUSTER!" Seorang perawat yang kebetulan lewat disana segera menghampiri Langit.
"Astaga! Cepet anter masuk, Mas." Dengan bantuan suster, Langit kembali berlari guna menemukan ruangan UGD.
"Mas urus administrasinya dulu, nanti temennya biar saya yang ngurus." Langit mengangguk pasrah, ia menatap sendu kearah Bulan sebelum meninggalkan ruangan itu.
Pemuda berseragam putih abu dengan rambut acak-acakkan itu berlari menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Ia bimbang ketika pikirannya harus terbelah menjadi dua.
Saat ia telah sampai ditempat administrasi ia sejenak terdiam dan mencoba untuk mengatur napasnya yang tersengal. Sementara orang yang ditugaskan untuk mengurus administrasi segera mengeluarkan sebuah kertas putih dan pena.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITTLE
Roman pour AdolescentsHanya tentang sepasang manusia yang saling menutupi kerapuhannya dengan cara yang berbeda.