.
.
Hyades kini berdiri di ambang tirai tenda yang berlainan dengan tempatnya beristirahat. Ia bisa melihat Sideris duduk memunggunginya di tepian ranjang. Tak lama, ia menoleh karena dua kali tepukan di bahunya. Aphelion tersenyum mencoba saling menguatkan, kemudian ia pergi keluar.
“Kau baik-baik saja?” tanya Hyades memecah keheningan. Sideris berbalik dengan wajahnya yang pucat. Sungguh, itu membuat Hyades khawatir sekaligus sedih. “Sideris?”
Tidak ada jawaban. Sementara yang ditanyai kembali pada posisinya, membuat Hyades mau tak mau melangkah masuk. Ia duduk di kursi kayu tua untuk berhadapan dengan lawan bicaranya.
“Jangan mengabaikanku. Kita cari jalan keluarnya bersama-sama.”
“Aku tidak mengabaikanmu,” jawab Sideris singkat.
Hyades mengusap wajahnya kasar. “Maaf karena selalu melibatkanmu, Sideris.”
Sideris terkekeh kesal. “Aku bosan mendengarnya. Aku juga bosan meresponnya.”
“Aku serius.” Hyades bingung. Sekarang ia harus apa?
“Aku juga.” Anggukan kepala Hyades membuat Sideris menatapnya sendu. “Kau tahu? Aku ingin mati saja.”
“Lalu, siapa yang akan menyelamatkan saudaramu kalau kau mati?”
“Justru akulah yang telah membuatnya begini. Seharusnya aku tidak melihat dan mengambil batuan itu.”
“Dilema,” jawab Hyades. “Tanpa batu kehidupan, Equinox hyung tidak bisa bersama-sama dengan kita lagi sejak hari itu.”
“Apa bedanya dengan sekarang? Apa yang akan mereka lakukan padanya? Lagi pula, aku tidak tahu kalau batuan yang kuambil adalah batu kehidupan. Aku hanya ingat, batuan itu berada di lokasi terakhir Profesor Robert berdiri sebelum kau kalahkan. Kuberikan pada Equinox hyung sebagai pernghormatan terakhir bahwa kematiannya tidak sia-sia karena kita berhasil menang. Mengetahui ia hidup kembali, aku senang,” jujur Sideris. “Tetapi aku tidak berpikir panjang tentang konsekuensinya.”
“Karena pada awalnya, tidak satu pun dari kita tahu soal batu itu.” Hyades meraih bahu Sideris dan menatapnya serius. “Ayolah, kau kuat. Kita sudah melewati banyak hal, dan sekarang? Kita juga bisa melewatinya.”
“Terlalu rumit. Masalah saat ini ... bagiku terlalu besar untuk diselesaikan.”
“Tidak. Kau harus percaya pada dirimu sendiri.”
Sideris tersenyum simpul. “Tidak ada masalah yang terlalu besar bagimu, aku paham. Tetapi aku bukanlah apa-apa untuk masalahmu itu. Aku memiliki batasku sendiri, Hyades.”
“Sideris!” seru Hyades. Ia jadi terbawa kesal.
“Apa?”
“Masalahku yang dulu-dulu pun selesai berkat andilmu. Aku bukan manusia super seperti yang orang-orang kira. Kau tahu aku lebih dari siapa pun!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Nebula {Resurgence}
Fantasy⏳ Book 3 - the Peregrination of the 7 Princes Pertemuan lanjutan ketujuh pangeran penerus Elemen dan perjalanannya. . Proudly present : taejung21 / June 2 0 2 0 🌟 Book I : 𝐍𝐞𝐛𝐮𝐥𝐚 {𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐮𝐳𝐳𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲} 🌟 Book II : 𝐍𝐞𝐛𝐮𝐥...