.
.
Sudah hampir pagi dan Hyades terus berguling tak nyaman di ranjangnya. Entah berapa lama ia begini, namun dengan jelas peluh tampak bercucuran membasahi pelipis. Meskipun begitu, selimut miliknya tetap bertengger hingga ke leher. Sadar letak benda tersebut mulai bergeser turun, matanya terbuka dengan refleks, sementara tangannya berusaha mencapai sisinya agar kembali menutupi tubuh.
“Sideris?” desisnya dengan suara serak hampir tak terdengar kala melihat seseorang berdiri di ujung ranjangnya. Ternyata sobatnyalah yang menarik selimut tadi.
“Lebih baik kau bangun.”
“Huh?” Hyades mengusak matanya bingung.
“Aku tahu kau sulit untuk tidur lagi sejak dua jam yang lalu,” ucap Sideris seraya berpindah ke ranjangnya.
Hyades berusaha duduk dengan malas namun apa yang dilihatnya sungguh menarik perhatian. “Kau sudah mandi? Pakaianmu-”
Sideris mengangguk. “Eum. Aku ingin menghirup udara pagi di luar. Bergegaslah kalau kau ingin ikut.”
“Tapi-”
“Jangan banyak bicara. Kau akan membangunkan yang lain.”
“Baiklah.”
Tidak membutuhkan waktu yang lama, mandi beberapa jam sebelum matahari terbit bukanlah sesuatu yang sulit. Hal yang membuat Hyades kesulitan yaitu bergerak pelan dan mengeluarkan suara seminim mungkin agar tidak mengganggu yang lain.
“Lama sekali,” omel Sideris di luar ambang pintu kala Hyades muncul.
“Bahkan tidak sampai sepuluh menit,” balas Hyades.
Sideris mengedik kecil, ia kemudian menuruni tangga menara lebih dulu disusul sobatnya di belakang. Beberapa penjaga tidak tampak, entah sedang berganti jaga atau memang tidak ada penjagaan hari ini. Tetapi Sideris pikir itu bagus, semakin minim penjagaan semakin mudah akses mereka ke sana-kemari. Lagi pula tidak ada musuh yang tahu tentang keberadaan kastil ini, bukan? Philip pernah berkata sebelumnya bahwa dulu hanya dia dan sang raja saja yang tahu.
“Kau juga tidak bisa tidur?” tanya Hyades mengiringi jalan Sideris.
“Tidak juga. Itu karena kau yang terus bergerak tidak nyaman. Kau pikir aku tidak mendengar? Sesekali kau juga merintih, membuatku khawatir saja.”
Kening Hyades mengernyit. “Aku?”
“Kau tidak sadar?” heran Sideris.
“Tetapi aku tidak bermimpi buruk,” jujur Hyades.
Sideris berdecak heran. “Lalu?”
“Aku serius.”
“Kau tidak ingat? Mimpimu beberapa kali pernah menjadi kenyataan,” ucap Sideris seraya berbelok ke kiri di lorong depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nebula {Resurgence}
Fantasy⏳ Book 3 - the Peregrination of the 7 Princes Pertemuan lanjutan ketujuh pangeran penerus Elemen dan perjalanannya. . Proudly present : taejung21 / June 2 0 2 0 🌟 Book I : 𝐍𝐞𝐛𝐮𝐥𝐚 {𝐓𝐡𝐞 𝐏𝐮𝐳𝐳𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲} 🌟 Book II : 𝐍𝐞𝐛𝐮𝐥...