Bagian 12: Ingatan Masa Lalu

254 38 0
                                    

Mila memijat kepalanya pelan, kepalanya terasa berputar membuat pandangannya sedikit kabur.

Di sampingnya ada Mika yang sedang bermain ponsel dengan raut wajah yang terlihat kesal membuat Mila heran.

"Lo kenapa?"

"Ngga"

"Bohong" celetuk Mila membuat Mika langsung menoleh dan menatap Mila.

"Lo putus sama Nathan. Kenapa ga bilang?" Ucap Mika to the point.

Mendengar nama Nathan di sebut Mila langsung menyandarkan punggungnya di dinding sambil menghembuskan nafas panjang. "Buat apa? Ga penting juga" balas Mila.

"Lo jadi bahan obrolan satu kampus Mil, fans Nathan juga pasti udah liat base bisa bisa lo di rundung lagi" ucap Mika dengan wajah sedikit kesal.

"Gue bisa jaga diri Ka, lo cukup bertingkah biasa seperti sebelumnya" balas Mila tenang membuat amarah Mika memuncak.

"Maksud lo apasih?? Lo kira gue ga sedih waktu lo jadi korban perundungan??" Ucap Mika dengan nada yang naik beberapa oktaf.

"Gue sakit hati Kamila!! Gue merasa gagal jadi adik lo!! Gue ga bisa lindungin lo bahkan buat ngejauhin lo dari si perundung aja gue ga bisa!!! Lo mau bikin gue makin ngerasa ga berguna??" Sambung Mika dengan nafas terengah-engah menahan emosi agar tak meluap sepenuhnya di hadapan Mila.

"Gue cuma mau ngelindungin lo Mila. Tolong biarin gue ada di dekat lo setidaknya biar ketika lo di rundung gue bisa ngelin-"

"Ngelindungin gue?" Tanya Mila memotong ucapan Mika yang belum selesai terucap.

"Apa lo ga bisa bertingkah seperti biasa aja?? Anggap lo ga pernah denger kabar ini Mikaila. Gue bisa jaga diri gue ga perlu perlindungan atau pertolongan lo Mika" ucap Mila dengan nada tenang namun enggan menatap netra Mika.

"Gue cuma minta satu hal itu Ka, apa susah?"

"Gue gabisa Mila, gue merasa jadi pengecut di saat ketenangan lo terancam dan gue cuma bisa ngeliat tanpa berbuat apapun" nada Mika melembut seolah membujuk Mila agar membiarkan dirinya untuk berada di dekat Mila dalam waktu dekat.

"Lalu apa gue juga pengecut?"

"Gue ngebiarin lo jadi korban perundungan Celine dan teman temannya tapi gue cuma diam ngeliatin lo, bahkan gue bilang kalau gue bukan kakak lo Mikaila" ucap Mila membuka lembaran masa lalu yang menyakitkan.

Mika terdiam saat Mila mulai membawanya mengingat masa lalu sembari memainkan ibu jarinya yang lukanya baru saja mengering.

"Lalu sepengecut apa gue Mika?? Gue ngga menganggap lo adik gue di depan temen temen di sekolah dulu, lo bahkan hampir di gilir sama 5 preman suruhan Celine waktu itu kalau Satria ga dateng padahal jelas jelas ada gue yang ngeliatin lo Mika!!!!

Gue ga pantes di sebut kakak Mikaila, gue gagal, gue manusia bodoh, gue mengorbankan diri lo demi keselamatan gue, jadi biarin gue ngerasain apa yang lo rasain dulu Mika, walau apa yang lo rasain lebih parah dulunya" ucap Mila panjang lebar dengan air mata tertahan sembari menunduk.

Mika berdiri dari duduknya setelah mendengar semua rentetan kalimat yang keluar dari mulut Mila. "Lo bener Mila, lo harus dapet itu semua lo ga seharusnya bisa menghirup udara bebas setelah apa yang lo lakuin ke gue. Mungkin jika waktu itu bunda dan ayah ngga ngebujuk gue untuk maafin lo, mungkin kebencian gue ke lo masih ada sampai saat ini" ucap Mika dengan nada tenang.

"Rasa benci gue ke lo itu udah sepenuhnya hilang Mila, namun tiba tiba lo membawa gue kembali ke masa lalu membuat semua ingatan menyakitkan yang udah gue kubur dalam dalam kembali teringat di otak gue Kamila" Sambung Mika masih dengan nada tenang.

"Jika gue bisa memilih untuk lahir dengan siapa, maka gue lebih baik lahir tanpa lo Kamila. Karna lo sama dengan mimpi buruk buat gue, gue menyesal lahir dengan lo dan gue menyesal lahir sebagai adik lo"

Selesai mengucapkan kata kata setajam belati itu, Mika keluar dari ruang UKK sembari menutup pintu kuat. Meninggalkan Mila yang menangis pedih sembari memukul kuat dadanya.

Dadanya di penuhi rasa sesak saat mendengar kalimat yang terucap dari mulut Mika, namun Mika tak salah dirinya memang tidak pantas di sebut kakak.

Mila hanyalah seorang pengecut yang mengorbankan adiknya demi keselamatan dirinya sendiri.

Mika menutup pintu kamarnya kuat hingga menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga, tubuhnya merosot ke lantai karna terlalu lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mika menutup pintu kamarnya kuat hingga menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga, tubuhnya merosot ke lantai karna terlalu lemah.

Pertengkarannya dengan Mila tadi benar benar menguras tenaga dan pikirannya, mulutnya menjadi begitu licin mengucap kata kata menyakitkan yang bisa saja membuat Mila menangis.

Rasa kesal, khawatir, menyesal, dan lainnya tercampur membuat Mika bingung untuk mengekspresikan perasaannya sekarang.

Mika berjalan menuju meja riasnya lalu menghancurkan semua benda yang ada di sana, pikirannya kalut dan hatinya sakit saat mengingat perlakuan Mila kepadanya dulu saat mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Mika memukul kepalanya dengan tangan sendiri sembari terus berteriak karna ingatan ingatan masa lalu yang sekarang menguasai kepalanya.

Suara ponsel yang berdering pun termakan oleh suara teriakan Mika yang terdengar menyakitkan, Mika memukul dadanya berulang kali untuk menyudahi rasa sesak yang memenuhi.

Matanya memandang ke arah bingkai berisi fotonya dan Mila yang sedang tersenyum bahagia di puncak dimana saat itu bunda dan ayah masih ada di samping mereka.

Mika berjalan menuju bingkai itu dan membantingnya hingga pecahan kaca ada di mana mana, bahkan kaki Mika itu terkena imbas dari pecahan beling tersebut.

Mika memeluk lututnya erat sembari berkata bahwa semua akan baik baik saja, tangan Mika bergerak mengambil fotonya dengan Mila lalu merobeknya dengan kasar hingga menjadi robekan kecil yang berserakan dimana mana.

Mika tak memperdulikan kakinya yang mengeluarkan darah karna terkena pecahan beling tadi, ia hanya berdiam diri sembari memeluk erat lututnya dengan mata yang mengeluarkan air mata, memukul dada lalu memukul kepalanya terus menerus.

Di lain sisi Mila pun sama, Mila menarik rambutnya sembari menangis. Ucapan Mika tentu menancap di hatinya, ucapan Mika bagai belati tajam yang tentu bisa menyakitinya.

Namun Mila sadar bahwa Mika memang pantas mengucap kata kata menyakitkan itu kepada Mila. Biarlah Mila merasakan sakit yang amat pedih asalkan Mila bisa menebus kesalahannya dulu.

Sebenarnya, jika Mila tak mengorek masa lalu mereka mungkin Mika tak akan lepas kendali seperti tadi. Namun ada satu yang Mila tak tau.

Mika belum sepenuhnya bisa melawan trauma beratnya setelah kejadian perundungan yang ia alami oleh Celine dan teman temannya.

Mika masih terus di temani obat tidur di setiap lelapnya.

Daily Life Of Twins [COMPLETE]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang