“Gimana dinner semalam, Key?” tanya Bunda padaku.
“Alhamdulillah seru, Bun gak ada kendala juga,” jawabku dengan santai.
“Baru kali ini kamu sampai diajak dinner bareng keluarga pasien. Ada apa Key?” tanya Ayah yang merasa curiga pada hubunganku dengan Salman.
“Gak ada apa-apa Yah. Keluarga Salman sampai begitu karena, waktu itu Salman kecelakaan karena kabur dari rumah. Dan dia sempat koma lalu Keyla sebagai dokter berhasil menyelamatkannya dengan izin Allah dan dia juga sering curhat ke Keyla lalu Keyla sarankan ke Salman untuk dekat dengan Allah. Keyla kasih buku tuntunan shalat biar Salman bisa belajar shalat. Makanya, orang tua Salman sampai seperti ini,” jawabku menjelaskan pada Ayah dan Bunda.
“Keyla biasa aja, gak ada hubungan apa-apa dengan Salman,” jelas ku.
“Kalau dia itu memang baik agama, nashob dan mampu menjaga kamu ya, gak apa-apa,” cletuk Ayah.
Aku jadi teringat pernyataan Salman semalam.
“Yah, sebenarnya semalam itu Salman meminta hubungan yang lebih serius lagi denganku,” ucapku.
“Lalu?” tanya Ayah dan Bunda dengan serius.
“Keyla tolak karena Keyla belum kepikiran tentang hal itu dan Keyla masih ingin menikmati kesendirian Keyla,” jawabku.
“Kapan kamu ini mau menjalin hubungan yang serius?” tanya ayah dengan geram.
“Nanti kalau Keyla sudah menemukan seseorang yang sesuai dengan Keyla dan Keyla nyaman dengannya,” jawabku pada Bunda dan Ayah.
“Ya sudah, tapi ingat!! Rambut Ayah dan Bunda mu ini sudah mulai memutih,” jawab Ayah yang membuatku tertegun.
“Hmmm,Keyla pergi dulu ya Bun, Yah. Kita lanjut lain waktu lagi,” ucapku pada Ayah dan Bunda.
“Assalamu'alaikum,” salam ku pada mereka.
“Wa'alaikumussalam,” jawab mereka.
Walaupun aku merasa mempunyai perasaan yang lebih pada Salman tapi, itu bukan berarti aku menaruh hati padanya. Aku juga tidak mengerti perasaan apa yang aku miliki untuk Salman.
“Dokter Keyla ditunggu di ruangan dokter Izzam,” ucap perawat padaku.
“Iya, terimakasih,” jawabku.
“Ada apa ya?” gumam ku.
Aku pun bergegas ke ruangan dokter Izzam.
“Assalamu'alaikum, Dok?” ucapku sambil mengetuk pintu ruangan dokter Izzam.
“Wa'alaikumussalam, masuk Dok!” jawab dokter Izzam memintaku masuk ke ruangannya.
“Selamat pagi Dok,” ucap dokter Izzam.
Aku merasa aneh dengan sikap dokter Izzam yang ini.
“Ada apa ya, Dok?” jawabku.
“Nanti malam Dokter bisa pulang cepat?” tanyanya padaku.
“Ada apa memang, Dok?” tanyaku yang semakin penasaran padanya.
“Tidak apa-apa, Dok,” jawabnya dengan santai.
“Eumm, bisa saya pergi sekarang?” tanyaku dengan kesal.
“Silahkan!!” ucap dokter Izzam mempersilahkan ku pergi.
Aku kesal karena perlakuan dokter Izzam yang tidak jelas ini.
“Key?? Kamu kenapa?” tanya Danita.
“Nanti aja, sekarang kerja dulu,” ujarku pada Danita.
“Ya udah, nanti kita ketemu ditempat biasa ya,” jawab Danita.
Kemudian pergi dan aku belum sempat menjawabnya karena, pasien yang datang silih bergantian.
“Dok, sudah ditunggu para pasien diruang consult,” ucap perawat.
“Iya,saya segera ke ruangan,” jawabku yang kemudian bergegas ke ruangan consult.
Melihat para pasien yang duduk menunggu di luar ruangan.
Karena musim pancaroba, banyak diantara pasien yang terkena flu, batuk dan demam.
“Jangan lupa diambil obatnya ya, Bu,” ujarku.
“Iya, terimakasih Dok,” jawabnya.
“Alhamdulillah, selesai semua pekerjaan,” ujar ku dalam hati.
“Key? Boleh masuk?” ucap Danita dari luar ruangan.
“Iya,Nit masuk aja.”jawabku dari dalam ruangan.
Kemudian Danita masuk dan,
“Kenapa? Semalam juga kok aneh?” tanya Danita dengan penasaran.
“Semalam tuh, ada chatt dari nomor tidak dikenal dan dalam chatt itu orangnya meminta tolong sama aku. Kemudian aku datang ke tempat yang sudah ia kirim lewat handphone padaku. Saat aku ketempat itu, aku melihat tempat itu indah sekali. Tempat romantis dengan iringan musik ditempat terbuka. Kemudian, Salman ada ditempat dan ternyata memang dia yang menyiapkan semua itu.Dan ditempat itu ia mengajakku ke hubungan yang lebih dekat lagi dan lebih serius,” ucapku pada Danita menceritakan kejadian semalam.
“Terus kamu gimana?” tanyanya.
“Aku jawab kalau aku belum memikirkan tentang itu dan aku masih ingin menikmati status ku saat ini dengan pekerjaanku ini,” jawabku pada Danita.
“Kalau dokter Izzam tadi kenapa?” tanya Danita.
“Dokter Izzam tadi meminta ku datang ke ruangannya tapi, saat aku datang ia menanyakan ku. Apakah aku bisa pulang lebih cepat malam ini? Saat aku tanya balik ada apa ya, Dok? Ia menjawab tidak apa-apa. Dan intinya gak jelas apa yang dokter Izzam katakan padaku tadi. Itu yang membuatku kesal,” jawabku.
“Berarti malam ini kamu pulang lebih cepat lagi?” tanya Danita.
“Iya kayaknya, soalnya pekerjaanku juga sudah hampir selesai semuanya,” jawabku.
“Kamu gimana semalam? Ngobrol apa saja saat aku pergi dari meja makan?” tanyaku pada Danita.
“Yahh, Ibunya Salman menceritakan tentang Salman. Orang tua Salman itu sangat menyenangkan orangnya,” jawab Danita yang sepertinya ia senang berbincang-bincang dengan orang tua Salman.
Saat sedang seru bercerita dengan Danita,
“Dok, ada pasien datang di ruangan IGD,” ucap perawat memberitahuku.
“Iya saya segera menyusul,” ucapku yang kemudian bergegas ke ruangan IGD.
Ternyata pasien cepat siuman setelah ditangani. Jadinya aku tidak terlambat pulang malam ini.
“Udah pukul 22:30 malam,” desis ku.
“Nit,aku pulang duluan ya,” pamit ku pada Danita.
“Iya, duluan aja,” jawabnya.
“Kabar-kabar kalau ada berita baik,” bisik nya mengejekku.
“Hustttt..., kerja sana jangan mikir yang aneh-aneh,” ucapku pada Danita.
Aku masih penasaran, apa maksud omongan dokter Izzam tadi pagi. Hati ku berdebar seperti menandakan bahwa akan ada sesuatu yang istimewa dan hal besar akan datang.
“Assalamu'alaikum,” ucapku sambil membuka pintu rumahku.
“Wa'alaikumussalam,” jawab Ayah dan Bunda.
“Tumben pulang cepat, Key?” tanya Bunda padaku.
“Iya, Bun,” jawabku yang tak lama kemudian pergi ke kamar untuk bersih-bersih badan.
Ding dong... Ding dong.... Ding dong....
“Assalamu'alaikum,” ucap seseorang.
“Wa'alaikumussalam,” jawab Ayah dan Bunda.
Tak lama kemudian Bunda mengetuk pintu kamar ku.
Tok.. Tok.. Tok....
“Key?” seru Bunda.
“Iya, Bun,” jawabku dari dalam kamar.
Kemudian aku buka pintu kamar dan kemudian Bunda masuk.
“Key, ada tamu cepetan turun ya,” ucap Bunda padaku.
“Iya, Bun sebentar lagi,” jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kakak Dokter
Romancedr. Keyla Kiyomi Kekira, begitulah orang mengenal diriku. Aku seorang dokter yang dikenal oleh banyak orang. Paras, sikap, tampang dan imanku membuat banyak orang yang mendambakan diriku bersanding dengan salah satu dari mereka. Kesuksesanku dalam...