17

1.9K 293 32
                                    

Daracell mengusap air matanya berkali-kali. Ia berada di ruangan yang dipakai Lauren tadi sendirian. Tanpa ia sadari, Kennath dan Yudha mencari-cari keberadaannya.

"Dara, lo didalem nggak?"

Daracell mendongakkan kepalanya lalu menoleh. Kennath menghela nafas lega lalu masuk bersama Yudha. Kennath merentangkan tangannya lalu Daracell menghambur di pelukan Kennath.

"Nath.."

"jangan nangis terus, gue jadi pengen nangis"

"Nath, campur aduk"

"i feel it too, Cel"

Yudha mengelus pelan punggung belakang Daracell lalu pamit pergi. Kennath menggumamkan kata terimakasih yang dibalas anggukan Yudha. Tidak lama, Daracell mulai sedikit tenang lalu melepaskan pelukan Kennath.

"udah, nanti Uren malah nangis liat lo kaya gini"
"kaya yang apa lo bilang. her still your bestie even her die. mee too, im still your bestie even i die. were still bestie, even were die"

Daracell dan Kennath keluar ruangan. Seketika keduanya menyesal karena melihat Lauren dan Jeffry yang sedang menangis di paha kedua orangtua mereka sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat banjir air mata, atau biasa dikenal dengan sungkeman.

"holy shit, kita salah waktu keluar" ujar Daracell

"it's Chruch" peringat Kennath

Lauren dan Jeffry melakukan sungkeman pasa kedua Orangtua mereka, dan kepada mertua mereka. Setelahnya banyak tamu yang menyalami lalu pamit untuk pulang.

"Acel mana?" tanya Lauren kepada Jonathan

"tadi nangis doang, terus menghindar gitu, kayaknya dibelakang sama Mommy"

"ke tempat Acel dulu ya"

"iya, abis itu lo sama Jeff langsung ke hotel"

🧚🏻‍♀️🧚🏻‍♂️

J

effry dan Lauren tiba di kamar hotel yang telah disewa selama 2 hari. Lauren langsung merebahkan badannya sementara Jeffry meletakkan koper disebelah lemari kecil.

Lauren menggantungkan kakinya di pinggir ranjang, Jeffry langsung berjongkok dan mengecek kaki Lauren. Lauren yang terkejut hampir menendang Jeffry tetapi dengan cepat ditahan oleh lelaki itu.

"baru sah udah mau nendang aja"

"aku kira hantu"
"kamu ngapain sih?"

"lecet ini, heels nya kekecilan?"

"nggak tau, sumpah ya aku nggak ngerasa apa-apa selain nervous tadi" Lauren terduduk dan melihat Jeffry mengobati kakinya yang lecet.

"nanti malem gausah pake heels"

"ih jelek lah masa pake gaun gapake heels?"

"lagian heels buat apa? yang penting kan senada gausah heels juga gak masalah"

"kalo aku ga pake heels, pendek banget Jeff"

"ah enggak lah biarin aja, daripada kaya gini"

"ah gamau ah"

"tapi nanti di deket tumit pake hansaplast ya?"

"iya Jeje, udah ah berdiri, itu gapapa"

Jeffry masih berjongkok, ia menatap Lauren dengan senyum tulus sampai memperlihatkan lesung pipinya. Sangat manis.

SensitiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang