Hari sudah mau gelap, tidak terasa Ate selama itu ngobrol di gubuk sawah bareng si Engko, tempat sederhana namun penuh dengan canda tawa diantara mereka, terutama Ate. Dia yang paling besar suaranya pas tertawa tadi!
Mereka berdua bersiap untuk pulang. Tidak tahu karena terlalu kekenyangan makan, atau memang pelor? rasanya Ate sangat ngantuk. Matanya tidak bisa diajak kompromi lagi, sudah tahu mau balik? Malah molor!
Si Engko yang melihat Ate tidur pun pelan – pelan mengangkatnya, membopong sampai berhasil menaikan si pelor Ate di jok belakang motornya.
Si Engko melingkarkan tangan Ate di pinggangnya, jadi saat si Engko bawa motor, tangan kirinya terus memegangi Ate yang takut terjatuh, bawa motornya pun pelan-pelan.
Jangan tanya kenapa si Engko tidak membangunkan Ate? Jawabannya satu, 'Takut mengganggu istirahat Ate’.
Ate dan si Engko sampai di rumah, sesampainya mereka disana, Umay yang sedang bersantai di kursi kayu langsung menghampiri keduanya untuk membantu si Engko membopong Ate.
Setelah si Engko berhasil menurunkan standar motornya, dia meminta izin pada Umay untuk menggendong Ate di punggungnya.
"Izin ya Umay, biar saya menggendong Ate, maaf ya Umay, saya bukan sedang mencari kesempatan. Serius tidak bohong.”
“Iya iya koh, paham gue.” kata Umay paham.
“Boleh minta tolong buka pintu kamar Ate." pinta si Engko.
Umay mengangguk lalu membuka pintu kama Ate. Sesampainya di kamar, si Engko berhasil menidurkan Ate di kasur, dalam ketidaksadaran itu, Ate meraih tangan si Engko yang membuat si Engko ikut terjatuh ke kasur.
Ate memeluk si Engko seperti sedang memeluk guling, karena rasanya hangat dan empuk. Ah elah!
Si Engko yang Ate peluk pun tidak bisa bergerak, akhirnya dengan hati-hati si Engko membuka sepatu dan kaos kakinya lalu kembali merentangkan badannya di samping Ate.
Entah sudah berapa lama Ate tidur? Badannya berkeringat karena panas. Merasa kegerahan, dia melepas guling 'bernyawa' yang dia peluk sepanjang malam itu, dia meregangkan tangan, membuka matanya dan-
WHATTT??
‘Dari kapan si Engko tidur di samping gue? Apa selama gue tidur gue meluk si Engko? Oh tidakkkk!!!’
Ate melotot sembari menggigit bibir bawahnya, berpikir keras apa yang telah terjadi padanya? Apa ini karena pengaruh minuman rasa anggur yang si Engko beli di mini market? makanya mereka berdua oleng?
NGGAK MUNGKIN!
Ate memandangi wajah tenang si Engko yang lagi tidur. Woy lahhh! Wajahnya benar-benar adem saat Ate tatap. Mata sipitnya tertutup rapat menutupi Netra indah yang selalu membuat Ate jedak jeduk.
Bibirnya, bibir tebal itu juga rapat menempel dengan sempurna, yang biasanya dia menebar senyum terindah sedunia yang membuat Ate ketar ketir, sekarang Ate sedikit merasa aman tidak di serang senyum itu.
Ate mengangkat badannya dan tidur menyamping menghadap si Engko. Dia menatap wajahnya si Engko yang adem di pandang, matanya yang indah dan memukau itu sama sekali tidak membosankan untuk ditonton. Mata Ate yang tadinya sepet, sekarang segar bugar melihat pandangan yang warbyasahhhh.
Pandangan Ate turun menuju hidung mancungnya mas pacar, lalu beralih ke bibir sexy pemilik senyum yang mematikan itu. Nafasnya memburu, ngap – ngapan saat dia melihat kaos putih yang dikenakan si Engko terangkat sampai diatas pusar, memperlihatkan perut ratanya yang tidak terlalu sixpack tapi bersih dan sepertinya nyaman buat di pegang.
ALAHHHH ATEE!!! APAKAH INI SURGA DUNIAMU?
Dada Ate tambah sesak saat pandangannya memaksa untuk sedikit lagi turun memandangi sesuatu yang tegak memenuhi celana boxer si Engko.
Ok! Ate mencoba untuk positif thinking, mungkin memang bahan boxer itu yang kasar dan tebal, sehingga membuat celana itu terangkat dan memperlihatkan sesuatu yang menonjol besar.
‘Ate menelan ludah dalam kegelapan.'
Ate mengangkat tangan, mengibaskan tangannya di depan wajah si Engko, memastikan kalau si Engko ini sedang tertidur pulas. Setelah dia menggoyangkan tangannya dan si Engko tidak ada respon, Ate tenang, itu artinya si Engko tidur lelap.
Ate pun perlahan mendekatkan lagi tangannya di depan wajah si Engko, tapi kini sedikit menyentuh pipi indah itu, sampai Ate bisa merasakan deru nafas dan kehangatan kulit wajah si Engko. Merasa bahwa Dewi fortuna sedang berpihak padanya, Ate menutup matanya sebentar, merasakan sensasi deru nafas si Engko yang candu.
‘Sungguh jackpot yang luar biasa.’ Ate tersenyum, matanya masih terpejam sembari membayangkan hal indah dalam pikirannya yang super halu yang candu. Saat menikmati keindahan itu, Ate membuka matanya, dan dia kaget setengah mampus saat melihat mata si Engko sudah terbuka dan melihat Ate yang tidak tahu sedang melakukan ritual apa?
Ate terkejut, dia kaget sekaligus takut, 'Takut si Engko kesurupan'
“ANJRIT.” kata Ate datar.
Ate terdiam kaku, dia tidak berani bergerak, berusaha untuk kembali menutup matanya, tapi sial matanya juga susah untuk Kembali terpejam, hanya mampu kedap – kedip gak jelas.
'Sialan nih mata, gak bisa diajak Kerjasama.'
Dalam keadaannya yang mematung, sejurus kemudian tangan kiri Ate diraih dan menyatu dengan tangan kanan si Engko, si Engko kemudian merangkul badan Ate hingga membuat posisi jadi berubah. Si Engko sekarang tepat berada dibawah Ate.
Ate mendadak kaku, nafasnya menderu tidak karuan, dia hanya bisa menatap si Engko yang sedang berada dibawahnya dan merasakan sesuatu yang terasa hangat mengganjal perutnya.
'Njirr apaan nih?'
Mata si Engko tidak membiarkan Ate berkilah, dia benar-benar mengunci pandangan Ate. Hingga akhirnya mata Ate memicing saat wajah si Engko terangkat dan mendekati wajahnya.
Dada Ate berdebar hebat saat si Engko mau menciumnya, sampai saat Ate merasakan deru nafas si Engko, Ate benar-benar nervous.
"G.. gg.. gue belum siap Ko." ucap Ate gemetar menahan nafas yang ngap – ngapan.
Si Engko terdiam, dia akhirnya melepaskan tangan Ate dan membiarkan tubuh Ate tergulai kembali di sampingnya. Dan Ate, dia langsung membelakangi si Engko masih sambil merem melek.
"Maafkan saya, saya lancang." bisik si Engko pelan.
Ate mengangguk.
‘Athena?” panggil si Engko.
‘’Iya Ko?’’ Ate melirik si Engko dan-
PLAKK!!!
Si engko menampar Ate, sontak Ate terbangun. Ya, lebih tepatnya Ate terbangun dari mimpi cabulnya setelah ditampar Umay karena terus senyum dan berteriak :
‘’JANGAN KOH, JANGAN.. JANGAN PAKSA AKU UNTUK LEBIH BINAL SAYANG.”
‘’Asli, gue jijik banget anjay liat lo mesum Te.” komentar Umay dengan tatapan ngeri.
“TIIDAAKKKKKKKKKKKK”
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJADAH MERAH [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]
RomantikDiatas dermaga yang langsung menghadap lautan luas, Ate memeluk dirinya dengan tatapan kosong yang mendalam, melihat surya yang sebentar lagi istirahat meninggalkan indahnya senja sore ini. Air matanya menetes membasahi pipi kanannya yang merona bak...