BAB 3 : WISUDA

3.9K 625 17
                                    

Ada saat ketika kita bisa berkegiatan dengan baju merah putih, lalu biru putih, dan putih abu-abu. kemudian lulus dengan berkalung medali penghargaan atas diwisudanya. Air mata haru tertuang luruh disana, apa kalian pernah berpikir, bahwa ada sesuatu yang menjadikan air mata itu turun bercucuran? yaitu bagaimana kita berproses disana.

---

Suasana sekolah terlihat sangat ramai dan meriah. Di ujung lapangan terlihat sebuah panggung berdiri megah dengan banyak pernak-pernik hiasan, membuat panggung itu semakin terlihat megah mewah dan glamour. Sementara dibawah panggung itu ada kolam buatan dengan pasir yang di susun rapih terhampar luas berwarna hijau, menambah visual nyata seperti sebuah gunung yang rimbun dan indah.

Tidak hanya itu, ada beberapa bunga yang tertata rapih di setiap sisi anak tangga yang menghubungkan lapangan ke panggung mewah itu, dimana tangga itu langsung terhubung dengan karpet merah yang terhampar dari bawah tangga hingga ke depan kursi para tamu undangan yang tertata rapih di barisan paling depan.

Beberapa wali murid sudah bersantai menduduki kursi yang telah di sediakan, begitupun para tamu undangan. beberapa tamu besar sudah menduduki kursi yang di peruntukkan mereka, termasuk disana ada umi dan mas Akbar yang duduk di sebelah kursi Kyai Mahfudz “KepSek” Ate.

Dan abi, Ate bahkan tidak tahu apakah ayahnya akan datang atau tidak ke acara wisudanya? Tapi berdasarkan berita dari mas Akbar yang katanya sudah menyampaikan undangan, harusnya abi juga datang hari ini.

''Baiklah, untuk acara selanjutnya adalah Khutbah syukri.” ucap pembawa acara.

''Ok.. for english praise speech she is sister Athena Laylah. The time for her” pembawa acara yang satunya lagi mempersilahkan Athena untuk berpidato dalam bahasa inggris.

Tepuk tangan pun bergemuruh. Bising sorak-soraya orang seperti memenuhi setiap sudut lapangan ketika Ate menaiki panggung.

---

Beberapa jam berlalu, acara wisuda pun selesai dilaksanakan, para tamu undangan dan wali murid pun sedikit demi sedikit meninggalkan acara. Tapi tidak dengan keluarga Ate, karena ternyata Abi datang juga dengan istri barunya ke acara ini. Dari sebrang, Kyai Mahfudz sepertinya sedang asik ngobrol banyak dengan abi. Mereka terlihat seru ngobrol ngalor ngidul diatas tikar kain yang tergerai lebar dengan hidangan beberapa makanan ringan disana.

Ate tidak banyak membuka obrolan dengan abi, dia hanya bersalaman, mengucapkan terimakasih dan selesai. Begitupun sikapnya pada ibu tiri.

Di sela-sela obrolan antara abi dan Kyai Mahfudz, Kyai Mahfudz tiba-tiba meminta perhatian kepada mereka semua.

''Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh." ucap Kyai Mahfudz membuka pembicaraannya.

"Waalaikumussalam Warrahmatullah Wabarakatuh."

"Mohon maaf sebentar, saya minta waktunya sebentar. Disini, saya bermaksud ingin memperkenalkan putra saya yang alhamdulillah juga baru lulus dari pondok pesantren Gontor putra di Ponorogo Jawa Timur '' lanjutnya.

Di tengah pembicaraannya Kyai Mahfudz, datang seorang lelaki berparas tampan mendatangi perkumpulan itu, badannya tegap, wajahnya tegas, dengan mata yang menunduk kebawah, dan senyum yang mengeluarkan lesung pipit indah. Bulu matanya lentik, terlihat jelas saat dia menyapa setiap orang yang ada disana.

''Assalamu'alaikum.'' lelaki itu memberi salam.

''Wa'alaikumussalam.''

''Subhanallah.''

Ate menelan ludah saat melihat lelaki tampan yang lewat di hadapannya, bukannya terpesona oleh ketampanannya, tapi kok kalau di lihat-lihat.?

Nahkan! Ate baru menyadari sesuatu. Laki-laki ini yang sering datang ke mimpinya, entah hanya karena alasan mimpi atau apa? tapi kalau harus jujur, hari ini Ate merasa bingung sekaligus lega. Lega karena akhirnya dia tahu siapa laki-laki yang sering dateng ke mimpinya yang hampir setiap malam itu.

''Silahkan perkenalkan diri nak.'' perintah Kyai Mahfudz pada anaknya.

Laki-laki itu duduk diantara Kyai Mahfudz dan ibunya lalu tersenyum pada setiap orang yang duduk, termasuk Ate.

''Assalamualaikum." dia menempelkan kedua telapak tangannya memberi salam.

"Perkenalkan, saya Ahmad Zayyan.  Kyai Adam dan Ustadzah Aisha bisa memanggil saya Zayyan.'' ucapnya dengan senyum diakhir perkenalan.

"Ohhh.. Zayyan." bisik Ate dalam hati.

''Nama saya Akbar.'' mas Akbar memperkenalkan dirinya tanpa diperintah.

''Kalau yang ini, yang baru saja di wisuda ini.. '' Kyai Mahfudz menunjuk Ate. Athena Laylah, putri kedua dari Kyai Adam.''

Ate nyengir;

---

Setelah selesai ngobrol ngalor ngidul antara dua keluarga ini, Abi pamit ke kyai Mahfudz untuk pulang. Setelah selesai berpamitan, seperti manusia tanpa dosa, Abi langsung pulang bersama istri barunya itu, sementara Ate, Ate pulang bersama umi dan mas Akbar.

Di perjalanan, Ate lanjut cerita sama umi mengenai sekolahnya, Ate cerita semua hal, dari A sampai Z. sampai mas Akbar yang sedang menyetir merasa bosan mendengar ocehannya.

Oh iya, mas Akbar ini usianya kurang lebih beda enam tahun sama Ate, kalo mas Akbar, sekarang dia sudah bekerja di salah satu perusahaan logistik di Jakarta selatan. Tapi sampai sekarang, mas Akbar masih tercium kuat aroma-aroma kejombloannya.

"Belum ada yang cocok aja." selalu begitu alesannya kalau ditanya.

Ditengah perjalanan, umi bertanya mengenai rencana pengabdian Ate. "Jadi, Ate mau ngabdi dimana?" tanya umi.

"Rencananya, Ate ngikut bareng si Umay aja deh umi."

"Dimana?"

"Agak jauh si tempatnya, diluar kota. Tapi nggak apalah Mi.." Ate tersenyum.

"Baik kalau begitu, semoga nanti semuanya lancar ya" umi mengusap kepala Ate.

“Ahh umi, kangen banget gue ama ini usapan, berasa anak kucing gue kalo di ndusel-ndusel begini.” bisik Ate dalam hati.

"Kapan rencananya dek?" tanya mas Akbar

"Sebulan lagi lah mas."

SAJADAH MERAH [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang