Keesokan harinya Ate bangun cukup siang, jam delapan pagi baru bangun.
Merasa moodnya sekarang baik karena istirahat yang cukup, Ate berencana untuk masak di rumah, dia mau masak makanan kesukaannya si Engko, biasanya si Engko suka ayam geprek yang diberi saus kacang, dia juga suka telur dadar yang diberi keju dan kacang panjang, apalagi nasi goreng ikan teri tanpa teri. Katanya ‘Apapun yang Ate masak, dia pasti makan’.
Setelah mengumpulkan niat, mandi dan siap-siap, Ate dan si Engko berangkat ke pasar.
Sesampainya di pasar, Ate membeli beberapa sayuran dibantu si Engko. dia membeli wortel, sawi, tomat, ada daging juga dan beberapa bumbu dapur.
Karena Ate rasa cukup, akhirnya dia mengajak si Engko untuk langsung pulang. Tapi sebelum pulang, si Engko izin untuk ke toilet.
Saat Ate sedang menunggu si Engko sendirian, pandangannya tertuju pada sesuatu yang terjatuh dari celana seseorang yang berjalan tidak jauh darinya, sesuatu itu tergeletak dijalan, sesuatu berwarna hitam persis seperti dompet. Ya, itu memang dompet.
Ate berjalan untuk mengambil dompet itu dan mengembalikan pada pemiliknya. Namun pada saat Ate berhasil mengambil dompet itu, sayangnya pemilik dompet itu sudah pergi dengan mobil yang ditumpanginya.
Akhirnya Ate kembali ke belanjaannya yang dia tinggal, untungnya si Engko sudah ada disana, kalo tidak, mungkin sudah raib belanjaan mereka.
"Ada apa Athena?" tanya si Engko.
"Ini tadi ada dompet jatuh, mau gue balikin tapi orangnya udah pergi duluan. Besok gue anterin aja deh, ini ada KTP nya soalnya." Ate menunjukan dompet itu.
Si Engko yang melihat dompet itu langsung menutup dompetnya dan memberikannya lagi ke Ate dengan tergesa.
"Kita kasih polisi saja, biarkan polisi yang mengembalikannya." ucap si Engko.
"Ehh, jangan Ko, nanti kalo ada yang ilang gimana? Lebih aman kita Ko." komentar Ate.
"Tidak perlu."
"Nggak! Pokoknya nanti gue balikin nih dompet." Ate bersikeras dengan keinginannya.
"Baiklah." Si Engko pasrah.
Ate dan si Engko pun akhirnya sampai di rumah. Sesampainya di rumah, Ate merasa ada yang aneh dengan si Engko. Selama di perjalanan, si Engko hanya diam. Tidak seperti biasanya. Namun Ate tidak banyak komentar, lagipula memang pada dasarnya si Engko orangnya pendiam.
Selesai masak, Ate langsung menghidangkan masakannya, mereka makan bersama, tapi saat sesi makan bersama, si Engko juga tidak ada mengeluarkan obrolan sama sekali.
'Oh.. mungkin si Engko jaga adab makan kali, kan kalo makan nggak boleh ngomong’ Ate masih berpikir positif.
"Ko, Lu kenapa sih? Sariawan?" tanya Ate saat mereka duduk di kursi kayu.
"Tidak." si Engko menggeleng.
"Terus kenapa lu diem bae? Kagak biasanya."
"Tidak apa-apa Athena, memang kenapa?"
"Ya lagian, abis dari pasar tadi lu keliatannya murung banget, gue takutnya lu kesurupan."
Si Engko menatap Ate, melihatnya dengan pandangan yang sopan dan indah, pandangan yang nyaman untuk Ate nikmati hari sepanjang waktu.
"Saya berterimakasih sama Allah, karena Allah sudah mempertemukan saya dengan kamu. Saya bersyukur sama Allah, karena Allah menakdirkan saya bersama kamu. Saya berdoa sama Allah, kalau tidak ada yang mampu memisahkan saya dengan kamu." Si Engko mengusap kepala Ate.
"Athena?"
"Engh?"
"Sesungguhnya nanti kalau ada hari-hari dimana saya tidak melihat kamu, itu tidak akan saya hitung sebagai umur saya."
"Kenapa?"
"Karena disana tidak ada kamu."
"......"
"Saya bukanlah baginda rasul yang mampu membuat semua istrinya setiap saat berbahagia, saya juga tidak seperti sayyidina Ali yang romantis yang mampu membuat sayyidah fatimah terus tersenyum dan tertawa. Tapi saya, saya akan berusaha untuk terus membuat kamu tersenyum, tertawa dan bahagia Athena."
"Iya Ko." Ate mengangguk.
Si Engko tersenyum.
---
Besok paginya Ate bersiap untuk mengembalikan dompet yang kemarin dia temukan di jalan. Karena dia tahu alamatnya dari KTP yang ada didala, akhirnya Ate memutuskan untuk mengembalikannya hari ini.
Ate mengajak si Engko untuk ikut, tapi si Engko menolak, sempat ada perdebatan diantara mereka. Si Engko berharap Ate memberikan dompet itu ke kantor polisi, tapi Ate tidak mau. Dia bersikeras untuk tetap mengantarkan dompet itu sendiri.
Karena si Engko ini rajin mengalah, akhirnya Ate menang dalam perdebatan itu, walaupun si Engko akhirnya tetap menolak untuk ikut.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJADAH MERAH [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]
RomanceDiatas dermaga yang langsung menghadap lautan luas, Ate memeluk dirinya dengan tatapan kosong yang mendalam, melihat surya yang sebentar lagi istirahat meninggalkan indahnya senja sore ini. Air matanya menetes membasahi pipi kanannya yang merona bak...