Tidak terasa sebulan sudah Ate mengenalkan agama islam ke si Engko. Dari apa yang selama ini dia ajarkan, sejauh ini dia tidak pernah menuntut apa-apa dan berekspektasi lebih sama si Engko. Yang penting, misinya untuk berdakwah lancar. Masalah si Engko mau mualaf atau tidak? Itu Kembali lagi pada keputusan si Engko.
Siang ini Ate tidak biasanya melamun sendirian di kursi yang berada disamping jendela besar perpustakaan. Terlihat suasana diluar sangat ramai, tapi tidak dengan hatinya yang terasa sepi. Ate takut buat kehilangan si Engko. Jujur, dia takut!
"Assalamualaikum Athena." sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Ate menoleh dan mendapati si Engko duduk di depannya.
"Ada apa?"
"Siapa orang yang sudah membuat kamu berpikir sekeras itu?"
Ate menggeleng.
"Mau anggur merah?"
"Nggak." Muka Ate mode serius.
"Saya mau menyampaikan sesuatu." ucap si Engko, sontak wajah Ate tambah pucat saat mendengar ucapan si Engko. Apalagi pas Ate melihat wajah si Engko yang sangat tenang dan berseri. Piks! Ate yakin si Engko akan meninggalkannya dan menikah bersama perempuan lain, Ate akan ditinggalkan oleh si Engko.
Ate tidak tahu kenapa dia bisa berpikir seperti itu, apa mungkin karena waktu itu Ate menolak untuk dicium di dalam mimpi? apapun itu alasannya, Ate tidak paham. Tapi yang pasti ini beneran chaos, perasaan Ate campur aduk.
"Iya Ko, gue paham Ko. Gue tahu ini semua nggak mudah, gue tahu ini semua salah, gue juga nggak bisa buat nahan lu bertahan sama hal ini, gue tahu suatu saat cepat atau lambat ini pasti akan terjadi." Ate agak melow mengucapkannya.
‘Gak sanggup, gue beneran nggak sanggup whhhuaaaaaa.’
"Terimakasih selama ini karena kamu berhasil membuka pandangan saya lebih jauh lagi, saya sekarang tahu apa yang seharusnya saya pilih." si Engko melempar senyum, aduhhhh! Mana senyumnya indah banget. Tapi ya sudahlah, Ate menganggap ini senyum perpisahan dari si Engko.
"Sama-sama Ko, makasih udah pernah buat gue jatuh cinta, gue ikhlas lu mau gimana pun." Ate beranjak dan pergi meninggalkan si Engko.
"Saya mau memeluk-
‘’Cukup koh.’’ Ate balik badan, memotong pembicaraan si Engko. Dia mengacungkan telunjuk tepat di depan wajah si Engko. ‘’Lu gausah mau pake ada acara meluk – meluk segala, itu nggak boleh koh. Lu tahu kan?’’
‘’Saya mau memeluk-
‘’NGGAK KOH.. NGGAK!’’
“ SAYA MAU MEMELUK ISLAM."
DEGHHH!
Wajah Ate melongo. Gimana.. gimana? Mau memeluk islam? Masuk islam maksudnya? Apa Ate tidak salah dengar?
‘Waduhhh!! Mana gue udah mau mewek, gue udah bilang 'Makasih udah pernah bikin gue jatuh cinta' eh nyatanya dia kesini cuma mau ngasih tau kalo dia mau masuk islam?’ batin Ate.
What the fu~
"Iya, saya sudah siap masuk islam." si Engko mengangguk mantap.
"Tenang saja, hanya ada sedikit perbedaan setelah ini. Kalau dulu saya mencintai kamu secara langsung, sekarang cara saya mencintai kamu karena Allah." ucap si Engko berdiri mendekati Ate.
"Izinkan saya masuk islam ya, izinkan saya mencintai kamu karena Allah. Saya tidak ingin ada orang lain yang lebih dulu mencintai kamu karena Allah." si Engko memegangi kedua tangannya dan berdiri mematung di depan Ate.
"Ll.. lu udah yakin Ko?" tanya Ate meyakinkan.
"Jangan pernah tanya saya yakin atau tidak. Saya tidak akan pernah ada di depan kamu sekarang kalau bukan kamu yang membuat saya yakin sama islam.
"Kamu salah bertanya mengenai keyakinan sama saya, karena tentang keyakinan, cinta dan kesetiaan, kamu selama ini tidak melihat itu palsu dalam diri saya bukan?""Apa kamu bersedia membantu saya?" tanya si Engko.
Ate terdiam.
"Bantu saya mengenal Tuhan baru saya, bantu saya mencintai kamu sebagaimana yang Tuhan kamu ajarkan, bantu saya mencintai kamu layaknya kamu mencintai Allah."
"Ana Uhibbuka Fillah."
Tuntas sudah!
Si Engko mencium telapak tangannya sendiri lalu menyentuhkannya di kening Ate, kepala Ate langsung keleyengan dicium sama si Engko walaupun lewat perantara, untung saja tidak ada orang yang melihat Ate dicium sama si Engko.
Ate masih terdiam, menatap si Engko yang sedari tadi terus melihatnya.
"Boleh minta lagi nggak?"pinta Ate dengan wajah seimut mungkin.
Jujur, ciuman si Engko menularkan virus "Tidak tahu malu". Bisa – bisanya Ate minta dicium ulang sama si Engko.
‘’Maafkan saya ya, saya berbuat dosa.’’ kata si Engko pelan. Tanpa memperhatikan keadaan, si Engko langsung melancarkan aksinya. Bukannya mencium Ate di kening, malah mencium udara sembari tersenyum lalu pergi meninggalkan Ate.
---
Sepulang dari kampus Ate dan si Engko langsung menuju ke masjid di dekat gerbang kampus yang dulu pernah dia pakai solat. Sebelumnya Ate sudah minta tolong Umay untuk mencarikan Ustadz atau Kyai yang bisa membantu acara ini, 'Acara si Engko masuk islam'.
Sesampainya Ate di masjid, sudah ada Umay sama pak Kyai ternyata, ada juga beberapa mahasiswa disana. Ate dan si Engko pun langsung masuk ke dalam masjid.
Pak Kyai berada di tengah masjid dengan sebuah Al-quran dan peci di depannya. Beliau memanggil si Engko untuk duduk dihadapannya. Sebelum memulai acara, si Engko ditanya beberapa hal mengenai kenapa dia memutuskan untuk masuk islam? Dan si Engko pun menjawab dengan jawabannya sendiri panjang lebar yang tidak memungkinkan Ate beberkan disini.
"Baik, saya mulai ya." ucap pak Kyai.
Semua orang yang ada di masjid mengangguk.
"Nanti kamu ikuti kata-kata saya, sesudahnya ya." perintah pak Kyai sama si Engko.
Si Engko mengangguk.
"Bismillahirrahmanirrahim."
"Bismillahirrahmanirrahim." si Engko mengikutinya agak terbata-bata.
"Asyhadualla ilaha illaAllah."
"....."
Acara pun selesai dan si Engko sekarang sudah sah menjadi seorang muslim.
Sebagai orang yang memperkenalkan islam pada si Engko, Ate dipanggil pak Kyai untuk mendekat. Pak Kyai menyuruhnya untuk memakaikan peci di kepalanya si Engko. Tanpa ba-bi-bu, si Engko lalu menunduk, dengan sigap Ate lalu memakaikan peci di kepala si Engko.
Sungguh romantis bukan?
Setelah itu, si Engko meminta izin sama pak Kyai untuk mengubah namanya, dengan nama yang sudah Ate rencanakan jauh-jauh hari sebenernya.
"Affartur Misbahal Yusuf."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJADAH MERAH [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]
RomanceDiatas dermaga yang langsung menghadap lautan luas, Ate memeluk dirinya dengan tatapan kosong yang mendalam, melihat surya yang sebentar lagi istirahat meninggalkan indahnya senja sore ini. Air matanya menetes membasahi pipi kanannya yang merona bak...