BAB 17 : YAKIN TIDAK SAKIT?

2.6K 437 54
                                    

Setahun sudah Ate menjalani hubungan ‘Ta’aruf’ nya dengan si Engko. Begitupun dengan masa pengabdiannya, masa pengabdiannya dan Umay di kampus telah usai.

Ate mengakui kalau dia menjalani hubungan yang terlarang dengan si Engko. Lagipula, mana ada ta’aruf selama itu. Intinya mereka pacaran, tetap pacaran walaupun pacaran tidak diperbolehkan.

Berakhirnya masa pengabdian, tidak memutus tali persaudaraan bersama Umay yang harus pulang duluan. Ya, karena masa pengabdian mereka sudah berakhir, Umay harus pulang dan mengurus berkas – berkasnya untuk persiapan kuliah.

Sementara Ate? Ate memilih untuk tetap disana, tapi Ate tidak lagi mengabdi di kampus, melainkan menyewa rumah pondoknya saja.

Sebelumnya Ate sudah izin sama Umi untuk tetap stay di Jogjakarta lebih lama untuk beberapa waktu ke depan. Untungnya Umi mengizinkan.

Hari ini Umay sudah bersiap untuk berangkat ke stasiun.  Hilang Umay, datang si Engko. Si Engko sekarang tinggal di kamar bekas Umay.

Suara pintu diketuk seseorang dari luar, Ate yang sedang merapihkan baju berjalan kearah pintu.  "Ehh.? Udah selesai lu?" ucap Ate saat melihat Umay yang berdiri di depan pintu.

"Siapa?" tanya si Engko keluar dari kamar mandi dan menghampiri Ate.

"Nih si Kunyuk." jawab Ate menunjuk Umay dengan dagunya.

"Subraysssssss" Umay mengeluarkan sebuah buket bunga dan memberikannya ke Ate.

"Heh kambing arab, gue kagak wisuda, lagian ngapain lu ngasih-ngasih gue buket bunga gini?" tanya Ate menerima buket bunga pemberian Umay.

"Hadiah dong, buat penganten baru." balasnya sambil cengengesan.

"Sayang banget gue bakal balik, jadi nggak bisa nonton dahh."

"Nontonin apaan?" Ate heran.

"Terimakasih banyak Umay. " si Engko mengacungkam buket bunga itu.

Shit!

Ate baru sadar saat si Engko mengacungkan buket bunga itu di depan wajahnya, dia baru ngeh kalo buket itu bukan terbuat dari bunga asli, tapi beberapa kondom yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah bunga indah dengan tiga botol gel pelumas di tengahnya.

Bangsatt Umay.

"SIALANN!" Ate menggeplak kepala Umay, si Engko hanya tertawa kecil melihat Ate dan Umay yang seperti bocah. Ate kembali melayangkan pukulan manja di kepala Umay, matanya berbinar, menyayangkan karena itu menjadi akan pertengkaran terakhir mereka karena Umay harus pulang.

Tidak lama kemudian sebuah bus datang untuk menjemput Umay, Ate menyudahi pertengkaran itu. Dia berjalan mengantar Umay sampai ke depan pagar, berpelukan dan melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.

Ate kemudian masuk kamar saat mobil yang membawa Umay sudah sudah tidak lagi terlihat. Saat Ate memasuki kamarnya, dia melihat si Engko sedang memperhatikan buket kondom yang diberi Umay tadi.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." si Engko menoleh tersenyum kearah Ate.

"Kamu sudah pernah mencobanya?" tanya si Engko.

‘Gila si Engko, mana pernah gue pake yang gituan? Orang selama ini kan gue jomblo. Baru si Engko pacar gue hehehe.’

"Nggak lah." Ate mengangkat bahu.

"Nanti kita coba sama-sama ya." ucap si Engko tersenyum.

"Hemmhh" Ate hanya menghela nafas dan pergi meninggalkan si Engko pamit buat mandi, dia tahu tadi si Engko tidak benar-benar serius sama ucapannya, jadi Ate melengos begitu saja. Jangankan buat ‘Nganu’, buat pegang tangan aja sekarang dia tidak berani.

SAJADAH MERAH [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang