BAB 5 : TEMPAT BARU

3.6K 588 33
                                    

Akhirnya Ate dan Umay sampai di stasiun lempuyangan Jogjakarta sekitar jam 6 pagi. Keluar dari stasiun, Ate dan Umay langsung menghampiri bapak yang akan mengantar mereka ke tempat mereka tinggal. Kebetulan bapak ini memang orang suruhan dari kampus yang diperintah untuk menjemput Ate dan Umay.

Ate dan Umay langsung berangkat menuju ke tempat pengabdian.

Sesampainya disana, ternyata tempat mereka tinggal dan kampus jaraknya agak jauh, sekitar 1 kilo. Tapi tempat tinggal mereka masih terhitung di pemukiman warga kok, masih ada rumah di kanan-kiri rumah mereka, jadi aman.

Ate dan Umay tinggal di beda kamar. Denah rumah mereka cukup luas dan nyaman. Ada tiga kamar terpisah disana, dengan satu dapur umum diantara kamar mereka. Sementara di depan dapur itu ada sebuah kursi kayu yang sepertinya digunakan untuk makan atau nongkrong.

Ate dan Umay masuk ke kamar masing-masing. Ate meletakkan kopernya di sudut ruangan, sementara tas ranselnya di taruh di meja yang ada di samping kopernya. Kamar ini cukup luas untuk Ate, kamar berukuran 6x5 meter dengan perabotan lengkap seperti Kasur, kipas angin, lemari dan rak sepatu di samping pintu masuk.

Sebelum melempar badannya di tempat ternyaman, Ate pergi ke toilet untuk buang air kecil, cuci kaki dan cuci muka. Setelah selesai melakukannya, Ate tidak ingin membuang waktu, dia langsung melemparkan dirinya di kasur yang terbuat dari kapuk itu.

BRUGHHH

“Ahhhh.. tempat ternyaman emang kasur sih Fiksss!” ucap Ate.

Ate memejamkan matanya, mengusap bantalnya beberapa kali, melemaskan setiap otot yang ada dalam dirinya. Badannya yang mulai melemas, pikirannya yang mulai tenang, dan kesadarannya yang mulai pudar, Ate siap menuju alam mimpinya.

Sayup-sayup kesadaran Ate mulai pudar, sebentar lagi dia menuju alam bawah sadar, tapi bukannya tidur dan bermimpi indah, tiba-tiba Ate mendengar suara gedoran pintu yang membuat matanya terbuka lagi.

“Te.. Ateee.”

"Assalamualaikum, Ate." Umay menggedor pintu kamar.

“Eetdahh, ape si ni bocah? Baru aja gue mau merem, udah berulah aja.” dengus Ate.

"Apaan May?" jawab Ate masih terpejam.

"Bangun, udah Ashar, emang gak laper lu?" jawab si Umay.

SHITT!!

Ate langsung bangun, dan melihat jam di hape dan whattt the....?

Sudah jam setengah lima? Apa-apaan nih? Rasanya baru aja Ate mau tidur, tapi ternyata dia sudah tidur sekitar 10 jam. Tapi anehnya Ate merasa itu sangat singkat. Tidak terasa.

Dengan setengah kesadaran, Ate membuka matanya, dia meregangkan badannya, melihat ke sekeliling, menggaruk kepalanya dan “AWHHHH!!!” Benjol di kepalanya sekarang sakitnya mulai terasa. Ate duduk sembari mengusap kepalanya yang benjol.

“Te, lu lagi ngapain si? Mau makan kagak?” tanya Umay berteriak dari luar.

"Iyaa tunggu bentaran, masih ngumpulin nyawa nih."

"Yaelahh! Nyawa baru dikumpulin, pantesan lu bego mulu." suara Umay terdengar memudar.

Ate keluar kamar dengan lesu, melihat sekeliling yang ternyata sudah sore. Dia menghampiri Umay yang sedang duduk santai dengan kopi susu, biskuit dan gorengan di depannya.

"Dasar lansia, makannya biskuit pake kopi." ejek Ate.

"Dasar mumi, jam segini baru bangun, busuk tuh mata." bales Umay.

See? Kalau masalah bullying, Umay memang lumayan bisa diakui prestasinya.

"Kamprett!" Ate menggeplak kepala Umay.

SAJADAH MERAH [TELAH TERBIT DI LOVRINZ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang