10.

4.7K 398 4
                                    


Lisa pov.

Disini lah aku sekarang, berada di ruangan yang sama dengan Jennie, tidak ada percakapan sama sekali padahal kami barusan menikah.

Yah, setelah orang tua kami mengatakan menikah besok maka mereka benar-benar melakukannya, tidak ada bantahan sama sekali.

Kami berdua sekarang berada di kamar, sedangkan kedua orang tua kami sudah pulang setelah mengantar kami ke rumah baru ini.

Ya rumah baru hadiah pernikahan kami kata mereka.

Aku bingung harus memulai dari mana untuk berbicara dengan Jennie, ini sangat canggung karena dari tadi ia asik dengan kesibukan membaca novelnya di atas kasur.

Sedangkan aku duduk di sofa sambil menonton tv.

Baiklah, aku memberanikan diri berjalan mendekati Jennie.

"Jennie" panggilku

"Heum" lihatlah, dia bahkan tidak perlu repot-repot melihatku.

"Lihat kesini sebentar" kataku

"Aku sedang membaca"

Karena kesal aku menarik bukunya dan meletakkannya di atas nakas di samping ku.

"Ck, apa" ucapnya kelihatan kesal. seharusnya aku yang kesal karena dia mengacuhkan ku, kenapa dia jadi ikut ikutan? Ck menyebabkan.

"Kita barusan menikah tapi situasi kita seperti orang asing"

"Ya terus?" ucapnya bodoamat.

"Pokoknya aku tidak mau tau mulai sekarang kamu harus banyak bicara padaku karena aku tidak suka keheningan"

"Kenapa aku harus?"

"Ya karena kamu istriku" ucapku tegas.

"ya ya" jawabnya malas.

Sepertinya aku harus lebih banyak bersabar lagi mengahadapi sikap cuek istri ku ini.

"Yasudah, sudah dulu baca novelnya, nanti mata jennie sakit dan ini sudah malam waktunya pengantin baru  tidur" ucapku menggodanya dengan mengedipkan sebelah mata.

"Kenapa mengedipkan mata padaku?" Heran Jennie.

"Jennie tdak tau ya?, Yang itu loh yang dilakukan orang setelan menikah itu" kataku.

"Jennie belum siap" katanya.

"Hihihi Lisa bercanda kok, Lisa juga tidak akan maksa Jennie" kataku.

"Heum" Jennie hanya berdehem.

"Ayo tidur" ajak ku.

"Sebelum kita tidur Jennie ingin membuat peraturan lebih dulu" kata Jennie

"Peraturan apa?" bingung ku.

"Peraturan pertama, tidak boleh mencium Jennie, yang ke-"

Sebelum Jennie melanjutkan ucapannya aku memotong nya.

"Tidak adil, masa istri tidak boleh mencium istrinya sih. Lisa tidak mau"
Aku protes.

"Kalau begitu cium kening sama pipi saja, tidak boleh mencium bibir" putusnya.

"Iya iya.. tidak janji" guma ku diakhiri.

"Bersikap biasa saja juka di luaran, jangan terlalu mencolok bahwa kita sudah menikah"

"Ck, peraturan macam apa itu" aku mencibir.

"Peraturan Jennie lah"

"Apa jangan-jangan Jennie sudah mempunya kekasih dan karena itu Jennie takut kalau orang itu tau kita sudah nikah"

"Sembarangan, Jennie belum pernah pacaran tau" kesal nya.

"Ah masa sih tidak ada yang mau sama Jennie yang cantik dan seksi ini" godaku.

"Ck, tidak taulah"

Setelah itu Jennie membaringkan tubuhnya memunggungi ku.

Aku juga merebahkan tubuhku di samping Jennie, satu tanganku terulur memeluk pinggang ramping nya.

"Lepas, jangan peluk Jennie"

"Tidak akan"

Jennie terus saja mencoba melepaskan dekapan ku, tapi pada akhirnya dia tidak bisa melepasnya karena aku memeluknya erat.

"Merujuk heum?"

"..."

"Lagian bagus Jennie belum pernah pacaran, itu berarti Jennie memang di takdirkan hanya untuk Lisa dan hanya milik Lisa" ucapku dengan tulus.

"..."

"Tidak papa Jennie tidak menjawab, yang penting Jennie tau kita memang di takdirkan bersama selamanya. Lisa sayang Jennie tapi kalo cinta mungkin besok" kataku.

"Memangnya ada seperti itu? Sayangnya sekarang cintanya besok?" tanya Jennie heran.

"Ya terserah Lisa lah"

"Terserah"

"Jennie kenapa cepat sekali merajuk"

"Lisa juga kenapa bicaranya ngawur"

"Iya iya Lisa yang salah" aku mengalah saja dari pada Jennie merajuk lagi iya kan.

"Jenni menghadap Lisa dulu"

"Tidak mau"

Karena gemas aku terpaksa membalikkan tubuhnya menghadap ku.

"Jennie harus mendengarkan omongan Lisa nee" kataku dengan lembut.

"Hemmm"

"Ayok tidur, besok Jennie ada kelas kan?"

"Iya"

"Lisa antar ya"

"Terserah"

"Baiklah, cepat pejamkan mata Jennie dan jangan lupa mimpikan Lisa ok"

"Ingin sekali di mimpikan"

"Iyalah. Cepet Jennie tutup mata"

"Iya iya, dasar, tidak sabaran"

Perlahan lahan mata Jennie mulai terpejam, aku mengelus-elus punggungnya agar dia cepat tertidur.

"Cantik" aku tersenyum sendiri setelah mengucapkan kata itu.

"Selamat tidur J" ku cium keningnya lama setelah itu ku lanjutkan mencium semua wajahnya dengan random kecuali bibirnya.

Aku bukan tidak berani mencium bibir istri kucing ku, tapi tunggu dulu aku mencintainya besok setelah itu pasti ada waktu yang tepat untuk mencium bibir mungilnya.

Ku eratkan pelukan ku pada Jennie lalu mulai menyusulnya masuk ke alam mimpi.

-

Gemoy 😽🥟

Revisi-08/01/23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Revisi-08/01/23

vote di klik.

family is my life [Jenlisa]√ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang