••Kesebelas

28 7 6
                                    

Sejatinya setelah hari itu hanya tersisa hangat yang makin pudar, karena secara tiba-tiba, pemilik hangat beranjak dari cerita miliknya yang menyisakan jeda panjang menggantung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejatinya setelah hari itu hanya tersisa hangat yang makin pudar, karena secara tiba-tiba, pemilik hangat beranjak dari cerita miliknya yang menyisakan jeda panjang menggantung.

Namun yang lucu adalah semesta tetap berjalan, waktu tetap berputar sebagaimana adanya. Sedangkan tanganmu sudah tak berada dalam genggamku lagi.

"I'm grateful that you were called mine once."

"Jangan bicara seperti kita tidak akan bertemu lagi, Akinori," Sang puan memeluk erat wira di hadapannya, diam-diam takut jika wira itu akan melupakannya.

Setelah rengkuhan terlepas [Name] menatap dalam kedua mata sipit yang jika pemiliknya tertawa akan menghilang, sebelum berkata, "Aku memiliki sesuatu untukmu."

[Name] menghela napas, berat rasanya. "Sejujurnya aku tak ingin membebani perasaanmu, namun jika kamu masih mencintai dan menungguku kamu bisa berikan kotak ini padaku 2 tahun lagi."

Akinori mengerutkan dahinya, "Mengapa begitu?"

Dan [Name] menggelengkan kepala sembari tersenyum, "Aku tidak bisa memberitahumu sekarang, biar waktu yang menjawab. "

Sebuah kotak dengan pita tali rami diberikan pada wira yang termangu.

Lidah terasa kelu kala ingin mengucap kata yang sudah tersusun apik dalam benak, Akinori tahu jika ia pernah mengatakan siap melepas [Name]. Yang ia tidak tahu adalah rasa kehilangan yang sudah mulai terasa meski puannya masih berada dalam genggam untuk saat ini.

"Selamat atas kelulusannya, aku sangat senang kita bisa lulus. Juga terima kasih atas afeksi yang telah kamu berikan selama ini, itu sangat berharga untuk ku," Sebuah pelukan hangat yang terasa begitu sulit untuk dilepas, kembali [Name] berikan.

Keduanya sama-sama tak bisa menghadapi situasi ini.

Eita tak jauh dari sana diam-diam menjadi saksi bisu kisah romansa adiknya yang tak kunjung rampung, apa yang sebenarnya mereka pertahankan?

Rumit.

Kisah mereka terlalu rumit dan berliku. Sebuah hubungan benci dan cinta yang mengikat mereka. Ia tak bisa melakukan apa pun.

°

Kini ia kembali ditinggalkan.

Belum sempat ia menjelaskan apa yang selama ini dia takutkan, mengapa ia melakukan semua hal menyakitkan ini pada [Name] nya tersayang atau hal lainnya yang bersangkutan dengan hubungan mereka.

Pengecut.

Satu kata yang paling sempurna untuknya dari beribu kata cemooh lainnya.

Pantas saja ia ditinggalkan banyak orang, seorang pengecut memang tak sepatutnya diperjuangkan orang lain.

"Hey Konoha!" Panggil seseorang yang membuat si empunya nama menoleh.

"Sampai kapan mau berdiri di sana? Kau sudah berdiri di sana semenjak pesawat [Name] lepas landas lima menit lalu," Eita menatapnya datar.

Dan Akinori buru-buru menghampiri Eita, kemudian keduanya meninggalkan tempat itu.

Jika ditanya apa Eita sedih karena adiknya harus pergi jauh darinya?

Tentu jawabannya akan 'iya'. Mereka sudah bersama sejak lahir dan kedua orangtuanya pun tak selalu ada di rumah, sehingga yang mereka miliki hanyalah satu sama lain.

Berjauhan dengan jarak beribu meter dan selisih waktu yang terbalik resikonya.

Namun ia bangga karena [Name] mau fokus dengan cita-citanya dan berhasil mendapat beasiswa ke negara berseni di Eropa.

Ia harus bisa seperti adiknya.

ʄ

Lalu apa yang akan ia lakukan sekarang?

Cintanya pergi, mimpi memudar dan jiwanya seakan melayang.

Semenjak klub voli di hiatuskan untuk anak kelas akhir agar mereka fokus dengan ujian, Akinori sudah tak pernah menyentuh bola bundar yang biasanya menemani setiap sore hingga malam setelah sekolah usai.

Wira itu merebahkan tubuhnya di lantai sembari menatap langit-langit kamar, berpikir tentang alasan yang [Name] pilih untuk melanjutkan studinya ke Prancis.

[Name] adalah puan luar biasa.

"Enak sekali, aku sedikit iri padamu bisa mendapatkan beasiswa. Eh-"

Akinori cepat-cepat bangkit lalu menuju meja belajarnya di ujung ruang meski kakinya harus terkantuk rak buku dulu. Ia mengacak laci kecil dan mengeluarkan sebuah tawaran beasiswa yang ayahnya sempat berikan.

Tangannya mulai mencatat beberapa hal, begitu fokus mencari berkas-berkas yang dibutuhkan di rumah. Kesana kemari dan kembali kakinya terkantuk meja beberapa kali karena terlalu bersemangat.

"Peluangnya cukup besar pada jurusan ini, aku harus mencobanya," Ucap Akinori sumringah.

.

.

.

[A/N]

Haloo, apa kabar semua? Baik ya, harus baik hehehe
Maaf ya Mayu baru kembali, biasa ujian. Kalian udah selesai ujian belum nih? Atau udah ada yang dibagi rapot? Bagus dong pasti nilainya?

Kalo Mayu ya lumayan lah, skalanya naik dari ujian sebelumnya.

Mungkin itu aja ya, maaf kalo part ini kurang ugh dan feels nya ga dapet. Udah lama ga nulis T^T

Stay safe and stay hydrated everyone!!

We Fall Apart [Konoha Akinori x Reader] - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang