••Kelima

99 22 1
                                    

Sekarang satu dini hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang satu dini hari.

Tepat di waktu-waktu seperti ini biasanya bayang muncul dalam kepala. Kau, biasa selalu hadir menjelang terlelap. Pekat malam tidak mampu menyaingi pekatnya kau dalam pikiran. Biasanya begitu. Sengaja tidur ditunda lebih lama hanya untuk mencari kau. Sengaja terdiam lebih hening agar bisa merasakan hangat kau dalam benak.

Yang datang justru sendu mu seakan mengolok, membuat diri semakin runyam dan tenggelam dalam bimbang.

Satu lagi hal datang membuatku terus lari darimu, tapi di sisi lain aku tak mau melepas mu. Beri aku waktu untuk bisa berdamai dengan diri sendiri, mau kah kau menunggu sebentar lagi hingga aku siap?

Napas terhembus kasar, surai teracak dan si pemain voli terduduk di atas pembaringan; membenci dirinya sendiri.

Nanti ia akan pergi, pergi menatapi cerita lain yang ditoreh cat di atas serat kain. Sama seperti yang biasa ia lakukan tahun-tahun lalu, bahkan sebelum ia mengenal sang puan pelukis dua tahun lalu ketika keduanya duduk di bangku kelas satu.

Konoha mengenal sang gadis dari lukisan 'Akhirnya Kita Bertemu' yang ia buat di ruang seni sendirian saat hampir semua orang sudah beranjak kembali, menyisakan mereka yang masih memiliki kegiatan ekstra di sekolah.

Dari sana ia tahu bahwa tiap lukisan yang ia kagumi di Festival Seni adalah milik sang puan dan dari sana pula mereka mulai dekat hingga kini bisa sedekat bahu ke bahu.

Namun setiap [Name] memintanya hadir melihat lukisannya, Konoha selalu menolak dengan banyak alasan. Ia tak mau [Name] tahu bahwa ia adalah orang yang sama yang selalu setia menatap lukisan miliknya dan sampai saat ini ia masih percaya kalau [Name] tak mengetahui tentang ini.

Setiap tahun semenjak lukisan milik [Name] mengikuti Festival Seni, Konoha tak pernah sekali pun tak hadir. Ia akan menyempatkan diri untuk datang, meski hanya sejenak.

Ia ingin tahu apa yang sang puan rasakan ketika melukis lukisannya.

Ia ingin menghalau semua yang membuat sang puan merasa sedih.

Namun ia tak menyadari ialah yang membawa pilu.

ʄ

Entah apa yang seorang pemuda berhelai pirang pikirkan ketika datang dengan masker dan topi hitamnya, berjalan berkeliling menikmati segala seni rupa yang terpajang apik seakan tanpa beban.

Dan tibalah ia di depan sebuah lukisan beraliran ekspresionisme dengan judul 'Griseo Post Blue'. Sang wira terdiam di sana menatap lekat-lekat seakan meneliti dan seketika lara singgah, entah bagaimana ia merasakan apa yang [Name] rasakan ketika melukis lukisan yang dominasi warna kesedihan.

Apa yang membuat [Name] nya menerima lara dan pilu sebanyak ini?

"Kelabu setelah biru."

Konoha menolehkan kepalanya dan mendapati puan yang tengah berada dalam batin berbicara padanya. Mendadak jantung berdegup kencang, apa [Name] mengenalinya?

"Itu arti dari judulnya," [Name] tersenyum sembari menatap netra Konoha yang terlihat terkejut.

Konoha membatu masih belum pulih dari keterkejutannya. Setelah dikiranya hening terlalu lama mengambil alih, dia berdeham dan mengangguk kembali memperhatikan lukisan di hadapannya tidak berniat menjawab.

Sang jelita tertawa kecil atas tingkah wira di sampingnya, "Apa kau menyukai-".

"Tidak, terlalu banyak kesedihan yang tertuang."

[Name] terdiam dengan wajah menyiratkan sendu, namun senyum masih setia terpatri, tertohok dengan kata-kata yang Konoha ucapkan padanya.

"Sejak kapan kau mengetahuinya?" Konoha menyerah dan akhirnya membuka masker hitam yang ia pakai.

"Sejak aku pertama kali mengikuti festival empat tahun lalu, saat aku masih duduk di kelas dua sekolah menengah pertama dan kau di sana memperhatikan lukisan milik ku dengan setia. Aku ingin menghampiri mu dan bertanya banyak hal, namun terlalu takut untuk itu," sang puan menunduk menatap ujung sepatunya.

"Entah kenapa aku merasa terbohongi," Konoha mengusak wajahnya dan entah kenapa itu membawa gelak pada [Name].

Dan hening kembali menghampiri membuat keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, mungkin bagi orang lain mereka berdua hanya orang asing yang sama-sama menyukai lukisan 'Griseo Post Blue' dan kebetulan bertemu.

Nyatanya mereka adalah sepasang insan dengan perasaan yang terombang-ambing tak keruan. Bak kapal yang tak kunjung menemukan pelabuhan di tengah badai.

"Barangkali sejenak saja, bisakah kita berhenti untuk saling melupakan rindu?" Sang puan berucap dengan lembut.

"Sudikah kita mengakui bahwa kita tidak baik-baik saja karena tidak bertemu?"

Konoha tersenyum mendengarnya, namun kepalanya bergerak ke arah kanan dan kiri sebagai bentuk penolakan.

"Aku tidak bisa, [Name]."

"Kenapa demikian?"

"Aku takut."

Lengan sang gadis menarik tubuh wira yang lebih tinggi darinya dalam rengkuhan sembari mencoba membendung air mata.

"Bukan kah kita sama-sama pernah merasakan bagaimana rasanya berada di antara dua pilihan yang tak mampu kita pilih salah satu di antaranya, yaitu menyerah atau tetap terus bertahan. Meski nyatanya kita sendiri juga tak pernah benar-benar tahu sampai kapan sabar itu mampu kita pelihara di dalam dada?"

"Aku tak mau kehilanganmu, tolong tetap di sini hingga waktu di mana aku siap," lengan Konoha melingkar di pinggang sang gadis. Persetan dengan sekitarnya, ia ingin [Name] berada dalam rengkuhannya lebih lama.

"Sebenarnya apa yang kita hendak pertahankan pada situasi yang seperti ini, diri kita atau ego kita?"

"Maafkan aku, sungguh. Kau boleh memaki atau menamparku jika ingin. Aku pantas untuk itu."

Dan sang puan melonggarkan lengannya untuk menatap wajah wira yang masih mengisi relung hatinya dengan senyum lembut menghangatkan, "Aku kembali dan menunggumu di ujung waktu kita, kita bisa mulai kembali dari sana."

"Meski tak menepis fakta bahwa diriku sudah lebur karenamu, tapi entah kenapa aku masih bertahan."

.

.

.


Seni lukis beraliran ekspresionisme adalah aliran seni rupa yang menonjolkan ungkapan dari dalam jiwa.




[A/N]
Huft, akhirnya beres. Chapter ini Mayu buat lebih panjang, semoga tidak membosankan.

Maaf karena baru up. Akhir-akhir ini Mayu terkena writer block dan sering dikejar deadline, tapi diusahakan akan sering up.

Tinggalkan jejak agar Mayu lebih semangat up nya.

We Fall Apart [Konoha Akinori x Reader] - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang