ABYANTARA KEENAN

6 1 0
                                    

     “Ya sudah mata pelajaran saya sampai disini dulu karena lima menit lagi bel, apa masih ada yang ingin di tanyakan lagi?” Ucap Pak Indra menyudahi.

     “Cukuuuppp Pak” Teriak kami sekelas secara serentak, namun bukannya pergi Pak Indra justru tertawa.

     “Kalian kompak kalau masalah seperti ini, ya sudah jangan lupa makan yang belum sarapan” kami akui setelah punya anak Pak Indra menjadi sangat perhatian.

     “Asyiaaappp Pak” Jawab kami kembali kompak.

     “Hmm anak milenial banget ya murid-murid bapak ini, ngomong-ngomong udah ikut pemilu semua kemarin?” Tanya Pak Indra lagi, yang kini justru membuat kami kesal.

     “Iyaa Pak” jawab kami dengan suara melemah.

     “Jangan ikut-ikut ribut ya, ingat sila ketiga pancasila, masih inget kan?” Tanya nya lagi.

Kutengok Aldo tiba-tiba menginterupsi
“Bapakk.. tadi kata bapak udahan..” Katanya terdengar kesal, Pak Indra tersenyum lalu bel dibunyikan.

     “Tuh, baru dengerkan suara bel nya, Ya sudah bapak permisi dulu” Ungkapnya, namun bukannya pergi ia palah masih berdiri kokoh seakan memberi isyarat kepada kami untuk menjawabnya.
Sayangnya, tidak ada suara yang keluar sedikitpun dari mulut kami.

     Pak Indra dengan raut kecewa perlahan menjauh, kami semua masih duduk dan memperhatikannya, dan sampai di ambang pintu dia berbalik lagi sekitar satu meter.

     “Oke jadi kalian marah sama bapak?” Katanya, dan kami hanya memperhatikannya berbicara.

     “Okee, Ya sudah bye!” Ucapnya kini terdengar kesal. Sampai langkahnya di depan pintu, kami sekelas berteriak.

     “SEE U PAKKK, WE LOVE YOU!!” Ungkap kami serentak, jujur, dan dengan suara keras, dan diselangi senyuman, ya Pak Indra belum lama ini memang sudah menjadi kandidat guru yang kami kagumi.
Kami melihat Pak Indra hendak menjawab setelah kembali berbalik badan, namun kami semua buru-buru bangkit dari bangku dan membubarkan diri, Pak Indra tertawa lalu pergi dengan diikuti Aldo dan Sisca Sekertaris kelas kami dengan membawa buku PR.

     Aku masih duduk di bangku kelas sambil memainkan handphoneku, melihat video-video lucu di Instargram untuk menghibur diri, Intan sedang tidak di kelas, tadi ia pamitan mau menemui pacar tercintanya Alif.

     Belum sampai lima menit kudengar suara Intan teriak memanggil namaku, dasar Intan.

     “Nay keluar!” Pintanya sedikit menjerit dari depan pintu.

     “Mager ahh, sana pergi sendiri aja” balasku santai.

     “Ihh, ada Keenan goblok” Katanya lagi.

     “Bodo ah, gua masih males sama doi” mataku kembali ke layar hp.

     “Seriusan ini mah, dia di tengah lapangan”

     “Apaan sih Tan gak lucu, tiap hari juga gitu, main futsal”

    “Haishh! Kumaha sia wae lah!” balas Intan terdengar kesal, namun justru hal itulah yang membuatku percaya ucapannya serius, aku bangkit dan keluar kelas. Baru sampai di ambang pintu, mataku langsung melotot.

    “Menurut Lu dia asli dihukum atau cuma tebar pesona?” Tanya Intan padaku.

    “Tebar Pesona” Jawabku singkat, ketika melihat Keenan berlari memutari lapangan dengan seragam putih abu-abu sendirian, tanpa seorang pun teman regu futsalnya.

    “Tumben gak belain, kenapa lu?” Tanya Intan penasaran, dan hanya ada raut bodo amat dalam wajahku.

    “Serius nih, yakin gak cemburu? Liat tuh adek kelas kegirangan semua liat dia” mendengar itu aku langsung menoleh dan benar saja dia menjadi pusat perhatian kaum wanita.

Ini Kisah Tentang Cinta MonyetkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang