Pilihan

13 1 0
                                    

Selama diperjalanan semua kenangan Keenan berdatangan dipikiranku, karena dia pemilik kisah ini dan mendadak aku teringat suatu hari ketika dia mengatakan sesuatu tentang kisah cinta Hitler dan Eva.

"Aku suka kisah itu, mereka tetap ingin bersama meskipun kenyataan akhirnya merenggut segalanya, itu menyakitkan namun mereka tidak dibuntuti rasa kehilangan"

Ini sunguh sangat lucu tapi juga menyedihkan karena aku tidak bisa membaca apapun dari perilakunya, apa aku memang sebodoh ini apa aku hanya mementingkah kesenanganku sendiri. Jika yang di katakan adalah benar, lantas apakah dia selalu membuat waktu satu hari itu denganku, apakah dia menganggap setiap harinya harus berakhir bahagia, itukah alasan dia berusaha mati-matian untuk menemui manusia bodoh sepertiku, lalu kenapa mendadak dia berhenti. Keenan ini menyebalkan.

Aku menemukannya.
Aku menemukan seseorang yang pernah melempar handuk ke atas kepalaku, aku menemukan seseorang yang mengajakku makan bakso lalu kutinggalkan di bioskop, aku menemukan seorang pelari hebat yang melangkah masuk keruang UKS sekolah, aku juga bertemu durjana jahat yang menghancurkan hatiku ditengah senja yang begitu cantik, dan sekarang aku melihatnya menendang bola asal ke gawang, haruskan aku menemukan bola matanya juga kali ini?.

"Ambil dong bolanya kita main berdua satu babak!" ucapku yang membuatnya seketika menyadari keberadaanku.

Entah apa yang ada dipikiranku, kurasa aku hanya ingin melakukan sesuatu secara alami.

"Oke tiga kali kemenangan dan belum boleh berhenti meskipun lampunya mendadak mati" ia tertawa lebar sambil menunjuk lampu yang menerangi lapangan, dan hanya ku balas dengan anggukan.

Meskipun awalnya canggung, tetapi kemudian kami bermain dengan baik, hanya saja kulihat dia sedikit mengalah dan mengurangi kemampuannya mendang bola.

Kami berebut bola dan pikiran buruk yang sejak tadi menggerogoti jiwa perlahan tertimbun oleh suara tawa kami berdua, ia menahan bolanya di kaki kanan dan badannya yang tinggi dan lebar membuatku kesulitan melihat bola yang ia sembunyikan.

"Lari aja gak bisa, sok-sokan main ngajak main bola" katanya menggoda.

"Ih sekarang aku udah jago olahraga, kataku sambil berusaha tanganku menarik-narik lengahnya agar dia mau bergeser.

"Waktu itu aku udah nonton live nendang bola lumayan lama" kataku lagi.

Mendadak dia berhenti, mungkin dia mengingat waktu itu aku datang menemuinya, dan karena kesempatan ini aku berhasil mencuri bola dan mendangnya hingga masuk ke gawang, aku tertawa lebar dan dia seperti tidak percaya.

"Oke satu kosong, yang kalah ambil bolanya!"
Lalu kami bermain lagi, kini pertandingan semakin sengit, kaki kami memang sedang berebut bola tapi tubuh kami tanpa disadari sedang setangah berpelukan, lalu entah teknik bola yang disebut apa karena aku tidak menemukannya saat pelajaran penjaskes dia menarik tubuh lawan, maksudnya aku hingga kami jatuh berpelukan, wahh ini pelanggaran kartu merah.

Kami jatuh tersungkur di atas semen kotor, namun setelah terjatuh ternyata kami enggan berdiri, aku sungguh ingin memeluknya seperti ini, seperti saat dia datang kerumah waktu itu, secepat kilat aku menyadari tujuanku kemari.

"Waktu itu cuma ada aku sama Cathrine sebagai seorang wanita yang berada ditempat ini, tetapi kenapa wanita lain terus menginterupsi seolah dia juga ada disini" kataku menyela di balik hembusan nafasnya yang terengah-engah.

Kupikir ia masih enggan berkata-kata seperti biasanya.

"Wanita yang susah payah ngejaga lilin kamu dipantai, wanita yang manggil kamu waktu kita di timezone, wanita yang pernah gak sengaja aku liat di tepi jalan masuk ke mobil kamu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ini Kisah Tentang Cinta MonyetkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang