Lies

7 0 0
                                    

"Kenapa saya selalu disalahkan padahal saya korban"

"Memang mereka bilang apa?" Kata Miss Merry dengan raut wajah menungguku bercerita.

"Setelah kejadian itu Ayah lebih sering terlihat membenci Mamah tapi Mamah biasa saja menanggapinya, Mamah tetap melakukan aktivitas seperti biasanya membuat sarapan pagi membereskan rumah dan akhir-akhir ini saya sangat terganggu setiap kali melihat Mamah kelelahan dan memandangi vas bunga kosong itu" Jelasku.

"Memang apa yang ada dipikiran kamu ketika itu?"

"Kenapa Mamah harus menahan semua itu demi saya, bukankah bercerai itu lebih baik baginya, dia bisa bahagia dengan melakukan berbagai hobinya tanpa harus terbebani dengan menjaga saya, saya juga sudah dewasa hanya saja Ayah yang terlalu protektif"

"Mamah pernah bilang dia membenci Ayahmu?" Tanya Miss Merry lagi, aku diam sejenak mengingat-ingat, lalu aku menggelengkan kepala.

"Mamah sering cerita kalau dia bahagia dengan Ayahmu?" Kata Miss Merry dan aku mengangguk lagi.

"Mamah kamu lebih tahu mana yang lebih dia butuhkan, kalau Mamah benar-benar terbebani dengan semua hal yang dia lakukan selama ini mungkin mereka sudah bercerai"

Usai pertemuan dengan Miss Merry kali ini entah kenapa aku lebih tenang dari sebelumnya, entah kenapa percakap kami kali ini membuatku berpikir lagi dan lagi, aku merasa bahwa aku menemukan jawaban tetapi aku bingung kenapa aku terus mempersoalkan pertanyaan yang sudah memiliki jawaban, ini sungguh aneh dan mendadak aku takut untuk mengakui pikiranku tentang yang aku rasakan sebelumnya.

Benarkah itu cinta?. Apakah itu yang memang selalu dijaga oleh orang tua ku, jika benar kenapa cinta harus memiliki karakter seperti ini.

Ayah menjemputku usai pertemuan dengan miss Merry, entah mengapa aku merasa ada yang berbeda dengan senyumannya saat dia datang menghampiriku.

"Yah kita makan dulu okeyy" kataku dengan nada ceria untuk melindungi topengnya.

"Kita pulangg sayang, nanti ayah masak untukmu, okeyy" ucapnya yang secara otomatis menghancurkan moodku, bukan karena penolakannya makan diluar melainkan aku tahu ada yang akan dia bicarakan.

Ayah itu tipe orang yang tidak suka berdebat atau ribut-ribut dikeramaian.

Aku sangat terkejut dengan keadaan yang saat ini sedang terjadi, selama diperjalanan aku benar-benar sudah berpikir macam-macam tentang ayah dan mamah, tapi saat ini aneh sekali. Ternyata kita tidak hanya makan berdua tapi mamah juga ada didalamnya, jadi letak keanehannya adalah mamah terlihat sangat sumringah dan menyanyi gembira menyambut kedatangan kami.

"Ayah sama mamah gak papa kan?" tanyaku gusar saat kami sedang melangkah masuk ke ruang makan.

"We are fine baby" jawabnya yang juga terdengar seperti bercanda.

Baiklah daripada menduga-duga aku harus cepat ambil posisi duduk, dan bersiap dengan cerita dan kesimpulan apapun yang akan mereka paparkan di meja makan.

Setelah menuggu dengan cemas akhirnya ayah memulai pembicaraan.

"Sepertinya kita buat brand baju sendiri dehh" ungkap ayah, aku masih menganga menunggunya menjelaskan lebih detail, namun mamah menyambar.

"Makasih sayang" jawaban mamah untuk ayah, benar dia berbicara manis dengan ayah setelah sekian lama, aku sungguh mendengar kata sayang muncul dari mulutnya.

"Adek respon dong, kok bengong sih?" tanya mamah.

"Adek tuh ga ngerti mah, yah?"

"Mamah dibuatin butik sama ayahh, hehehe" mamah tersenyum lebar.  Aku tersedak tapi kemudian tertawa kegirangan sampai pindah mendekati dan memeluk mamah sambil menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri.

Ini Kisah Tentang Cinta MonyetkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang