Prom Night

2 1 0
                                    

    Aku bangun dengan malas, kalau saja suara Mamah tidak sebrisik itu mungkin aku akan tetap terkapar di kasur meskipun pikiranku sudah bangun. Mamah sibuk memilih baju untuk Prom Night, dan aku lebih baik menurut apapun pakaian yang akan dia cocokkan untukku, sebetulnya aku tidak terlalu bersemangat datang ke malam Prom meskipun panitia tidak mewajibkan membawa pasangan rasanya aku ingin dirumah saja.

     Tadi malam aku sempat menyinggung masalah Prom ini dengan Keenan namun ia tampak tidak perduli, padahal jauh di dalam lubuk hatiku aku berharap dia mengajak pergi denganku. Untuk apa kami dekat selama ini, sedangkan semakin hari dia terlihat tidak berminat mengubah impianku menjadi kenyataan.

    Apakah mendadak dia bosan kepadaku atau dia tidak nyaman dengan ku, aku selalu menanyakan hal-hal semacam itu karena sikapnya yang seolah mempermainkan perasaanku. Bahkan jauh sebelum sampai saat ini dia tahu aku menyimpan perasaan padanya, tetapi apapun itu dia tidak terpengaruh.

    Aku duduk di kursi depan sambil menunggu Mamah yang mendadak turun dari mobil karena merasa ada yang kurang dengan penampilanku padahal jelas-jelas sudah kurasa semua sudah melekat pada tubuhku.

     “Tasnya ganti, pakai yang ini aja” Mamah menyodorkan tas kecil dengan sklorowskie bertaburan menyarungi seluruh permukaan tas, aku menggeleng heran. Apakah harus serumpit ini hanya untuk Prom? Apa mungkin aku juga akan berpikir seperti Mamah kalau saja aku pergi dengan Keenan.

     Saat di perjalanan aku terus-terusan mengecek handphone dan nihil. Keenan benar-benar menghilang, dia tidak menghubungiku kemudian aku kembali membaca chat kami semalam.

     “Nanti malem Prom” Kataku.

    “Terus?” Balasnya.

    “Semua anak kelas nunggu acara itu”

    “Gak penting tahu” balasnya semakin acuh.

    “Banyak yang bilang kita bakal ngungkapain semua keinginan kita termasuk rahasia kita ketika di saat-saat terakhir, dari awal masuk SMA aku udah pengen banget dateng ke Prom Keenan... ”

    “Kamu itu kebanyakan nonton drama, semua udah berubah Nay.... Kamu gak akan suka Prom”

    “Kok jadi aku, bukannya kamu yang ngerasa gitu. Kenapa?”

    “Karena aku gak mau kamu dateng ke Prom”

    “Maksudnya kamu?” Kutanya kesal.

    “Aku bilang kamu, kamu gak akan suka Nay”

    “Udahlah terserah! Aku capek sama permainan kamu” Tulisku mengakhiri dan hanya di baca saja.

    Mobil kami berhenti di lampu merah, Mamah sejak tadi bernyanyi mengikuti alunan musik yang menyala. Wajahnya tampak senang sambil sesekali ia memejamkan mata lalu tersenyum, entahlah apa yang sedang ia pikirkan.

    “Mamah selalu semangat setiap kali dengar kata Prom, meskipun cuma nganter Adek Mamah udah degdeggan” Katanya yang secara otomatis membuatku meliriknya heran. Kemudian aku tertawa.

    “Kok bisa Mah?”

    “Mamah sebenarnya udah gak sabar mau cerita ini, akhirnya sekarang kamu udah lulus dan mulai saja ceritanya okey..” Katanya bersemangat.

    “Mamah jadian dengan Ayah.... Tau gak gimana Ayahmu nembaknya..” curhat Mamah. Aku melongo kaget lalu tertawa cekikikan sambil menepuk-nepuk pundak Mamah, ini pertama kalinya dia menceritakan kisah cintanya.

    “Dari perkenalan ya, Mamah ketemu Ayah waktu kelas dua SMA karena kita duduk sebelahan pas UTS sekolah terus kelas tiga kita deket, sumpah lama banget pdkt nya.. Mamah kira Mamah cuma di mainin karena sampe udah mau lulus Ayah gak bilang apa-apa ke Mamah ehh tahunya pas Prom, dia nyanyi pake gitar lagunya Maliq And D’Essentials yang judulnya pilihanku, sumpah Mamah salting dek!”

Ini Kisah Tentang Cinta MonyetkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang