:)

3 1 0
                                    

    Hari-hari mulai ku habiskan dengan sebuah kata kebahagian. Keluargaku setiap paginya sarapan di meja makan dengan menu-menu andalan Mamah. Mbak Nani selalu pulang tepat waktu dengan membawa beberapa cookies yang Mamah buat sendiri untuk menghilangkan jenuh, Mamah juga masih suka merangkai bunga di ruang tengah.

     Hari ini kami berbelanja bersama, dan sejak tadi Mamah terus membicarakan bunga yang akan ia rangkai untuk ruang tengah.

     Terkadang aku juga rindu dengan ruangan itu tapi entah kenapa aku masih saja merasa takut untuk mampir dan duduk di sofa berwarna pink muda disana.

     Semenjak bebarapa tahun belakang ini aku memang menghindari ruangan itu, setiap akan melintasi ruangan itu aku hanya bisa menahan nafas dan sesekali memejamkan mata, aku sadar Mamah sering sekali sedih karena aku selalu mengabaikannnya ketika dia sedang berada di ruangan itu, dia terus saja salah paham dan tidak tahu apa-apa yang kualami sebenarnya.

     Entah sampai kapan aku akan menyembunyikan ini. Aku mengindap penyakit Anthophobia, semacam phobia terhadap bunga dan yang terjadi pada tubuhku cenderung aku lebih rentan dengan aromanya.

     Gejalanya belum parah, namun belakang ini tanganku sering ikut bergetar serta keringat dingin bercucuran ketika aku mencium aroma bunga terutama mawar. Namun aku selalu berusaha melawan sakit ini, aku selalu memberanikan diri melihat bunga tersebut sehingga lama-kelamaan aku tidak terlalu buruk dengan hanya melihat bunga tetapi buruknya aku sama sekali tidak bisa mengatasi sakit ini ketika aroma mawar itu sendiri yang tercium oleh indra penciumanku.

     Aku pernah bilang kalau Asraf pernah membuat aku tak sadarkan diri ketika ia memberiku sebuket mawar di kelas dan aku juga pernah tak sadarkan diri di rumah ketika Mbak Nani tak sengaja memakai parfum aroma mawar saat bekerja.

     Aku tidak sepenuhnya menyalahkan kejadian malam itu, tetapi tetap saja hal itulah yang menjadi pemicu Anthophobia ini.

     Mamah meminta Ayah menghentikan mobilnya ketika ia melihat Vas bunga yang terpajang di pinggir jalan. Kami semua turun dan mengikuti langkahnya, Ayah mengikutinya kedalam sedangkan aku menunggu di luar. Sambil menunggu aku tak sengaja melihat pedangan Martabak langganan Kak Bayu.

    “Yah” Mendengar panggilanku ayah keluar.

    “Adek nanti pulang sama Kak Bayu aja ya”

    “Mau kemana lagi?”

    “Cuma kerumah Kak Bayu aja, gak kemana-mana terus langsung pulang” Aku memohon.

     “Yaudah jangan lama-lama”

     “Siap Bosque”

    Setelah mendapat izinnnya aku berlari ke sebrang jalan untuk membeli martabak kesukaan Kak Bayu. Sudah satu minggu ini aku tidak bertemu dengannya, jadi kupikir martabak ini cukup untuk membuat dia berpikir mengajakku jalan-jalan.

    Setelah menunggu beberapa menit aku langsung memesan Go Car dan menuju rumahnya. Aku sengaja tidak menghubunginya agar dia tidak perlu menyiapkan apapun dirumah, kalau sudah begitu mau tidak mau dia pasti mengajak aku makan diluar. Haduh sunggung kreatif memang otakku ini.

    “Kak” Teriakku. Ternyata Mbak Rus yang membukakan pintu.

    “Kak Bayu tidur ya Mbak?”.

     Mbak Rus mengiyakan lalu membawa matabak yang kubawa untuk dipindahkan ke piring.
Aku menyelinap masuk ke kamarnya, benar saja dia masih tidur pulas sedang buku-buku berserakan di meja, tumben sekali mejanya berantakan begitu aku yakin dia sedang benar-benar pusing.

     “Kak Bangun..” Aku manarik selimutnya dan terus mengganggunya.
Kak Bayu tidak memperdulikan aku, dia palah mengubah posisi tidurnya.

Ini Kisah Tentang Cinta MonyetkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang