Setelah selesai olahraga, Almeera dan Salsa bergegas kembali kekelas. Kini mereka sudah memakai seragam yang biasa di gunakan pada hari selasa.
Almeera mengambil hape yang dia simpan dalam tas. Segera dia membuka pesan yang nampak di layar utama.
My Bestie
Ntar malem gue tunggu di cafe biasa, ya.
Jam 7 malem
Ntar gue pesenin gojekEmang ada apa?
Kenapa nggak sekalian sama lo?Gue nggak bisa bareng sama lo.
Kita ketemu di sana aja.
Ada yang mau gue kasih tunjuk sama lo.👌
"Ceile...bau-bau ada yang mau kencan, nih?" Goda Salsa setelah berhasil mengintip pesan yang di ketik oleh sahabatnya.
"Apaan deh," Almeera mencoba tetap tenang. Namun dia tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang sudah merona.
"Jangan-jangan Albi bakalan nembak lo, Al."
Satu kalimat yang keluar dari mulut Salsa sontak membuat tubuh sahabatnya menegang. Pikirannya menerawang jika hal tersebut benar-benar terjadi.
"Ntar kalau Albi beneran nembak gue, gue mesti gimana?" Tanyanya dalam hati.
"Al, malam ini lo harus dandan cantik, biar Albi tambah terpesona sama lo. Oke."
Almeera mengangguk ragu. Sejujurnya gadis itu masih bingung, "apa benar Albi bakal nembak gue? Apa mungkin penantiannya selama ini nggak sia-sia? Tapi kalau memang benar, kenapa nggak ke cafe barengan, bukannya itu lebih mudah? Atau dia masih mempersiapkan kejutan buat gue?" Almeera masih tenggelam dalam pikirannya. Pertanyaan itu tidak akan mendapat jawaban kecuali Almeera datang ke cafe ntar malam.
🌻🌻
Almeera duduk di bangku halte depan sekolah. Pikirannya masih dipenuhi pertanyaan yang sama seperti 7 jam yang lalu.
Almeera membuka Twitter, kemudian menulis sesuatu di sana.
Langit sore ini terlihat mendung. Namun hal tersebut tak menggangu Almeera sama sekali. Entah, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Tapi dia tidak tau itu apa.
Sebuah bus berhenti tepat di depan Almeera. Dengan langkah malas, gadis itu masuk dalam bus. Kemudian memilih bangku panjang yang berada di bagian belakang. Matanya terus menatap keluar jendela. Hembusan angin membuat rambutnya sedikit berantakan.
20 menit berlalu. Almeera sampai di halte yang ada di depan komplek rumahnya. Gadis itu berjalan santai. Beberapa kali dia menendang batu-batu kecil yang ada di aspal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny || Haechan
Teen Fiction"Pertama bertemu, gue pikir itu hanya kebetulan." "Kedua kali ketemu, gue masih nggak percaya kalau itu takdir." "Sampai saat kita bertemu untuk yang ke tiga kalinya. Gue baru percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan kita untuk bersama."