Bel pulang sudah berdering dari sepuluh menit yang lalu. Bahkan banyak dari siswa siswi yang sudaj meninggalkan area sekolah. Namun tidak dengan Alvaro. laki-laki itu masih duduk santai di bangku depan kelasnya.
"Al, ngapain masih di sini? Mau jadi penjaga sekolah lo?" Tanya Bima yang sudah menenteng tasnya.
"Lagi nungguin some one," jawab Alvaro jujur.
"Siapa? Lukas atau Fais? Gue lihat mereka udah balik deh."
"Lah. Ngapain coba gue nungguin mereka. Kurang kerjaab banget."
"Terus nunggu siapa?"
"Kepo lo, Bim. Dah balik sana, dicariin Bu susi ntar." Bu Susi adalah ibu dari Bima sekaligus guru BK mereka.
"Iya deh iya, gue balik duluan. Bye." pamit Bima sedikit ngegas.
"Tiati lo, awas ada banci kaleng yag kemaren ngejar lo," ujar Alvaro di akhiri kekehan.
"Anjir, bangkek lo, Al."
Alvaro terkekeh mendengar penuturan Bima, membuat Bima lawan bicaranya secara spontan mengabsen seluruh penghuni kebun binatang.
"Nggak boleh marah, ntar cepet tua." Teriak Alvaro masih dengan kekehan.
"Bodo...bodo..."
Kini Bima sudah tak lagi terlihat sedangkan Alvaro celingukan mencari seseorang yang sebenarnya dari tadi tengah ditunggunya.
Senyum Alvaro terbit begitu saja saat melihat sosok gadis dengan rambut terurai keluar dari ruang kelas yang berada tak jauh dari kelasnya. Buru-buru Alvaro berlari menghampiri gadis itu. Saat sampai tak jauh dari tempat gadis itu berdiri, Alvaro berhenti sejenak kemudian mengatur nafasnya.
"Ok, tenang, Al. Lo nggak boleh nervous, santai santai," ujarnya pada dirinya sendiri.
Alvaro kembali berjalan santai menghampiri Almeera yang tengah berjalan santai bersama Salsa.
"Hai, Al," sapa Alvaro ramah. Almeera yang tadinya berjalan, kini langkahnya terhenti dan menoleh ke belakang. Mata Almeera sedikit membulat saat mendapati jika laki-laki yang menyapanya tak lain adalah Alvaro.
"Hai, kak," jawab Almeera sedikit ragu.
"Baru pulang?"
"Iya, kak. Kakak sendiri kok belum pulang?"
"Iya, tadi nungguin Lukas eh malah gue nya di tinggalin," bohong Alvaro.
"Lah kok gitu?"
"Iya, dia emang suka gitu. Nyuruh nungguin, tapi malah gue yang di tinggalin. Btw, lo balik sendiri?"
"Ini gue mau balik sama___"
"Eh Al, sori, gue nggak bisa balik sama lo. Gue baru inget kalau ada janji sama temen les gue,"bohong Salsa.
"Lah kok gitu, Sal?"
"Sory,Al, gue baru inget soalnya." Salsa buru-buru meninggalkan Aalmeera bersama Alvaro. Dia sangat tahu kalau sebenernya Alvaro sengaja menunggu Almeera hanya untuk bisa pulang bareng.
"Tapi, Sal..."
"Udah lo balik sama kak Al aja," teriak Salsa sambil berlarian kecil.
"Aduh, masak gue harus balik sama kak Alvaro lagi. Nggak enak gue," ucap Almeera dalam hati.
"Al, balik sama gue aja gimana?"
"Nggak, kak. Gue naik bus aja."
"Nggak papa, sekalian sama gue mau ke toko kue deket rumah lo."
Almeera coba mengingat-ingat toko kue yang ada di dekat rumahnya.
"Gimana, Al?"
Almeera masih saja diam mempertimbangkan ajakan Alvaro.
"Hai, Al, kok malah bengong. Gimana? Mau?"
"Oke deh, kak. Tapi nggak ngerepotin kan?"
"Enggak lah. Ngerepotin kenapa coba. Dah ayuk ke tempat parkir, keburu sore ntar."
"Iya, kak."
Kini Alvaro dan Almeera tengah berjalan bedampingan menuju tempat parkir. Tanpa Almeera tahu jika saat ini Alvaro tengah sangat bahagia. Rasanya jantung Alvaro mau lepas hanya karena berjalan beriringan dengan Almeera saja.
🌻🌻
Alvaro tengah membonceng Almeera dengan santai. Sengaja sebenarnya agar bisa berlama-lama bersama Almeera. Namun tepat di tikunngan dekat Alfamart, Alvaro melihat Ajun tengah menuntun si coopy. Nampak jika Ajun sangat kelelahan. Tanpa pikir panjang, Alvaro langsung menghampiri Ajun. Dia lupa jika saat ini dia tengah bersama Almeera.
"Jun, motor lo kenapa?" Tanya Alvaro masih duduk di atas motor. Ajun seketika menoleh ke sumber suara. Dia mendapati sang kakak yang tengah berboncengan dengan Almeera.
"Bensin si coopy abis."
"Ya udah lo tunggu disini dulu. Gue beliin bentar." Alvaro bergegas pergi untuk membeli bensin.
Sepuluh menit berlalu. Alvaro kembali dengan sebotol bensin yang di bawa oleh Almeera. Nampak jelas jika Almeera sangat bingung dengan keadaan ini.
"Nih," Almeera memberikan botol berisi bensin pada Ajun dan langsung di terima oleh laki-laki berjaket hitam itu.
"Al, pasti lo bingung kan sama situasi ini?" Tanya Alvaro melihat raut wajah Almeera. "Jadi, gue sama Ajun ini saudara kandung. Dia adik kandung gue. Satu ayah satu ibu."
Mata Almeera membulat seketika mendengar penjelasan dari Alvaro. Antara percaya dan tidak. Bagaimana bisa dia baru tahu masalah ini sekarang. Padahal selama ini jelas-jelas nama belakang mereka sama. "Ah dasar, Almeera bodoh!" Kesal Almeera dalam hati.
"Kalian serius?"
Ajun dan Alvaro mengangguk bersamaan, mempertegas jika apa yang di katakan oleh Alvaro benar adanya.
"Tapi lo jangan ember. Ntar lo bilang ke semua orang. Fans abang gue pada beralih ke gue ntar."
"Idih, mana ada. Fans lo ama Fans gue tuh masih banyakan fans gue. Mana mereka cantik-cantik lagi, " Ujar Alvaro penuh kesombongan.
"Idih, ngehalu lagi kan. Inget noh, ada hati yang harus lo jaga, " Ucap Ajun sambil mengedipkan matanya.
Alvaro lupa jika saat ini dia tengah bersama Almeera, bisa-bisanya ngebahas cewek cantik. Bisa ancur nih reputasi Alvaro.
"Udah, ah. Balik duluan gue, mau nganter Almeera sekalian beliin kue buat bunda. Ntar kalau bunda nanyain, bilang masih nganter calon mantu."
Tiba-tiba kedua pipi Almeera bersemu saat mendengar penuturan Alvaro. "Astagfirllah, kak varo bisa aja ngomongnya. Bikin jantung kagak aman aja."
"Ah bisa aja lo, Bambang, " imbuh Ajun sambil menempeleng kepala sang kakak.
"Tuh kan, nggak sopan sama abangnya."
Ajun hanya nyengir, kemudian meninggalkan sang abang bersama gebetannya lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny || Haechan
Teen Fiction"Pertama bertemu, gue pikir itu hanya kebetulan." "Kedua kali ketemu, gue masih nggak percaya kalau itu takdir." "Sampai saat kita bertemu untuk yang ke tiga kalinya. Gue baru percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan kita untuk bersama."