Almeera tengah duduk di ayunan yang ada di pekarangan rumahnya, berbeda dengan Alvaro yang kini duduk lesehan beralaskan rumput hias yang berada tak jauh dari tempat Almeera.
"Jadi kakak abang nya Ajun?" Tanya Almeera setelah beberapa saat diam.
"Iya, si Ajun asli adik gue," Jawab Alvaro sambil memasukkan roma kelapa ke dalam mulutnya.
"Terus kenapa nggak pernah saling nyapa?"
"Dia tuh takut kalau para cewek-cewek makin bingung mau ngefans gue atau dia."
Almeera terkekeh mendengar penuturan Alvaro, menurutnya alasan Ajun itu gaje banget alias gag jelas.
"Kok ketawa?"
"Kalian berdua tuh nggak jelas banget tau. Masak iya hanya karena alasan cewek-cewek, kalian nggak saling tegur sapa."
"Kadang gue juga mikir gitu. Tapi mau gimana lagi, ntar nggak diikutin di katain abang durhaka."
"Mana ada kek gitu. Yang ada adik lo yang durhaka sama lo."
"Tau ah, ribet kalau urusan sama Ajun."
Almeera mengangguk, kemudian diam menikmati semilir angin dan indahnya cahaya orange yang di suguhkan oleh senja. Alvaro diam-diam memandangi wajah cantik Almeera yang tengah memejamkan matanya. Anak rambut yang berantakan karena hembusan angin, menambah kesan cantik dari gadis itu.
"Lo kalau ketawa tambah cantik deh, Al."
Kini Almeera membuka matanya menatap laki-laki yang entah sadar atau tidak membuat jantung Almeera berdebar lebih kencang.
"Apa kak?"
"Lo cantik kalau ketawa. Lo harus sering ketawa ya, Al."
Belum sampai gadis yang duduk di ayunan itu mengiyakan, Nathan sang kakak meminta dua remaja itu segera masuk untuk sholat magrib.
"Dek, masuk gih. Udah magrib, tuh temennya di ajak sekalian," Pinta Nathan yang berdiri di depan pintu rumah.
"Iya, kak," Jawab Almeera patuh. "Masuk yuk, kak. Sholat magrib dulu."
"Oke."
Almeera bangkit dari duduknya, berjalan lebih dulu di susul Alvaro di belakangnya.
"Dek," panggil Nanta yang baru saja keluar dari kamar.
"Iya, kak."
"Nih, ntar biar di pakek temen kamu, " Nanta memberikan sebuah sarung yang masih terlipat rapi.
"Oke, kak. Makasih."
"Iya. Ya udah, kakak tunggu di mushola. Buruan."
"Siap kakak ku yang baik," Nanta bergegas pergi menuju mushola. Di sana sudah ada sang Bunda yang terlihat sabar menunggu mereka. Sedangkan Almeera, dengan sabar nya menunjukkan letak kamar mandi, menunggu Alvaro wudhu kemudian membawa lelaki itu ke mushola.
"sini, kak," Tunjuk Almeera kemudian mempersilahkan Alvaro masuk lebih dulu.
"Udah dek?" Tanya Nanta memastikan.
Almeera mengangguk sambil memakai mukena.
Nanta yang bertugas sebagai imam, segera memulai sholat magrib. Dengan suara beratnya, di kumandangkan nama Allah dengan indahnya. Suasana khusuk sangat terasa. Hingga tiga roka'at berlalu begitu saja. Berlanjut pada tahlil dengan suasana yang masih sama.
Lima belas menit berlalu. Sang bunda sudah keluar lebih dulu. Berbeda dengan tiga manusia yang masih bertahan di sana. Mereka terlihat sangat sungguh-sungguh dalam berdo'a. Hingga akhirnya, Almeera selesai dengan do'anya, kemudian melepas dan melipat mukenanya. Dia melihat ke arah Alvaro yang terlihat masih berdo'a hingga memutuskan untuk meninggalkan lebih dulu.
"Dek, sini bantu bunda," panggil sang bunda dengan membawa sepiring lauk di tangannya.
"Iya bun," Almeera bergegas menuju dapur menyusul sang bunda yang kini sudah kembali ke dapur.
"Nanti temen adek di ajak makan sekalian, ya. Bunda udah masak banyak ini."
"Iya, bun," Almeera mengambil semangkok sop ayam membawanya ke meja makan.
"Al," panggil Alvaro yang baru sajakeluar dari mushola.
Almeera yang baru saja meletakkan sop di atas meja, seketika menoleh ke arah suara. "Ya, kak."
"Gue balik sekarang, ya. Udah malem."
Belum sempat Almeera menjawab, sang bunda sudah lebih dulu menyahuti. "Makan dulu, nak.
Alvaro terlihat sedikit terkejut saat bunda Almeera menyahut.
"Makan dulu, nanti baru pulang. Kalau nggak makan, tante nggak ijinin Almeera temenan sama kamu," Ancam bunda Bunga dengan wajah sok-sokan marah.
"Tapi udah malam, tan."
"Nggak ada tapi-tapian. Udah sini, nggak usah malu-malu. Itu Kak, ajak temen adek sekalian," pinta bunda mawar pada Nanta yang baru saja keluar dari mushola. Tanpa babibu, Nanta mendorong tubuh Alvaro mendekat pada meja makan kemudian memintanya untuk duduk di sebelahnya. Dan akhirnya Alvaro hanya bisa pasrah.
Di tengah acara makan, tiba-tiba sang bunda membuka pembicaraan.
"Dek, lusa bunda sama kakak mau ke Madiun acara seribu hari kakek. Adek mau ikut apa di rumah?"
Almeera yang tadinya menikmati makannya tiba-tiba menghentikan aktivitasnya. Gadis itu terlihat berfikir sejenak sebelum menjawab.
"Adek ikut deh, bun. Adek takut di rumah sendiri,"Jawab Almeera yakin.
"Nah, biasanya kan sama Albi?"
"Mereka lagi__"
Dug
Satu tendangan tepat mengenai betis Nanta saat mencoba menjawab pertanyaan sang bunda.
"Aduh! sakit, dek," pekik Nanta kesakitan membuat semua yang tengah berada di meja makan menghentikan makannya.
"Maaf, kak. Nggak sengaja." Bohong Almeera.
"Hmmm."
"Kak, nanti kakak tanya Albi mau ikut enggak. Soalnya kemaren sempet tanya kapan ke Madiun lagi. Lagian bisa kakak ajakin gantian nyupir."
"Aaahhhh, nggak usah bun." Sela Almeera.
"Loh kenapa, dek?"
"Itu...itu, anu Albi nya lagi sibuk banget," Bohong Almeera. "Gimana kalau kak Alvaro aja? Kak Varo mau kan ikut ke Madiun?" tanya Almeera hingga membuat Alvaro tersedak.
"Hah?!"
"Iya, ikut ke Madiun. Sama kak Nanta, sama bunda."
"Eh, i..iya, mau."
"Beneran kamu, nak?"
"Iya, Tan.... "
"Ya udah kalau gitu. Lusa nak Al nginep di sini aja, soalnya kita berangkat agak pagi menghindari macet."
"Iya, Tan.
Setelah acara makan malam dan pembahasan tentang keberangkatan ke Madiun, Alvaro ijin pulang. Lagian sudah lumayan larut, tidak enak jika pulang lebih malam lagi.
"Kak, sorry ya, gara-gara gue kakak harus ikut ke Madiun." ujar Almeera tulus.
"Alah, sans aja kali, Al. Gue seneng kok. Lagian nih, ya, gue juga pengen maen-maen ke sana."
"Serius nggak pa-pa? "
"Serius Almeera cantik," jawab Alvaro sambil mengacak rambut Almeera. Sedangkan yang di perlakukan seperti itu hanya bisa diam. "ya udah, kalau gitu gue balik dulu. Udah malem," Lanjut Alvaro sambil memakai jaket denim kesayangannya.
"Iya, kak. Hati-hati di jalan ya kak. Ntar kalau udah samapai rumah, kasih kabar."
"Siap! Laksanakan."
Almeera terkekeh melihat tingkah lucu Alvaro yang sudah duduk di atas motor beat nya.
Setelah mengamati sekejap wajah Almeera yang di hiasi sebuah senyuman manis, Alvaro segera menarik gas motor nya. "thanks Al, senyum lo gue buat bekel tidur malam ini, ya." Melihat Alvaro yang sudah tak lagi nampak, gadis berkuncir kuda itu segera masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny || Haechan
Teen Fiction"Pertama bertemu, gue pikir itu hanya kebetulan." "Kedua kali ketemu, gue masih nggak percaya kalau itu takdir." "Sampai saat kita bertemu untuk yang ke tiga kalinya. Gue baru percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan kita untuk bersama."