Ajun tengah asik bermain game online di hape sambil rebahan khas anak jaman sekarang. Namun fokusnya terganggu saat sebuah ketukan terdengar dari luar pintu kamarnya.
"Adik, abang boleh masuk, nggak?"
"Nggak!"
Walau sudah mendapat jawaban "Enggak" Alvaro tetap saja membuka pintu. Menampilkan sosok manusia dengan tubuh yang sepenuhnya terbalut selimut hanya menyisakan bagian wajah. Membuat sang pemilik kamar menyorot dengan tatapan kesal.
Laki-laki itu berjalan mendekati kasur, detik berikutnya melempar tubuhnya ke atas benda empuk itu. Ajun yang terganggu, melayangkan tatapan sinis lagi pada sang pelaku. Namun bukannya takut, laki-laki itu malah mendusel sang adik hingga detik berikutnya suara teriakan bisa di dengar jelas sampai lantai dasar.
"Anjir, lo ngapain sih, bang. Jauh-jauh lo dari gue!" kesal Ajun.
"Ogah! Gue masih mau nyium lo. Sini-sini adik kesayangan abang."
"Bunda, abang nih," teriak Ajun kesal.
"Abang, adik diapain, sih, ampek teriak-teriak gitu? Malu di denger tetangga."
"Nggak diapa-apain kok, Bun. Adik aja yang lebay," Teriak Alvaro.
Setelah satu kecupan berhasil mendarat di pipi Ajun, Alvaro cepet-cepat berguling menjauh. Namun sayang, sebuah guling berhasil mendarat tepat mengenai wajahnya.
"Nggak sopan banget lo, dik?"
Bukannya menjawab. Ajun malah menendang bokong Alvaro hingga cowok itu terjatuh dari kasur.
"Anjir, dasar anak setan!"
"Bunda! Abang ngatain Bunda setan." Adu Ajun pada sang Bunda.
"Abang, nggak usah ngajari adik yang aneh-aneh."
"Anjir! ngadi-ngadi, lo. Enggak, Bun. Adik bohong."
Untung sang Bunda sedang asik nonton drama korea kesukaannya. Coba saja kalau nggak, pasti Bunda bakalan datang sambil membawa kemoceng senjata andalannya. Dan berakhir dengan memukuli bokong Alvaro.
Alvaro berdiri sambil memijat bokongnya yang terasa nyeri. Mencoba memerikasa, kali aja bokongnya makin tepos karena jatuh barusan. Dirasa bokongnya baik-baik saja, Alvaro kembali duduk di kasur. Sedangkan Ajun sudah kembali bermain game onlinenya.
"Dik,"
"Apa?!" Jawab Ajun ketus.
"Mau uang jajan tambahan nggak?" Seketika Ajun menjatuhkan benda pipih yang ada di genggamannya, menatap abang yang sudah nyengir karena tau iming-iming uang jajan akan selalu berhasil membuat sang adik tergiur.
"50%?" Ucap Ajun sambil mengangkat sebelah alisnya.
"30% gimana?" Tawar Alvaro.
"45% dah mentog. Gimana?"
"40% deh, dek. Ntar kalau 45% abang cuma bisa makan mendoan dong." Bujuk Alvaro sambil menampilkan wajah melasnya. Ajun selalu lemah jika melihat wajah sang kakak yang seperti itu. Hingga akhirnya mau tak mau, dia menyetujui tawaran itu.
"Oke. Emang lo nyuruh gue ngapain?"
"Jadi seorang informan."
"Informan?" Ajun mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Iya. Jadi di kelas lo ada cewek yang namanaya Almeera, kan?"
"Si Berisik?"
"Kok si berisik?"
"Iya. Almeera alias si berisik. Cewek yang nggak bisa diam. Ada aja tingkahnya."
Alvaro mengangguk beberapa kali mendengar penjelasan Ajun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny || Haechan
Teen Fiction"Pertama bertemu, gue pikir itu hanya kebetulan." "Kedua kali ketemu, gue masih nggak percaya kalau itu takdir." "Sampai saat kita bertemu untuk yang ke tiga kalinya. Gue baru percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan kita untuk bersama."