7. Lo berhak bahagia

45 13 38
                                    

Albi kembali ke kelas dengan wajah lesu. Nanda dan Wiliam yang menyadari itu, mulai bertanya-tanya. Apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Pasalnya, saat bilang ingin menemui Almeera, laki-laki itu masih baik-baik saja. Namun sekarang, wajahnya sudah sama dengan kanebo yang lama tidak di pakek.

"Lo kenapa, Al?" Tanya Nanda saat Albi duduk di sebelahnya.

Albi masih diam. Dia masih tidak percaya jika Almeera, sahabatnya dari kecil meminta dia untuk tidak mengganggunya lagi. Secara tidak langsung, Almeera telah meminta dirinya untuk menjauhinya.

"Woe, Al. Kerasukan lo?" kali ini Wiliam menyadarkan Albi dari lamunannya.

"BACOT, LO!"

"Ih ngegas dia. Kalem al, kalem. Ada masalah idup apa lo? Sini, sini cerita. Sapa tau bisa gue ketawain," ucap Wiliam yang langsung dapat tatapan tajam dari Albi.

"Diem lo, nyet!" pinta Nanda saat melihat wajah serius Albi.

"Iye deh iye. Hmmm"

"Kenapa lo, Al?" Tanya Nanda serius.

"Almeera marah sama gue, Nan."

"Kenapa?" Tanya Wiliam penasaran.

"Jadi," Albi menjeda kalimatnya, kemudian menarik nafas dalam sebelum melanjutkan ceritanya. " Jadi__ dia tau kalau gue ada hubungan sama Zea." Penuturan Albi membuat dua sahabatnya berteriak tak percaya. Pasalnya, sahabatnya ini tak pernah sekalipun bercerita tentang kisah asmaranya. Mana tau-tau jadian. Terus sama Zea, cewek yang terkenal bar-bar dan suka cari masalah.

"Lo sama Zea jadian?! Lo nggak lagi ngelawak kan, Al?" Tanya Wiliam memastikan.

"Ngelawak, ndasmu! Gue serius, njir!"

"Astaga." Nanda mengusap kasar wajahnya. Kali ini dia benar-benar frustasi. Bagaimana bisa Albi jadian sama cewek macam Zea. Apa dia tidak tau sifat cewek itu. Atau pura-pura tak tau.

"Kenapa sih? Ada yang salah?"

"Ya jelas salah, lah, bos. Lo tau sendiri kan, kek gimana Zea. Di tuh bar-bar banget, suka cari masalah. Dan satu lagi, dia tuh cowoknya dimana-mana. Lo udah siap sakit hati?" Jelas Wiliam.

"Dia nggak kek gitu. Setelah gue jalan sama dia sebulan ini. Dia nggak kek gitu."

"Sebulan?!" Teriak Nanda dan Wiliam bersamaan lagi.

"Fix. Nih bocah kenak mantra jaran goyang deh, Nan. Bawa dia ke tempat uztad Danu deh."

"Bacot, lo njing."

"Lo kenapa nggak cerita sama kita-kita kalau jadian sama Zea? Bukannya kenapa, gue cuma nggak mau lo sakit hati karena cewek kek Zea." Kali ini Nanda berkata serius.

"Dia minta gue nggak ngomong sama siapa-siapa dulu."

Wiliam dan Nanda saling menatap, kemudian Wiliam mengangkat bahunya, sudah tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran Albi.

"Oke. Terus ada masalah apa sama Almeera?" Tanya Nanda lagi.

"Masak iya, dia minta gue jauhin dia. Gila nggak sih tuh anak?"

"Nggak, lah. Gue kalau jadi Almeera pasti juga bakal kek gitu. Gue sih ogah terus bertahan di titik yang hanya bikin sakit."

"Maksud lo?"

"Elah, Al. Semua orang juga tau kali, kalau Almeera tuh suka sama lo. Lo aja yang nggak peka. Kadang gue mikir, lo emang nggak tau, apa pura-pura nggak tau, sih?" Lagi Sahut Wiliam membut Albi semakin merasa bersalah.

"Nah, Wiliam yang jomblo aja tau." Ucap Nanda sambil menepuk bahu Wiliam.

"Elah, lo juga jomblo kali."

My Destiny || Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang