Di kantin yang sudah ramai, Ajun tengah duduk di temani segelas es teh manis tak lupa dua potong mendoan kesukaannya. Tepat di hadapannya, nampak Almeera dan Salsa tengah menikmati bakso.
"Lo nggak makan, Jun?" Tanya Salsa pada Ajun yang tengah asik dengan ponsel miringnya.
"Kagak," jawabnya singkat.
"Mau bakso, gue traktir dah?" Tawar Almeera.
"No thanks, ini aja dah kenyang gue."
"Tiap hari makan mendoan. Ntar tambah kurus, kagak laku, mampus lo," imbuh Salsa sambil mengibas-ibaskan tangannya karena kepedesan. Melihat es teh Ajun yang masih setengah, tanpa babibu Salsa menyambar dan meneguknya menyisakan beberapa butiran es batu di sana.
"Lah, njir, itu es gue. Maen samber aja." Kesel Ajun.
"Sorry, sorry. Ini pedes banget, lo coba deh," Salsa menusuk satu buah daging berbentuk bulat itu, kemudian mendekatkan pada mulut Ajun. Dan tanpa komando, mulut cowok tampan itu terbuka dengan sendirinya.
"Njir, lo kasih sambel berapa sendok? Pedes banget? Kalau mau mati langsung aja minum baigon, kagak usah kek gini, tolol." Protes Ajun sambil kebingungan mencari minum.
"Lo aja yang nggak tau, Salsa kan raja makan pedes." Sahut Almeera yang dari tadi diem-diem baek.
"Lain kali ogah gue makan makanan lo. Bisa mati muda gue. Pacar aja belum punya, masak udah pulang ke Rahmatullah."
Salsa terkekeh mendengar penuturan Ajun barusan. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa makan sambel dapat menyebabkan kematian. Ntar pas kerabat nanya, meninggalnya kenapa, di jawab karena kebanyakan makan sambel. Bukannya pada berduka, yang ada pada bengek.
"Kenapa lo ketawa sendiri? Kesambet lo?" Selidik Ajun.
"Kagak. Cuma denger ocehan lo bikin gue bengek. Emang mati semudah itu, ya?" Salsa kembali terkekeh.
Ajun beranjak dari duduknya, memperlihatkan wajah kesalnya. "Gue balik dulu deh, capek ngomong sama biji cabe."
Ajun pergi meninggalkan Almeera dan Salsa yang masih saja sibuk dengan bakso.
"Tu bocah lucu banget, sih. Jadi pengen karungin deh," ucap Salsa terang-terangan.
Almeera yang mendengar penuturan Salsa pun kaget sampai terbatuk-batuk.
"Jangan bilang lo suka sama Ajun, Sal?"
"Wah, ngadi-ngadi lo, Al. Gue masih normal kali, masak iya gue suka sama kulkas."
"Btw, si Ajun nggak terlalu kulkas banget sih kalau sama kita. Dia masih suka ngajakin kita ngobrol."
"Iya, sih. Lo bener."
"Gue udah, Sal. Lo udah belum?"
"Udah juga."
"Balik ke kelas aja kali kalau gitu."
Almeera dan Salsa balik ke kelas. Namun di tengah jalan, Almeera mendapati Ajun tengah berbincang dengan Alvaro.
"Bentar deh, Sal. Itu Ajun bukan, sih?" Tunjuk Almeera pada dua laki-laki yang tengeh berbincang di depan lab Biologi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny || Haechan
Teen Fiction"Pertama bertemu, gue pikir itu hanya kebetulan." "Kedua kali ketemu, gue masih nggak percaya kalau itu takdir." "Sampai saat kita bertemu untuk yang ke tiga kalinya. Gue baru percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan kita untuk bersama."