Almeera berlari menghampiri Albi yang sudah berada di tempat parkir bersama Nanda dan Wiliam. Rencananya dia mau nebeng sampai rumah. Ya selain emang mereka tetangga, itung-itung juga hemat ongkos. Emang sih, sekarang masih tanggal muda. Tapi karena Almeera berniat membeli album baru anak bujang kasep Nct 127, makanya dia harus lebih hemat.
"Apa sih, Al. Teriak-teriak mulu deh. Lo nggak bisa slow apa?" Kesal Albi melihat tingkah Almeera yang suka sekali lari-lari kek bocah.
"Boleh nebeng nggak?" Tanyanya sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya lucu. Cukup lama berpikir, dengan sangat terpaksa Albi harus bilang tidak pada gadis yang sudah penuh harap itu.
"Sorry, Al. Gue nggak bisa kasih tebengan. Gue ada janji sama someone." Ucap Albi jujur.
"Oh, gitu. Ya udah kalau gitu, nggak papa. Gue balik naik bus aja." Almeera berjalan meninggalkan Albi yang nampak bersalah. Sebelumnya, laki-laki itu tidak pernah membiarkan Almeera pulang sekolah sendirian. Karena yang dia tau, Almeera itu sangat ceroboh. Sering ketiduran di halte pas nunggu bus. Kalau saja tuh anak dandannya nggak lama, Albi pasti mau tiap hari berangkat ke sekolah bareng.
Almeera sudah duduk di halte yang ada di depan sekolah. Suasana sekolah sudah sepi, hanya nampak beberapa siswa yang tengah bermain basket.
Almeera celingukan berharap ada satu bus yang bisa mengantarnya pulang. Tapi 15 menit berlalu, tak satupun bus yang datang.
"Anjir, kok nggak ada bus lewat sih?"
Almeera menatap jam yang ada di layar hape yang sudah menunjukkan jam setengah lima, "Mana udah sore lagi."
"Apa gue telpon Salsa aja, ya? Minta anterin balik?"
Detik berikutnya sebuah motor beat putih berhenti di hadapannya. Membuatnya teringat pada kejadian tadi pagi. Motor ini nggak asing, deh.
Sang pemilik motor membuka kaca helm yang menutupi wajahnya. Lah diakan Alvaro, cowok yang bikin geger kantin tadi siang.
"Belum balik lo?" Tanya laki-laki itu.
"Belum. Masih nunggu bus."
"Bareng gue aja. Jam segini bus jarang lewat."
Demi apa, cowok sekelas Alvaro nawarin gue pulang bareng?
Alvaro mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka Almeera. Membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.
"Woe! Lo oke?"
"Eh, i_iya. Gue oke." Jawab Almeera gelagapan.
"Jadi gimana, mau balik bareng?"
"Nggak ngerepotin?"
"Enggak. Udah buruan naik."
Almeera segera duduk di jok belakang. Dalam batinnya dia bersyukur banget dapat tumpangan gratis. Bisa buat tambah beli albumnya anak NCT hehehe.
Selama di perjalanan keduanya hanya diam. Almera sudah memikirkan memiliki Album baru nct, dan bisa segera melihat foto-foto ganteng pacar halunya. Sedangkan Alvaro tengah bingung kemana dia harus mengantar gadis yang duduk di belakangnya ini. Jujur Alvaro sedikit takut saat beberapa kali mendengar Almeera cekikikan sendiri. Pas di lihat dari spion, gadis itu tengah senyum-senyum. Seketika bulu kuduk Alvaro berdiri. "Horor banget gadis ini. Jangan-jangan lupa mimik obat?" Ucapnya dalam hati.
"Sorry, Alamat lo?" Tanya Alvaro takut-takut.
"Perum Permata Indah nomer 61."
Kini mereka sampai pada alamat yang di sebutkan oleh Almeera. Di depan sebuah rumah berlantai dua. Dengan sebuah taman kecil di sebelah rumahnya. Alvaro tepat menghentikan motor beat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny || Haechan
Teen Fiction"Pertama bertemu, gue pikir itu hanya kebetulan." "Kedua kali ketemu, gue masih nggak percaya kalau itu takdir." "Sampai saat kita bertemu untuk yang ke tiga kalinya. Gue baru percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan kita untuk bersama."