22-HUJAN

2.6K 506 29
                                    

Don't copast
Don't siders
Voment juseyo













UJIAN kelas 12 sudah selesai kini gantian ujian kenaikan kelas untuk kelas 11 dan 10. Ujian yang kata Eric kompetisinya sedang panas-panasnya.

Sebagai teman sekaligus orang yang tau persis bagaimana Eric, pikir Sunwoo bukan karena ujian ini yang membuat Eric jadi lebih pendiam dari biasanya.

Eric itu bukan manusia ambis apalagi sok-sokan berangkat lebih awal bahkan skip istirahat demi belajar. Bukan Eric banget kalau kata Sunwoo. Dan setelah berhari-hari ada satu hal yang baru Sunwoo sadari.

"Kunaon sia?"

"Orang Jawa pamali ngomong bahasa Sunda." kata Eric mengingatkan Sunwoo bahwa cowok itu jawa tulen yang merantau sekeluarga ke Bandung. Padahal Eric sendiri tidak tau pamali itu benar atau tidak.

"Ck, rasis!"
"Lo kenapa?"

"Gue? Makan sambil belajar lah pakai nanya."

"Gak usah sok bodoh," Sunwoo menarik buku yang sedang dibaca Eric. Ingin rasanya mengamuk tapi Eric tidak mau membuat keributan di kantin siang ini. "akhir-akhir ini lo jadi diem, ambis belajar-"

"Musim ujian wajar lah gue ambis, semua orang juga pasti ambis." potong Eric.

"Terus wajar berangkat jam 6 padahal ujian jam 10?"
"Gue juga masih punya mata bisa lihat lo akhir-akhir ini kek lagi menghindar dari Jeno."
"Jadi jarang liat lo berangkat atau pulang bareng dia."

"Harus gitu gue bareng dia terus?!"

"Nah ini nih!" Sunwoo memukul meja heboh. "ada apa lo sama Jeno? Gue nyebut namanya aja lo sewot."

"Kepo" jawab Eric datar.

Sunwoo merangkul Eric, memoles dahi temannya itu gemas sampai Eric mengaduh.

"Kita temenan udah lama dan lo baru tau gue orangnya kepoan? cepet spill!"

"Jeno mau kuliah ke Kanada." Eric mendengus, mendorong Sunwoo menjauh darinya.

"Oh... keren dong sampai keluar negeri. Terus ngapain ngambek, gak bangga Jeno bisa kuliah ke sana?"

"Lo gak akan ngerti, Ga. Lo 'kan anak tunggal."

"Sembarangan! Gue punya Mbak, udah dipanggil 'Om Ganteng' juga." kesal Sunwoo. Padahal dulu Sunwoo pernah cerita tentang mbaknya waktu lahiran. Walaupun Eric memang belum pernah bertemu dengan mbaknya secara langsung.

"Pokoknya lo gak akan ngerti jadi gue."

"Nih, ya..."

Eric mengambil buku lalu menutup mukanya dengan itu seolah sedang membaca. Malas mendengarkan Sunwoo mode ceramah saat ini.

"Dengerin asu!"
"Lo kan udah tau dia mau ke Kanada, udah tau kapan dia berangkat. Kalo bahasa alaynya lo gak rela dia pergi ya udah lo manfaatin waktu sekarang sebaik mungkin. Bukannya ngambek gak jelas."

"Sorry, untuk kali ini gue bela Jeno. Perkara kuliah di luar negeri itu gak gampang. Pasti Jeno udah lama rencanain itu."

"Terus kenapa dia gak ngasih tau gue kalo emang udah rencana?!" amuk Eric.

"Emang lo bakal apa kalo dia ngasih tau? Merengek?" ejek Sunwoo. "Bahkan gue yakin rencananya waktu lo sama Jeno masih musuhan. Ya wajar kalo dia tanpa ngasih tau mau kuliah di sana."

Eric terdiam, ucapan Sunwoo memang masuk akal. Dulu mereka hampir tak pernah berbicara satu sama lain selain cercaan, kata kasar. Menyapa pun jarang. Mereka memang se tak acuh itu dulu.

[✔] HUJAN || Jeno x EricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang