17-HUJAN

4.4K 669 91
                                    

Don't copast
Don't siders
Vommen juseyo








BIASANYA, orang yang melakukan kesalahan atau berbuat buruk akan menutupi kelakuannya dari orang-orang. Berusaha agar tidak diketahui orang lain seperti menutupi aib.

Tapi tidak, Eric justru melihat papanya dengan terang-terangan melempar senyum mesra ke sekretarisnya itu. Membuatnya jengah dengan kelakuan papanya itu.

Dulu, sebelum masalah ini terbungkar papanya tidak sampai segitunya ke Mbak Ayu di hadapan Eric ataupun Jeno, justru tertutup mulus.

Dan sekarang setelah semua orang tau papanya malah seperti aji mumpung. Kek udah terlanjur ketahuan kenapa gak go-public sekalian.

Eric jadi merasa kesal dan kecewa dengan Papa. Seharusnya kalau Papa sadar kesalahannya beliau seenggaknya jaga perasaan Eric dengan enggak bermesraan dengan Mbak Ayu di depan Eric langsung. Pantas Mama marah dengan Papanya itu.

"Pah, kapan pulangnya sih?" sungut Eric. Meniup poni pirangnya berulang kali.

Eric bosan sekaligus merasa panas berlama-lama di kantor. Sebelumnya setelah pulang sekolah Eric langsung diajak Papa beli motor baru.

Ya, setelah motor kesayangannya lama masuk bengkel akhirnya dijual aja lalu beli yang baru. Eric malas tiap hari diejek Sunwoo karena meminjam motor Jeno yang menganggur.

"Sebentar lagi, lagian tadi Papa suruh pulang duluan gak mau."

"Ya 'kan-" Eric mengurungkan niat protesnya. Ingat alasan dia ada di kantor ini buat Eric lagi-lagi kesal.

Alasannya, Eric gak mau papanya berbuat yang tidak-tidak di kantor dengan Mbak Ayu. Semenjak tau yang sebenarnya Eric selalu menaruh curiga ke Papa. Kepercayaan Eric hilang semenjak Papanya itu mengaku sendiri tempo hari.

Eric memang sudah tau kalau kejadian sebenarnya itu sebuah 'kecelakaan'. Dan Papa hanya bertindak gentleman dengan mau bertanggung jawab. Tapi menutupinya sampai Eric sebesar ini, bukan kah keterlaluan?

"seriously? Selama itu sampai gua baru tau sekarang kalau kita punya adik?"

Eric tersenyum miris ingat ucapan Jeno di video itu. Eric bahkan baru sadar kalau akhir-akhir ini dia belum ketemu Kiran lagi. Lebih tepatnya belum mau.

Setiap kepikiran Kiran, Eric selalu merasa emosi. Berandai kalau aja Kiran gak pernah ada mungkin keluarganya masih sempurna. Eric gak bakal pernah ngerasain perasaan yang menjengkelkan kayak gini.

Makanya untuk sekarang Eric belum mau bertemu Kiran lagi. Eric gak mau berandai-andai dan berakhir benci pada bocah menggemaskan itu.

Eric butuh waktu buat terima kenyataan yang datang di kehidupannya.

"Udah, Ayo pulang!"

.
.
.

Di perjalanan begitu hening dan canggung. Eric yang biasanya cerewet soal video game terbaru sekarang hanya diam sambil memainkan ponselnya.

Padahal kalau Suho lihat, Eric cuma zoom-out zoom-in salah satu widget di wallpapernya.

"Kamu kok sekarang pendiam, Ric? Biasanya rewel minta Papa beliin mainan baru."

Diam. Eric gak merespon sama sekali. Hanya terdengar suara lompatan dari Dinosaurus Google Chrome yang kini Eric mainkan.

"Hahhh..."

[✔] HUJAN || Jeno x EricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang