23-HUJAN

2.7K 495 6
                                    

Don't copast
Don't siders
Voment juseyo










IRENE memoles bibirnya dengan setitik liptint, hanya berniat sedikit merapikannya. Juga menata rambutnya sedemikian rupa sebelum ia keluar dari taksi.

Berjalan anggun sebagaimana profesinya sebagai model cantik menyusuri lorong kelas.

Sekarang hari pembagian rapor. Jika tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya ia dan Suho akan membagi tugas mengambil rapor Jeno dan Eric, kini ia harus mengambil rapor kedua anaknya sendirian. Tahun ini Kiran mau papanya itu mengambil rapornya di akademi.

"Permisi!"

"Silakan langsung masuk saja, Bu. Kebetulan acaranya mau saya mulai."

Irene masuk ke dalam kelas Eric, memilih random tempat duduk lalu mendengarkan pesan yang disampaikan oleh wali kelas anaknya.

Awalnya Irene fokus mendengarkan dan mengingat apa saja yang disampaikan. Namun bisikan sejumlah wali murid di belakang memecah fokusnya.

Punggung yang awalnya tegap semakin merosot lesu. Mata yang tadinya berbinar semakin meredup. Menatap kosong ke depan dengan jari jemari yang bergerak resah.

"Oh ini ibunya si Eric?"

"Kok baru tau sih, Bu? Ini Bu Arindya yang sering muncul di majalah itu..."

"Oalah pantesan kek pernah lihat, betulan cantik ya."

"Iya,"
"Tapi sayang Bun kata anak saya, anaknya Bu Arin, si Eric itu doyan bolos loh, Bun."

"Kata anak saya pernah anak ini seminggu cuma berangkat 2 hari."

"Ini si Eric yang sering nongkrong di angkringan deket sungai bareng anaknya Bu Rosa itu 'kan?"

"Anaknya Bu Rosa yang murid tinggal kelas itu bukan?"

"Iya, Bun."

"Loh... bukannya kemarin malam di grup poka ada bocoran yang juara 1 paralel anaknya Bu Arin?"
"Berarti pinter 'kan ya?"

"Iya pinter, pinter suntik nilai hihi.."

"Tapi, Bu. Kata Putri, si Eric ini memang anaknya cerdas."
"Saya juga mantau nilai anak saya dan memang nilai mereka selalu kejar-kejaran."
"Ya, memang belum beruntung aja anak saya juara 2 kali ini."

"Ya dipikir logika aja ya, Bun. Sepintar-pintarnya anak Ibu, pasti Putri belajar keras 'kan?"
"Lah ini, udah jarang sekolah, bolos terus, tentunya butuh waktu dan pikiran lebih untuk mengejar materi dalam waktu singkat."
"Mustahil nilai bisa di atas rata-rata terus. Apa enggak aneh banget, Bun?"

"Masa anak Ibu yang belajar mati-matian kalah sama anak yang belajar pas-pasan, aneh."

"Iya, Jeng. Saya baca di berita juga Bu Arin sama mantan suaminya 'kan sama-sama kaya, mendukung Bu apalagi Pak Arya ini donatur di sekolah."

"Nah itu bener kata ibunya Sania."

Jadi, seperti ini kehidupan SMA putra bungsunya? Apa Eric juga mendapat ucapan tak mengenakan seperti ini juga setiap harinya?

[✔] HUJAN || Jeno x EricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang