Angin dingin berhembus kencang merontokkan dedaunan kuning dari dahannya, terbang sejenak sebelum akhirnya jatuh berserakan. Yuna merapatkan jaket kulitnya sembari terus berjalan cepat di tepi jalan sepi malam itu. Kedua telapak tangannya saling digosokkan demi menghilangkan rasa dingin yang menusuk tulang.
Gadis itu berbelok ke sebuah gang yang di ujungnya terdapat sebuah bar kecil. Memang kecil jika dilihat dari luar, tapi sebuah ruangan sebesar lapangan bola terlihat penuh sesak ketika Yuna melangkah masuk ke dalam. Suara gemerisik daun yang tertiup angin kini digantikan dengan musik berdentum yang memekakkan telinga. Orang-orang menggerakkan badannya, merapat satu sama lain untuk mencari kepuasan, barangkali dengan begitu masalah hidupnya akan sejenak terlupakan.
Tidak ingin bergabung dengan lautan manusia yang berisik itu, Yuna berjalan lurus menuju meja bartender yang berada di sebelah kiri ruangan. Memang tujuan awalnya kemari untuk bersenang-senang, tapi ia kira tidak dengan bergabung di sana. Ia baru pertama kali memasuki tempat seperti ini dan tidak ingin berakhir dengan pengalaman menyedihkan, seperti terbangun di sebuah kamar bersama seorang pria tanpa pakaian, misalnya. Yuna hanya ingin mencicipi sedikit rasa minuman di sana.
"Port wine satu," pintanya kepada seorang bartender.
Pria paruh baya itu menatap Yuna dari atas hingga bawah dengan mata menyipit. Yang ditatap sudah gugup, berusaha bersikap biasa saja namun gagal. Si bartender tentu lebih berpengalaman berada di tempat ini bertahun-tahun daripada Yuna yang baru sekali.
"Pulang! Sebelum saya minta kartu identitasmu untuk membuktikan bahwa kamu belum legal, nak."
Bibir Yuna memanyun otomatis. Gadis itu menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada, memohon.
"Ayolah, bapak. Sekali ini aja, kok. Nanti gak lagi, deh, segelas doang. Lagian Ayahku gak bakal marah. Gak akan peduli," rengek Yuna.
Bapak tua itu memilih sibuk mengelap botol-botol minuman keras yang ada di rak, menulikan telinga.
"Bapak"
Tidak ada jawaban.
"Pak?"
Masih diam.
"Saya bayar lebih, deh."
"Ayolah, pak. Bapak ini terlalu kejam, loh, sama kita."
Suara terakhir itu bukan milik Yuna. Seorang pemuda bertubuh tinggi menggunakan jaket kulit hitam tengah berdiri di sampingnya. Lengannya dengan tidak sopan sudah mengalung di pundak Yuna. Wangi khas parfum pria menyeruak di hidungnya dengan posisi sedekat itu. Yuna mengamati pria itu dari samping. Bibir tipis dengan alis sedikit menukik ke atas ditambah proporsi hidungnya yang bangir, bisa dikategorikan oleh Yuna bahwa pria itu tampan.
Bapak bartender tua segera menoleh mendengar suara pria itu.
"Kamu masih minor, Jay. Keluar sekarang! Saya gak mau lagi berurusan sama keluarga kamu. Jangan cari gara-gara di sini!" Bukannya takut, pria yang dipanggil Jay itu malah tertawa kecil.
"Ya ampun, bapak. Takut banget, ya, sama Papa saya? Kali ini saya bawa uang cash, kok, pak. Papa gak akan bisa lacak kemana uangnya pergi."
Jay menurunkan lengannya dari pundak Yuna, merogoh saku celana mengeluarkan dompet yang cukup tebal. Ia menghitung 30 lembaran merah dan meletakkannya di meja bartender. Yuna menatap kagum kepada Jay, pemuda itu jelas bukan sembarangan. Anak usia minor mana yang bisa memegang uang sebanyak itu kalau bukan orang kaya. Yah, walaupun Yuna juga tergolong mampu tapi ia tidak pernah berani membawa uang sebanyak itu di usianya sekarang.
Mendadak Yuna merasa bahwa Jay cocok untuk dijadikan partner in crime. Gadis itu ikut mengeluarkan dompet dari waist bag nya, menghitung lembaran uang yang memang tidak sebanyak milik Jay, tapi cukup banyak untuk ukuran usia mereka. 20 lembar uang berwarna merah ia letakkan di meja bartender dengan agak keras hingga berbunyi. Jay terkekeh melihatnya. Ia mengangkat tangan kanannya mengajak high five Yuna yang langsung disambut hangat oleh gadis itu. Mereka berdua tertawa puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like Crazy (I Love You, Crazy)
FanfictionYuna yang kesepian menemukan Jay yang berjuang sendirian. Yuna menemukan seorang teman dan Jay menemukan tempat ternyaman. Sama tahu, sama butuh. Warning: 17+, harsh word