Hai, aku mampir bentar:)
Mau syukuran 1K reads dengan double update. Makasih yaa buat kalian semua yang udah bersedia mampir baca karyaku yang masih banyak kurangnya ini. Makasih bangett pokoknya.
Sama boleh gak aku minta kalian follow akun ini? Nanti bakal aku follback pake second akun aku yg khusus buat baca.
Sekali lagi makasih❤❤
Enjoy your holiday🏖***
Jay meringkuk kedinginan di balik selimutnya. Tenggorokannya terasa kering, suhu tubuhnya cukup tinggi, mual, pusing, pegal, rasanya bercampur. Dua hari yang lalu ia hanya merasakan pusing dan panas tinggi selama 3 malam, tapi akhir-akhir ini mual juga.
"Masih pusing, Jay?"
"Hmm," jawab Jay hanya dengan gumaman.
Mama Jay menghela nafas panjang, menyentuh dahi putranya sekilas lalu membenarkan selimutnya hingga sebatas leher Jay.
"Makan yang banyak. Kamu udah 5 hari gak masuk, udah ketinggalan banyak pelajaran. Kamu udah kelas 11. Gimana kalo nilaimu turun nanti?"
Jay tidak menjawab, memilih memejamkan matanya.
"Jangan lupa minum obat. Habis ini mbak bawain makanan. Mama berangkat dulu, nanti pulang bareng papa agak malam. Kalo butuh apapun bilang mbak," jelas mamanya seraya berjalan menuju pintu.
Mata Jay kembali terbuka saat mendengar suara pintu tertutup. Ia melirik jam di nakas yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Suara sepatu hak tinggi mama terdengar menjauh. Jay menyibak selimutnya turun dari kasur bersamaan dengan mbak pelayan Jay datang membawa sarapan dan obat.
Jay melipir ke kamar mandi di pojok ruangan, membiarkan mbak pelayan meletakkan nampan berisi makanan di meja. Pria itu naik ke atas kloset duduk yang tertutup. Berdiri di atasnya, meraih sebuah benda kotak yang ia sembunyikan di ventilasi kamar mandi. Jay menyalakan benda itu sembari berjalan kembali ke kasurnya. Mbak pelayan sudah tidak ada.
Benda kotak pipih itu menyala menampilkan gambar design pakaian yang Jay kerjakan beberapa hari terakhir. Jay kembali sibuk mencorat-coret ipad yang dibawanya, memperbaiki design sebelum dikirim ke atasan. Sesekali Jay menyendokkan makanan ke mulutnya yang terasa tidak enak diajak makan.
Bruk!
Suara sesuatu yang jatuh terdengar dari balkon kamar Jay. Pria itu melirik sekilas bayangan seseorang yang terpantul ke tembok kamarnya dari balkon. Jay tau siapa dia, bukan maling. Seorang anak lelaki berseragam SMP dengan headphone tersampir di lehernya masuk ke kamar Jay tanpa izin lewat balkon, sudah biasa.
"Bang," sapanya mendekati Jay.
"Gak sekolah, Rik?"
Anak lelaki itu tidak menjawab. Memilih duduk nyaman di karpet, meraih konsol game milik Jay di rak. Jay yang diabaikan memilih kembali fokus ke pekerjaannya. Ingin segera selesai agar bisa kembali tidur. Pusing.
Riki, anak lelaki yang kini numpang bermain game di kamarnya itu tetangga sebelah rumah Jay. Balkon Jay memang dekat dengan balkon kamar Riki. Makanya Riki sering loncat ke kamar Jay, begitu juga sebaliknya. Mereka sudah sangat dekat dari kecil, seperti saudara.
"Sebenernya gue mau berangkat tadi. Tapi karena udah telat jam segini, ya balik," ujar Riki tanpa mengalihkan perhatian dari layar. Jay juga tidak menganggapi, masih fokus ke layar ipad.
"Oh iya, tadi pas gue balik ada rame-rame di depan gerbang rumah lo."
Jay mengangkat pandangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like Crazy (I Love You, Crazy)
FanficYuna yang kesepian menemukan Jay yang berjuang sendirian. Yuna menemukan seorang teman dan Jay menemukan tempat ternyaman. Sama tahu, sama butuh. Warning: 17+, harsh word