Hari Minggu pagi yang seharusnya ceria, diisi dengan lari pagi keliling komplek atau bersih-bersih rumah, hanya berakhir 'seharusnya' bagi Jay dan Yuna yang digiring ke kantor polisi kota mereka.
Matahari pagi mulai muncul malu-malu di ufuk timur, memancarkan cahaya hangat di langit cerah tanpa awan. Sungguh Minggu pagi yang sempurna jika saja mereka tidak berhadapan dengan bapak polisi bertubuh gemuk dan kumis tebal melengkung. Sudah setengah jam mereka hanya duduk di hadapan bapak ini setelah setengah jam sebelumnya diinterogasi. Sedangkan beliau hanya menatap dua pemuda itu sambil memelintir kumisnya, entah untuk apa.
Jay terlihat tegang. Pikirannya sibuk menyusun kata-kata yang akan ia sampaikan kepada orangtuanya nanti. Atau bisakah ia menghubungi Jake saja agar menyamar sebagai kakaknya? Agar orangtuanya tidak perlu datang ke kantor polisi. Tapi tidak mungkin pihak kepolisian bisa ditipu semudah itu. Wajah mereka saja berbeda jauh.
Pria itu meremas jemarinya cemas di bawah meja. Sebuah tangan kecil ikut menggenggam tangan Jay. Ia menoleh pada Yuna yang tersenyum lembut di sampingnya. Gadis itu terlihat santai sekali, kelewat tenang, seperti hanya duduk manis mengantri di bank. Berbanding terbalik dengan Jay yang gelisah, cemas, dan entah apa saja yang ia rasakan. Intinya sedang tidak baik-baik saja.
Yuna menelusupkan jemarinya diantara dua telapak tangan Jay yang tergenggam erat. Ia berusaha membuat Jay sedikit tenang dengan menggenggam tangan pria itu, mengelusnya pelan. Memang pikiran Jay jadi sedikit tenang, tapi tetap saja jantungnya berdegup kencang. Karena meskipun Jay terkenal buaya, suka tebar pesona dan gombal, percayalah, ini pertama kalinya Jay berpacaran.
Iya, mereka resmi berpacaran. Walaupun belum ada percakapan lebih lanjut sejak persetujuan Yuna di mobil sebelum mereka menyerahkan diri.
"Kenapa kalian senyum-senyum begitu?!" Jay dan Yuna sontak melepaskan genggaman tangan mereka saat bapak polisi kumis menyentak mereka dengan tatapan nyalang.
"Pantas saja Bangsa ini gak maju-maju. Generasi mudanya saja begini, sudah salah, tidak merasa menyesal malah senyum senang. Bangga kalian jadi berandalan begitu?" Keduanya hanya menunduk patuh. Padahal di hati mereka sudah mengumpat, memaki, dan menyumpahi abdi negara itu.
"Untuk apa kalian kebut-kebutan, bahkan mengeluarkan banyak uang untuk taruhan, untuk apa, hah?! Di luar sana banyak orang kesusahan gak bisa makan karena gak punya uang. Kalian malah dengan gampangnya menghamburkan uang sebanyak itu. Kalian itu masih di bawah umur, belum punya surat izin mengemudi. Kalian masih beban orangtua." Bapak polisi kumis terlihat marah. Mengomel sambil menunjuk-nunjuk Yuna dan Jay.
Untungnya seorang petugas bertubuh kurus datang menghentikan omelan bapak gendut itu. Membawa dua buah ponsel milik Jay dan Yuna yang tadi subuh langsung dirampas di pintu tol. Petugas kurus itu menaruh kedua ponselnya di meja dengan agak membanting. Yuna dan Jay tentu saja menatapnya tidak senang. Itu ponsel mahal.
"Kami sudah mencari anak-anak lain di sekitar TKP, tapi masih belum ketemu. Mobil yang menabrak petugas di pintu tol perbatasan kota juga belum ketemu. Petugas masih berusaha melacak plat nomornya," lapor petugas kurus kepada bapak polisi kumis. Bapak itu hanya menghela napas panjang dan mengisyaratkan pada petugas kurus agar pergi dari sana.
Bapak polisi kumis menyodorkan dua ponsel di meja yang langsung diterima dengan senang hati oleh pemiliknya.
"Hubungi orangtua kalian untuk menjemput ke sini. Satu jam tidak datang, kalian saya bawa ke lapas anak," ujarnya lalu keluar dari ruangan, meninggalkan Jay dan Yuna. Suara 'klik' terdengar menandakan pintu dikunci dari luar.
Yuna meregangkan tubuhnya yang pegal hanya duduk tegak sejak subuh tadi. Satu jam duduk di belakang kemudi, satu jam lagi duduk di kursi penumpang mobil polisi, dan satu jam terakhir duduk di ruangan ini. Sial sekali memang. Semua barang mereka termasuk ponsel, dompet, dan alat komunikasi yang Kamal berikan dirampas di tempat 3 jam lalu. Bahkan mobil mereka telah diderek entah kemana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like Crazy (I Love You, Crazy)
FanficYuna yang kesepian menemukan Jay yang berjuang sendirian. Yuna menemukan seorang teman dan Jay menemukan tempat ternyaman. Sama tahu, sama butuh. Warning: 17+, harsh word