Lisa adalah wanita berumur 24 tahun. Sudah lulus setahun yang lalu, dan saat ini bekerja di perusahaan terkenal di Seoul, Korea Selatan.
Semenjak pandemi, Lisa sempat mengalami kesulitan. Ia menerima dampak dari pandemi—ia kehilangan pekerjaannya. Hampir 6 bulan berlalu, ia akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan lagi.
Bahkan pekerjaan ini baginya lebih fleksibel karena ia bisa bekerja di mana saja. Di kafe favoritnya, di meja kamarnya, di atas kasur, bahkan di kamar mandi.
Lisa ini senang menyendiri. Melakukan hal-hal sendiri. Menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Namun, jika dikatakan kalau ia adalah seorang introvert, sepertinya hal itu bisa diperdebatkan.
Lisa ini tidak pandai bergaul—dan seringkali menjadi bodoh ketika berada di sekitar orang yang ia suka. Ya memang sih, Lisa sedang tidak suka siapa-siapa, tetapi mana tau besok—atau nanti.
Lisa ini anaknya riang, selalu bersemangat tetapi juga ceroboh dan berantakan. Selalu jadi sasaran empuk ibunya—alias dimarahi.
Seperti sekarang.
"Lisa, kamarmu ini kamar cewek atau kamar cowok, sih?" Keluh ibu Lisa sambil mengambil beberapa pakaian Lisa yang berserakkan di lantai.
"Memangnya kamar cewek tidak boleh berantakkan?" Lisa tahu pertanyaannya itu malah membuat ibunya semangat menasihati Lisa, tetapi ia tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Menurutnya, ekspresi dari ibunya lucu saat ia sedikit marah.
"Sengaja ingin membuatku marah?"
Lisa terkekeh, "tidak tuh. Kau marah?" tanya Lisa usil.
Ibunya tidak mengindahkan pertanyaan anak semata wayangnya, ia justru menimpalkan pernyataan lain.
"Bagaimana nanti kalau kau tinggal sendiri? Pasti akan sulit. Tidak ada yang bantu bereskan, tidak ada yang beri makan"
Lisa memandang ibunya lucu, ia kemudian tertawa, "mana mungkin aku tinggal sendiri? Pokoknya kemanapun aku pergi, harus ada ibu"
"Ya tidak bisa dong. Bagaimana kalau itu berkaitan dengan pekerjaanmu? Ibu sih tidak mau ikut"
Lisa menekuk wajahnya, berpura-pura sedih, "kok gitu, bu?"
"Lalu, harus bagaimana?"
"Ya, ibu harus ikut"
Ibunya menghela napas, ia lalu menghampiri anaknya dan mengelus-elus pelan kepala anaknya, "umur kamu berapa?"
"Dua puluh empat," jawab Lisa.
"Sudah dewasa, kan?" tanya ibunya lagi.
Lisa tersenyum dan mengangguk, "baiklah, kau menang. Lagipula, aku tidak akan pergi ke mana-mana"
"Belum tahu nanti"
"Tapi untuk saat ini tidak"
Ibunya mengangguk. Ia lalu beranjak untuk kembali merapikan baju-baju Lisa ke dalam lemari.
"Lisa, ini terakhir kali aku merapikan pakaianmu. Lain kali tidak"
Lisa hanya mengangguk, ia tahu ibunya tidak sungguh-sungguh—mungkin jika ia mengulanginya esok hari, ibunya akan tetap merapikan baju-bajunya yang berantakkan.
-
Lisa menyeruput secangkir cappuccino panas perlahan, kedua matanya tidak lepas dari layar laptop. Pekerjaannya sekarang mengharuskan ia untuk selalu stand by—untungnya, ia tidak keberatan.
"Bagaimana di tempatmu sekarang?" tanya seorang temannya yang dari tadi duduk berhadapan dengan Lisa.
Lisa menoleh memandangnya sekilas, "nyaman. Setidaknya lebih nyaman dari yang kemarin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky We Met [JENLISA] [GXG] [BAHASA INDONESIA / ID]
Fiksi PenggemarLisa si ceroboh dan berantakan, hobinya makan permen asam dan gummy bear, bertemu dengan Jennie si perfeksionis. Keduanya memiliki kebiasaan yang saling bertolak belakang, namun harus tinggal bersama selama 6 bulan di sebuah villa di Pulau Jeju, tem...